Mantan Parasit

1483 Words
“Alexi! Berhenti!” ucap Hanna saat sudah menyebrang jalan. Yang dipanggil sontak langsung menghentikan langkah, dia menoleh melihat ke arah Hanna yang tengah berjalan ke arahnya. “Ehh ... Sayang? Kamu ada disini? Sedang apa?” tanya pria bernama Alexi seraya tersenyum dengan sangat manis. Hanna yang melihat senyum pria itu merasa jijik melihatnya, ia menatap Alexi dengan tatapan sinis. “Kenapa, Sayang? Kamu berubah pikiran dengan tawaranku kemarin?” tanya Alexi berbicara dengan nada suara yang lembut. Bukannya menjawab, Hanna malah meraih kerah baju Alexi dan menariknya kasar. Namun, bukannya marah dan kesal, Alexi malah tersenyum pada wanita yang menarik kerahnya itu. “Kembalikan semua harta milik ayahku!” ucap Hanna dengan gigi yang menggertak. Alexi melepas tangan Hanna di kerah bajunya. “Sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain, tidak mungkin diberikan lagi dengan cuma-cuma, Sayang. Apalagi aku mengambilnya dengan penuh perjuangan, jadi ya … sorry. Jangan salahkan aku, salahkan saja ayahmu. Kenapa dia bisa begitu bodoh dengan mempercayai semua bisnisnya padaku, ya kalau aku main curang. Jangan salahin aku dong, harusnya dia pintar, bukan malah sebaliknya.” Kedua tangan Hanna terkepal kuat, melihat Alexi yang tersenyum membuatnya semakin jijik dan api kebencian semakin besar. “Atau begini saja, terima tawaranku untuk menjadi istriku, berikan tubuhmu padaku dan aku akan memberikan harta itu sepuluh persen untuk kamu, lalu lima persen untuk adikmu. Adil bukan?” “Aku tidak sudi bersetubuh dengan manusia kotor sepertimu! Jangankan bersetubuh, bersentuhan tangan saja aku tidak sudi! Aku malas mencuci kulitku dengan tanah tujuh kali!” ucap Hanna dengan gigi yang menggertak kesal. “Apa Kamu bilang?” Alexi tidak terima dengan apa yang Hanna katakan. “Kamu itu pembunuh! Mana mungkin aku mau berhubungan dengan orang yang sudah membunuh kedua orang tuaku!” “Kamu!” Alexi mengangkat tangannya hendak mendaratkan sebuah tamparan di atas pipi Hanna. Namun, dengan sigap Hanna langsung menangkap tangan Alexi. “Iyuuuhhh ...,” Hanna langsung melepaskan tangannya yang memegang pergelangan tangan Alexi. “Aku menyentuh tangan yang kotor. Ck! Aku harus segera membersihkannya dengan tanah nanti. Huuhhh ....” Hanna menghembuskan napasnya dengan sangat kasar. “Jangan so belagu! Kamu bukan siapa-siapa sekarang!” ucap Alexi mulai memasang wajah yang kesal. “Uuuhh ... takut,” ucap Hanna seraya tersenyum, namun setelahnya dia langsung memicingkan mata dan mendelik dengan sinis menatap pria yang berdiri di hadapannya itu. “Sekarang aku memang bukan siapa-siapa, tapi nanti ... aku akan menjadi orang yang kuat dan aku akan membalas semua yang kamu lakukan! Aku akan mengambil semua milikku lagi!” “Jangan pernah bermimpi, Sayang. Mimpimu terlalu tinggi,” ucap Alexi lagi kembali memasang senyuman jahat. “Mimpimu yang terlalu tinggi, Lex. Punya harta kok dapet dengan cara yang licik, ya kerja dong. Dasar parasit!” “Aku tidak peduli,” jawab Alexi. “Tidak masalah kalau kamu gak mau peduli. Sekarang nikmati saja dulu apa yang kamu punya karena itu tidak akan terlalu lama. Nanti, aku akan kembali datang dan menjatuhkanmu!” “Aku tunggu perlawananmu, Sayang. Jujur saja aku tidak terlalu yakin. Dengan kondisimu yang sekarang, bagaimana mungkin kamu sanggup melawanku. Tapi ... ya sudah, tidak masalah, aku akan menunggumu datang padaku.” “Heeii ... Kamu lupa? Dulu saat kamu datang padaku, Kamu itu gembel, Sayang,” ucap Hanna tersenyum, “Lalu aku memunguti sampah sepertimu dan menjadikan kamu kekasihku. Eehh bodohnya si gembel ini malah tidak tau diri. Aku mengelus dan membelaimu dengan lembut, ternyata kamu malah menggigitku.” “Terserah dengan apa yang kamu katakan padaku. Aku tidak peduli,” ucap Alexi, “Maaf, Sayang ... aku sedang sibuk dan harus segera pergi, temui aku jika sudah berubah pikiran. Aahh iya ... aku baru ingat, Kamu sedang dikejar oleh orang-orang Pak William bukan? Ayahmu meninggalkan banyak hutang pada Pak William, sebagai bahan pertimbangan. Bagaimana kalau aku akan melunasi juga hutang ayahmu pada William dan kamu ... berikan seluruh hidupmu padaku.” Plak! Sebuah tamparan Hanna daratkan di atas pipi Alexi dengan sangat kasar. Dia juga lalu mengarahkan lututnya dengan sangat keras ke arah perut Alexi. “Aaarrhhh ….” Pria itu sontak langsung memegang pipi yang terasa perih lalu beralih memegang perutnya yang terasa mual. Uhuk uhuk uhuk. “Sesulit apapun aku, aku tidak akan pernah sudi kembali padamu!” Hanna langsung berjalan pergi meninggalkan Alexi. *** “Kenapa lama sekali?” tanya Zachira saat melihat Hanna berjalan ke arahnya. “Aku pikir kamu yang akan menungguku karena tadi aku pergi dulu ke tempat lain, tapi setelah sampai sini malah aku yang menunggu lama. Aku pikir kamu berhasil ditangkap oleh mereka.” “Aku tadi bertemu dengan Alexi,” ucap Hanna saat sudah berada 1 langkah di hadapan Zachira sang adik. “Terus jarak ke sini juga lumayan, makanya lama.” “Apa?” Zachira nampak kaget saat mendengar nama Alexi, “Terus bagaimana? Apa yang kamu katakan pada si Alexi soalan itu?” “Aku meminta balik semua yang kita punya pada dia.” “Berhasil?” “Orang bodoh mana yang akan memberikan harta yang sudah bersusah payah dia ambil, memberikannya begitu saja pada si pemilik harta. Ya enggak lah!” Zachira menghembuskan napasnya dengan sangat kasar. “Kalau saja Papa tidak percaya pada dia, semua tidak akan seperti sekarang! Sejak melihat dia, aku memang sudah tidak menyukai dia dan benar kan dugaanku. Dia itu tak lebih dari sampah! Aku sudah berkali-kali mengatakan pada kalian untuk berhati-hati pada orang ini, tapi kalian tidak ada yang percaya padaku.” “Iya ... aku minta maaf karena gak percaya sama kamu waktu itu,” ucap Hanna. “Menyesal tak ada gunanya sekarang!” ucap Zachira, “Sekarang kita ke rumah kontrakan yang sudah aku dapatkan tadi, aku ingin segera beristirahat. Aku capek cari kerja dari pagi dan gak dapet-dapet.” “Aku kan belum bilang kalau harus cari kontrakan, kok—“ “Dari suaramu tadi terdengar dengan jelas kalau kamu sedang dikejar orang. Belum lagi kamu meminta aku membereskan baju-baju kita, sudah jelas kita harus mencari tempat baru. Untung saja dari jauh-jauh hari aku sudah mencari-cari tempat baru, jadi gak susah untuk cari kontrakan di saat seperti ini,” Ucap Zachira, dia mengambil tas yang berada di atas lantai trotoar dan kembali melangkahkan kaki lagi. Hanna mengambil tas yang lain dan ikut berjalan juga mengikuti langkah kaki Zachira. “Jauh?” “Lumayan, setidaknya kita aman untuk sementara waktu.” “Huuuhhh ....” Hanna mengembuskan napasnya dengan sangat kasar. Gadis bernama lengkap Hanna Nathania yang usianya baru 20 tahun itu terpaksa harus hidup dengan berpindah-pindah tempat dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan yang lain bersama dengan sang adik yakni Zachira Yasmin. Mereka terpaksa harus begitu karena terus di kejar oleh orang-orang suruhan untuk menagih hutang sang ayah. Hanna tidak bisa membayar semua hutang-hutang itu karena semua harta yang dimiliki oleh keluarganya termasuk rumah dan juga perusahaan diambil alih oleh kekasihnya. Lebih tepatnya pria itu kini sudah berstatus sebagai mantan kekasihnya. Ayah dan ibu Hanna meninggal dunia karena kecelakaan mobil saat setelah mendengar kabar jika perusahaan sudah berpindah tangan berada di tangan Danish Alexi. Gibran sang ayah tewas di tempat. Sedang Athifa, ibu dari Hanna sempat koma selama beberapa hari hingga akhirnya meninggal dunia di rumah sakit. Setelah kepergian Gibran dan juga Athifa. Hanna dan Zachira di usir dari rumah mereka oleh Alexi, ternyata selama ini Alexi memacari Hanna untuk merebut semua harta milik keluarga Hanna. Alexi juga tidak mau membayar semua hutang yang ditinggalkan oleh Gibran, padahal semua harta milik Gibran sudah dia ambil alih. Alhasil orang-orang itu terus mengejar Hanna dan Zachira untuk menagih hutang. *** “Ini data yang kamu minta. Namanya Danish Alexi, dulu dia hanya mahasiswa biasa yang hidup sebatang kara karena ayah dan ibunya sudah tiada. Lalu menjalin hubungan dengan salah satu putri CEO Neason Company. Dia sekolahkan sampai sarjana oleh Gibran Persada, tapi dia malah menusuk dari belakang. Dia mengambil alih perusahaan dan juga rumah mewah milik Gibran,” ucap Enos yang berdiri di samping Elov, “Gibran tewas karena kecelakaan mobil sedang istrinya sempat koma di rumah sakit lalu akhirnya meninggal.” Elov membuka map dan melihat foto yang berada di dalamnya. Dia menatap foto Alexi, Gibran dan juga Athifa. “Putri Gibran? Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Elov. “Dia diusir dari rumahnya dan sekarang tidak tahu dimana keberadaannya.” Elov lalu mengambil selembar foto dan menatapnya lama. Foto seorang wanita yang kemarin pagi sempat masuk ke dalam mobilnya. “Hanna Nathania, anak tengah Gibran dan yang ini ...,” Enos mengambil foto lainnya dan memperlihatkannya pada Elov, “Zachira Yasmin, putri bungsu Gibran.” “Wanita ini anak kedua? Lantas kakaknya?” “Dia berada di Jepang, setelah lulus SMA dia melanjutkan pendidikannya di Jepang.” “Dia sudah mengetahui keadaan keluarganya?” “Aku belum mendapatkan informasi tentang itu, tapi saat Gibran dimakamkan, dia tidak berada di pemakaman.” Elov mengangguk. “Cari wanita ini dan bawa dia ke hadapanku,” ucap Elov.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD