bc

Distimia

book_age16+
42
FOLLOW
1K
READ
dark
possessive
goodgirl
drama
tragedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Neida memiliki kenangan masa lalu yang buruk yang terus menghantuinya selama bertahun-tahun. Di luar, ia terlihat baik-baik saja, tapi Neida selalu dihantui mimpi buruk yang tidak ada ujungnya. Selama tiga tahun Neida berjuang dan bertekad melawan rasa trauma yang ia rasakan, sampai akhirnya ia bertemu Risky dan memberanikan diri untuk membuka hati, berharap Risky bisa membawa rasa aman dan nyaman pada kehidupannya.

Satu tahun menjalin hubungan dengan Risky, Neida merasakan keindahan masa-masa kasmaran, namun semakin lama Risky dan Neida menjalin hubungan, rasa takut itu menghantui Neida lagi, semakin lama rasa takut itu semakin kuat. Neida tidak tau apa yang menyebabkan rasa takut itu datang kembali, padahal ia pikir semuanya berjalan lancar, Neida pikir ia bisa hidup tanpa mimpi buru itu lagi.

Apakah Neida bisa melewati itu semua?

chap-preview
Free preview
PROLOG
Aku termenung di kamarku. Ini adalah suatu hal yang baru aku pelajari : dengan sepucuk surat penuh kata cinta di tanganku , aku membaca nya dengan sepenuh hati, dengan tujuan agar rasa sedihku berkurang. Agar kata-kata indah dalam sepucuh surat penuh kata cinta ini bisa meredam rasa sedih ku dan bisa membuatku setidaknya tenang. Aku seharusnya tenang. Bila orang normal, mungkin dia akan merasa tenang. Tapi aku bukan lah orang yang seperti itu. Rasanya aku mulai gila. Kenapa hal seperti ini saja tidak mempan untuk ku ? Aku kembali membaca surat-surat tersebut dengan tujuan agar rasa sedihku berkurang dan terkubur dalam-dalam. Tapi sebanyak apapun aku membacanya, seberapa ratus kali pun aku bolak – balik membaca nya, aku tetap tidak bisa mengubur rasa sedihku. Rasanya sulit sekali keluar dari lingkaran terkutuk berupa rasa sedih yang selalu berkobar besar seperti api. Mungkin saja aku adalah seorang yang mudah terbakar. Mungkin aku adalah seorang yang sangat rapuh sehingga api kesedihan bisa dengan cepat menghabisiku dan membuatku hangus, raib, dan menjadi abu yang bisa hilang kapan saja di tiup angin. Gelombang kesedihan ini adalah gelombang yang sangat membuatku menderita. Entah kapan aku bisa menghentikan pasang dan surut kesedihan ini yang sudah tidak lagi aku ketahui arah tujuannya. Yang tidak bisa lagi aku kendalikan dengan baik. Aku tidak yakin apa kah ini adalah kapasitas kesedihan terekstrem dalam diriku, atau apa pun. Tapi yang aku rasakan saat ini, aku ingin sekali menangis. Rasanya ada hal sedih yang tidak bisa deskripsikan. Hal yang selalu aku bingung karena apa sih memangnya yang aku tangiskan? Hal yang berulang, hal yang sama sekali harusnya tidak aku tangiskan. Sekali lagi, aku tidak yakin dan tidak tau apa kah ini adalah kapasitas kesediahan terekstrem dalam diriku, atau apakah aku ini hanya ingin mengakhiri semuanya? Aku sudah mulai gila. Aku ingin mengakhiri semuanya. Atau aku hanya sedang berhalusinasi tentang kematian? Mati. Mati. Mati. Apakah bila memang aku mengakhiri semuanya, mengakhiri hidupku, semuanya akan menjadi lebih baik saat aku mati? Apakah bahkan perasaan ini akan ikut mati bersama dengan jasad ku ? Aku mengelus pipi ku yang terada perih akibat tamparan yang dengan sengaja aku lakukan entah demi apa. Tanpa melihat cermin, aku yakin bahwa kedua pipi ku berubah menjadi warna kemerahan sekarang. Perih. Tapi ini satu – satu nya cara agar aku bisa menghukum diri ku sendiri . Entah apa yang sudah aku lakukan tapi aku perlu menghukum diri ku sendiri atas hal yang mungkin sudah aku lakukan. Lucu sekali bukan? Padahal aku sendiri pun tidak tau kesalahan apa yang sudah ku lakukan sampai – sampai aku mendapat hukuman tamparan dari diri ku sendiri yang mengakibatkan rasa perih yang sangat amat di daerah pipi ku. Ini bukan pertama kalinya, ini sudah entah ke berapa kali dan aku tidak henti – henti nya melakukan hal menyakitkan seperti ini. Aku yakin sekali besok rasa sakit akan semakin menjadi , sekarang baru hanya terasa rasa perih tapi aku yakin besok di sekitar aera pipi ku akan terasa lebih sakit dari sekarang. Itu yang pernah aku rasakan oleh karena itu aku merasa sangat yakin. Sekarang, kepala ku rasa nya di penuhi dengan tusukan jarum. Sakit. Sakit sekali. Rasa nya aku ingin sekali meledak kan kepala ku dan aku ingin sekali mencabiknya berkali – kali. Perasaan sesak menyeruak ke tenggorokan ku dan menyebar sampai ke kedua telapak tangan ku . Seketika, aku ambruk . Tidak ada kekuatan untuk kembali ber diri . Pandangan ku buram oleh air mata yang sangat deras jatuh membasahi pipi yang kini turun membasahi leher ku sampai akhirnya turut membasahi kerah baju tidur yang sedang ku kenakan saat ini. Rasa takut dengan kuat menghantam dinding pertahanan ku yang tipis. Apa kah aku akan mati sebelum aku sempat mengucap kan selamat tinggal pada semua nya? Pada mama, pada Biru , pada Risky , pada teman – teman ku . Pada semua nya . Aku tidak mau begini, aku tidak mau pergi tanpa mengucapkan pamit. Rasa takut kini dengan kuat menghantam dinding pertahanan ku yang sudah sangat tipis. Sungguh. Aku sangat rapuh dan tidak berdaya . Dasar bodoh. Dasar bodoh. Bodoh. Bodoh. Terus saja aku memarahi diriku sendiri. Aku merasa berada di sini , di tengah – tengah serpihan hidup ku yang tidak ada guna nya lagi . Apa kah aku ini hidup hanya untuk menjadi beban untuk semua orang ? Aku melirik layar ponsel ku yang menyala dan menunjuk kan ada panggilan masuk dari Risky. Risky. Entah sudah ke berapa kali nya ia menelpon ku . Tapi aku malah memutuskan untuk tidak mengangkat telepon dari nya . Aku tau . Aku tau aku ini sudah jahat sekali dan aku sudah membaut Risky khawatir . Tapi hal itu membuat ku agak lega . Mengingat seseorang mengkhawatirkan mu dan mencarimu . Setelah semua kejadian buruk yang menimpaku . Aku menghadapi nya sendirian . Aku tidak mengijin kan satu orang pun ikut campur . Aku merasa tidak ada yang mengerti dan tidak berguna bila aku mencerita kan apa yang aku rasa kan . Karena mereka hanya akan mengadu nasib dengan ku dan cerita yang aku cerita kan akan di kesampingkan sebagai cerita yang tidak penting . Mungkin bila aku sedang bernasib baik, aku hanya akan diberikan semangat dan disuruh untuk tidak merasakan perasaan sedih lagi . Tapi hal tersebut memang lebih mudah bila hanya di ucap kan . Karena untuk mempraktek kan nya , aku hanya mempunyai presentase 0 persen untuk berhasil melakukan nya . Aku sendirian . Rasanya ruangan ini secara perlahan menelanku ke dalam dimensi lain dan kegelapan memeluk ku erat , merayu ku untuk ikut dengannya. Satu-satunya cahaya yang aku punya adalah Risky. Dan kini aku malah menjauhi cahayaku. Astaga. Aku ini kenapa? Aku takut. Aku tidak mau seperti ini. Apa yang salah denganku? Kenapa aku seperti ini? Aku meraih bantal dengan sarung bantal berwarna putih gambar burung hantu kecil yang menyebar di permukaan nya; bantal kesayangan ku yang entah sudah berapa ratus kali menerima air mata ku tanpa memberikan komentar negatif atas apa yang sudah aku lakukan . Kali ini , aku menenggelam kan wajah ku pada bantal itu dan ber teriak sekencang mungkin . Bila aku bisa memisah kan diri dari tubuh ku dan menyaksikan diri ku sendiri , mungkin aku akan mendencak sebal seraya menggeleng kan kepala karena melihat betapa menyedih kan nya diri ku yang sedang meraung – raung tanpa dasar. Setiap malam adalah sebuah hal yang paling tidak aku sukai , karena terang meninggalkan ku ber sama dengan kegelapan . Karena malam , semua orang pergi , berapa menyebal kan nya menyatu dengan tubuh orang ini . Karena rasa nya sangat sulit untuk mengerti apa yang orang ini mau . Orang ini yang aku sebutkan adalah diri ku sendiri . Iya , aku membenci diriku sendiri . Di dalam kehebingan yang hanya berisikan isak tangis di kamar ku ini, sayup – sayup aku mendengar suara tawa seseorang dari arah halaman rumah . Aku berdiam sebentar untuk memfokuskan pendengaran ku pada suara itu. Karena kamar ku berada di depan , suara orang id halaman akan ter dengar . Atau . . . Itu bukan suara manusia ? Tidak . Tidak mungkin . Konyol sekali bila aku sekarang malah berpikir yang tidak – tidak . Diam kau Neida , jangan berhalusinasi . Bisa kah kau diam dan tidak merengek ? Aku diam kembali, sekarang aku bisa mendengar dengan jelas suara yang tadi aku dengar . Aku sangat mengenal suara tawa itu . . . Itu suara Hesti dan Rahma . Dan benar saja , beberapa detik setelah suara tawa mereka terdengar , mereka pun menyapa dengan mengucap kan salam . Menunggu orang rumah akan mendengar nya dan membuka kan pintu untuk mereka ber dua . Tidak lama kemudian , salam mereka di jawab oleh adik ku , Biru , ia membuka kan pintu untuk Hesti dan Rahma . Samar – samar aku mendengar mereka ber dua ber tanya pada Biru tentang keberadaan ku di rumah . Tidak lama kemudian mereka ber dua masuk dan ter dengar suara pintu depan ter tutup kembali . Aku segera menghapus air mata ku dan mengusap – ngusap wajah ku . Pantulan diri ku di cermin terlihat sangat menyedih kan . Aku tidak mau Hesti dan Rahma melihat ku dengan keadaan begini . Aku pun memikir kan cara untuk menghindari mereka ber dua . Pas sekali setelah aku sudah tau cara apa yang dapat menghindari Hesti dan Rahma agar tidak melihat keadaan ku yang acak – acak kan begini. Setelah menerima Hesi dan Rahma, Biru pun mempersilah kan mereka berdua masuk . Lalu samar – samar aku mendengar mereka ber dua ber tanya pada Biru tentang keberadaan ku di rumah . Tidak lama kemudian mereka ber dua masuk dan ter dengar suara pintu depan ter tutup kembali . Tidak lama kemudian Biru mengetuk pintu kamar ku . Seperti nya ia ber maksud untuk memberi tahu kedangan Hesti dan Rahma untuk menemui ku . Sesaat , aku sempat merasa sebal karena emreka kerap kali datang tanpa membertahu ku sebelum nya bahwa mereka akan datang . Tapi memang nya apa yang aku harap kan dari mereka ber dua ? Datang hanya untuk makan saja pun mereka tidak akan sungkan – sungkan . Untuk apa juga mereka memberitahu ku bahwa mereka akan datang , kan? Tapi bagai mana kalau tiba – tiba aku tidak ada di rumah ? Oh pasti mereka akan dengan setia menunggu ku di kamar sampai aku datang . Terkadang hal itu memang menyebal kan karena aku adalah orang yang sangat butuh privasi . Tapi tidak bisa aku pungkiri juga mereka adalah orang yang sangat berarti dan sangat baik bagi ku . Kedatangan mereka juga adalah suatu pertanda bahwa aku harus berhenti untuk malam ini . Tidak bisa aku bayang kan bagai mana jadi nya bila ternyata hari ini mereka tidak datang , aku akan terus menangis . Oh dan jangan heran bila nanti kalian mendengarku cerita bahwa Hesti dan Rahma akan terus datang dengan tiba – tiba . Itu lah yang mereka selalu lakukan . Oleh karena itu aku harus selalu punya cara agar bila aku sedang seperti ini, sedang menangis, aku harus punya cara agar mereka tidak tau . Karena ini kan sudah seperti rumah ke dua bagi mereka . Rumah ku sudah tidak membuat merek ber dua sungkan . “ Kak. “ Panggil Biru dari luar kamar yang membuat ku langsung bangkit dari tempat tidur . “ I-iya sebentar !” Seru ku. “ Ini ada kak Hesti dan kak Rahma.” Ucap Biru lagi . Aku sudah tau ada mereka . Bagaimana tidak tau , suara Hesti dan Rahma saja sudah bisa di identifikasi kan dari jauh . “ Oke , sebentar ya .” Ucap ku lagi . Oke , sekarang aku harus apa ? * TO BE CONTINUED *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.1K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.6K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook