Kado untuk Rihar

881 Words
"Katanya mau tunggu didepan gerbang, kenapa disini wen?" Tanyaku pada Weni yang sedang menyetir mobil "Tadi rame banget lun, gak ada tempat buat berhenti" sahutnya "Ohh iya juga ya" jawabku. (Weni tidak membahas soal aku dan Rihar didepan gerbang tadi. Apakah Weni tidak melihat kami?.. baguslah kalau begitu) batinku. Seelah tiba di toko jam Weni sibuk memilih milih jam tangan yang menurutnya sesuai untuk Rihar. Aku pun sebenarnya juga ingin memberikan hadiah untuknya dengan uang gajiku yang yang kuterima tepat dihari ini. Tapi aku tidak tau harus membeli apa. Ku lihat lihat area sekitar terdapat outlet pakaian pria. Aku berencana untuk membelikan baju untuknya tapi aku tidak tau selera bajunya seperti apa, karna aku selalu melihatnya memakai pakaian kerja. Disebrang toko jam terdapat outlet parfum. Aku bergumam dalam hati "nah, aku akan belikan parfum dengan wangi kesukaannya". Aku menghampiri Weni yang masih sibuk memilih jam, aku beralasan "Wen abang gue nitip parfum, gw kesana sebentar ya" sambil menunjuk toko parfum yang ada di sebrang. "Gak nungguin gue dulu, gue juga mau ikut sekalian liat liat" sahutnya Aku berusaha meyakinkannya agar Weni tidak ikut. "Gue sebentar aja ko, biar cepet" jawabku. "Yaudah deh, lagian kalau gw ikut takut nanti takut kepengen beli juga" jawab Weni sambil tersenyum. Aku melangkahkan kakiku ke outlet parfum. "Selamat sore, silahkan kakak parfumnya" sapa penjaga outlet yang dengan segera menghampiriku saat aku masuk ke tempatnya. "Mba, saya mau cari parfum untuk cowok yang wanginya maskulin tapi gak nyengat di hidung" tanyaku Lalu penjaga toko memberikan 5 contoh sample parfum pria yang berbentuk stick. "Silahkan dipilih kakak" sahutnya Aku menghirup aroma parfum tersebut satu persatu. Kucoba dengan wangi yang pertama aromanya beda dengan parfum yang biasa Rihar pakai. Lalu ku coba yang kedua "ughh, wanginya terlalu menyengat" sahutku. Kemudian penjaga toko memberikan lagi satu sample kepadaku "ini yang best sellernya kak", aku mengambilnya dan menghirup aromanya "tepat sekali mba, ini yang saya cari" jawabku. Lalu aku menyelesaikan pembayaran di kasir dan segera menghampiri Weni. Aku membeli parfum dengan aroma yang biasa Rihar pakai. Ternyata itu parfum best seller dan harganya lumayan untuk gaji karyawan kontrak sepertiku. Sebelum pulang kerumah, aku dan Weni mampir ke food court untuk mengisi perut yang kosong sejak tadi siang. "Jadinya pilih yang mana Wen?" Tanyaku sambil melihat kotak jam yang ia keluarkan. "Nih, keren gak lun?" tanyanya sambil memperlihatkan jam tangan itu padaku. "Keren Wen, semoga Rihar suka ya" jawabku sambil tersenyum agar tak terlihat kekecewaanku. "Lo beli parfum apa tadi?" Tanyanya "Gue lupa namanya Wen" sahutku. Beruntung Weni tidak terlalu kepo ingin melihatnya. Kadang aku berfikir aku ini terlalu naif dan pengecut. "Ya Tuhan sampai kapan aku seperti ini?" Tanyaku dalam hati. Weni mengantarku pulang kerumah. "gak mampir dulu wen?" "Udah malem Lun, lain kali aja. Makasih ya udah nemenin" sahutnya. "Iya sama sama, hati hati wen" jawabku sambil melambaikan tangan lalu terlihat mobil Weni melaju. Setelah mandi, aku merebahkan diri dikasur memikirkan bagaimana caranya memberikan hadiahku untuknya. Aku mengambil ponselku untuk melihat apakah Rihar menelfonku? Ternyata tidak. Tetapi ada pesan dari Dimas, "Luna, lagi apa?" aku tidak tertarik membalasnya karena yang kutunggu adalah pesan dari Rihar. Pagi ini kuputuskan untuk memberikan parfum itu kepada Rihar, entah bagaimna caranya setidaknya nanti aku harus mencoba untuk berbicara dengannya. "Aku harus menurunkan egoku" batinku. Seperti biasa aku melewati Line Rihar dan berniat memberikan parfum yang telah kuberi sekaligus berniat meminta maaf atas kesalahanku yang kemarin. Aku menoleh kearahnya tetapi aku terkejut melihat pemandangan yang membuat darahku terasa menaik ke kepala. Weni sedang memakaikan jam tangan pemberiannya di tangan Rihar. Weni yang melihatku langsung menyapaku "Luna lihat nih keren ya dipakai Rihar" ucap Weni lalu melanjutkan perkataannya "kamu tau gak har, aku belinya diantar luna" ucap Weni sambil melihat kearah Rihar. Rihar yang terlihat gugup lalu berkata "oh ya, kapan?" tanyanya sambil melihat ke arahku. " Kemarin waktu pulang kerja" sahut Weni Lalu Rihar menatapku dan berkata "ooh jadi kemarin kamu naik mobil itu ternyata pergi sama Weni, aku pikir samaaa...." Ucapan Rihar tiba tiba berhenti. Lalu aku menatapnya dan berkata "Sama siapa? Sama cowok? Kamu pikir aku segampang itu ya?" aku yang dari tadi kesal akhirnya meluapkan emosiku dengan jawaban ketus. "Sabar Lun.. Rihar emang begitu kalo ngomong" jawab Weni "Iyaa, Maaf ya sayang" sahut Rihar padaku. Mendengar itu aku menjadi salah tingkah, aku melirik kearah Weni memastikan ia baik baik saja, lalu aku menatap Rihar yang sedang tersenyum manis kearahku. "Makasih banyak ya Wen, harusnya kamu gak usah repot repot ngasih begini." Ucap Rihar "Sama sama, aku gak merasa direpotin. Memang udah niat kok" jawab Weni. "Kamu gak beliin kado buatku?" tanya Rihar padaku yang membuatku terkejut. "Harusnya kamu yang ngasih kado buatku" lanjutnya sambil menunjuk kearahku. Kujawab "kamu udah gede, gak butu kado" aku sambil mengulurkan tanganku "Selamat ulang tahun ya" ucapku. "Yah cuma ucapan aja. Ya udah gpp sayang, nanti kamu pulangnya sama ku ya" jawab Rihar. Aku melihat kearah Weni, ia mengernyitkan dahinya menunjukkan sikap kecewa tapi juga bingung. Aku tak menjawab perkataan Rihar tapi langsung berniat pergi menuju Line ku "Weni aku duluan ya" sahutku. Weni hanya menganggukkan kepalanya. Kulihat dari Line ku, Weni yang masih berbincang dengan Rihar. Tapi kelihatannya obrolan mereka serius karena aku tidak melihat senyum di wajah Weni seperti yang biasa ia lakukan saat sedang bersama Rihar. Apakah mereka sedang membahas aku? pikirku dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD