9. Paradium

1118 Words
"Silahkan masuk! My Lord menunggu di ruang kerjanya. Silahkan ikuti saya!" Bernard mengikuti pelayan itu dari belakang sambil memeluk tubuhnya yang masih kedinginan. Pelayan itu mengetuk pintu, lalu membukanya setelah ada jawaban dari Arthur. "Silahkan masuk!"kata pelayan. "Terima kasih." Bernard masuk ke ruang kerja Arthur dan di sana juga ada Lady Rosabella sedang meminum teh. "Selamat malam!" "Bernard, aku tidak tahu kamu akan datang malam-malam begini." "Maafkan saya." "Tidak apa-apa. Duduklah! Ada berita apa yang ingin kamu sampaikan." Sebelum menjawab Bernard memandang Arthur dan Rosabella secara bergantian. "Ini tentang kematian Marquess of Blackmore." "Ah. Silahkan!" "Salah satu anggota The Black Skulls yang telah membunuhnya." "Itu memang sudah kita duga." Bernard kemudian menceritakan semua hasil wawancara dengan Angelica tanpa ada yang tertinggal satu pun. "Marquess of Blackmore disuruh untuk membunuh Lady Rosabella?" Bernard melirik ke arah gadis yang berada di sampingnya dan gadis itu nampak sangat terkejut. Rosabella memutar bola matanya. "Benar. Saya tidak tahu kenapa mereka mengincar nyawa cucu Anda atau jangan-jangan mereka sudah tahu siapa Lady Rosabella yang sebenarnya." "Itu mungkin saja. Informasi yang kamu sampaikan memang mengejutkan kami. Terima kasih, Bernard atas informasinya." Bernard mengangguk, lalu beranjak dari kursinya. "Baiklah. Saya harus segera pulang." Arthur mengangguk. Pintu ruang kerja tertutup kembali. Rosabella segera mendekati kakeknya. "Kakek, aku rasa semua ini sudah jelas. Mereka sekarang sedang mengincar nyawaku. Aku rasa mereka sudah tahu identitasku yang sebenarnya." "Menurutmu begitu?" "Tentu saja. Aku pernah bertemu salah satu anggota The Black Skulls saat mereka sedang menyusup markas The Valkryies di Amerika dan aku mengagalkan mereka mencuri cairan paradium dari kita. Sepertinya mereka sudah mulai kehabisan cairan itu makanya mereka mencuri." Arthur sedang nampak memikirkan sesuatu. Mata abu-abu tuanya menyipit di tengah remang-remang cahaya lilin. "Kamu tidak pernah cerita tentang penyusupan itu." "Karena kejadiannya sudah lama sekali dan aku hampir melupakannya. Kakek juga sudah berada di sini selama puluhan tahun kan." "Aku pernah mendengar dari salah satu anggota The Vlakryies kalau The Black Skulls menyabotase semua persediaan Paradium dari pabrik dan hampir membunuh pembuatnya." "Benar. Kejadian itu setelah mereka gagal mencuri dari markas. Evander Allen sampai sekarang masih koma dan hanya dia seorang yang tahu formula membuat Paradium. Sialnya kita juga sudah kehabisan cairan itu dan satu-satunya Paradium yang kita punya telah dicuri, karena itu juga selama bertahun-tahun aku dan beberapa anggota The Valkryies lainnya terjebak di sini, tidak bisa kembali pulang. Aku rasa The Black Skulls juga sudah mulai kehabisan cairan itu." "Sabarlah! Pasti kita akan menemukan paradium yang hilang itu di sini dan kemungkinan The black Skulls juga sedang mencarinya." "Kita harus menemukannya terlebih dahulu." Arthur merangkul bahu cucunya. "Aku juga merindukan keluargaku." "Ikutlah pulang bersamaku!" "Kita lihat saja nanti." *** Keesokan paginya Lady Rosabella mengajak Rowenda untuk menemaninya belanja, membeli beberapa gaun dan sepatu yang akan ia kenakan untuk acara pesta ulang tahun kakeknya dua Minggu lagi. Ia menemukan Rowenda sedang mengepel lantai. "Sekarang kamu ikut denganku pergi ke kota. " "Baik, My Lady." "Aku menunggumu di kereta kuda." "Saya akan segera ke sana." "Jangan membuatku menunggu terlalu lama." Rowenda segera menyimpan semua alat-alat kebersihan, lalu berjalan terburu-buru menuju kereta kuda. "Saya harap Anda tidak terlalu lama menunggu," katanya sambil tersenyum. "Jalan!"perintah Rosabella pada kusir kereta kuda. Kereta mulai bergerak melewati jalanan yang tidak rata. Sesekali kereta berguncang dengan sangat keras sampai-sampai kepala mereka terantuk atap kereta dan harus menahan sakit. "Aku benci ini. Seharusnya pemerintah memperbaiki jalanan ini," keluhnya. "Anda benar. Banyak kereta yang rusak gara-gara jalanan yang berlubang,"timpal Rowenda. Akhirnya mereka tiba di pusat perbelanjaan. Kereta kuda berhenti di depan toko kain. Rosabella turun terlebih dahulu. Ia memandang toko pakaian langganannya yang berlantai dua dan terlihat megah di antara toko-toko yang lain. "Selamat datang, My Lady!"sapa pelayan toko ketika Rosabella masuk. Pelayan toko itu langsung memberikan beberapa koleksi kain terbarunya. "Kain ini baru datang kemarin," katanya sambil menunjukkan kain sutra berwarna biru tua. "Sangat cocok untuk Anda." Rosabella memutuskan untuk melihat-lihat beberapa koleksi kain lainnya di toko itu, kemudian seorang wanita keluar dari ruangan lain. "Lady Rosabella," sapa Lisbeth yanga diikuti oleh pelayan pribadinya, Georgina. "Lady Lisbeth, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Apa kabar?" "Aku baik. Terima kasih." "Bagaimana seasonmu?" "Semuanya berjalan dengan sangat lancar dan aku sudah menemukan calon suami dan sebentar lagi kami akan menikah." "Ini berita sungguh mengejutkan. Selamat untukmu!" "Terima kasih. Aku harap, kamu juga segera menemukan calon suami di season berikutnya." "Aku ragu akan hal itu." "Kamu pasti akan mendapatkannya. Kalau begitu aku mau pulang dulu. Sampai jumpa!" "Sampai jumpa!" Lady Rosabella kembali melihat-lihat kain, lalu ia memutuskan untuk membeli 4 warna kain yang berbeda. Setelah ia mengukur badannya untuk dijahitkan gaunnya, ia keluar dari toko pakaian menuju toko sepatu yang berada di seberangnya. Seorang pria mabuk mendekati Rosabella. "Hei Nona manis! Mau kemana?" Rosabella mencoba untuk menghindar dan bau alkohol yang kuat keluar dari mulut pria itu membuat perutnya mual. "Jangan ganggu My Lady!"seru Rowenda dengan tatapan galak. "Kamu hanya seorang b***k. Jangan ikut campur!" Pria itu mencoba untuk memeluk Rosabella, tapi tiba-tiba seseorang menghalanginya dan mencekal tangan pria mabuk itu. "Jangan ganggu istriku!"teriak seorang pria pada pria yang mabuk itu. Pria itu menatapnya dengan tatapan mengancam dan membunuh. "Jadi wanita itu adalah istrimu. Sayang sekali." Pria mabuk itu kemudian pergi dengan jalan sempoyongan dan beberapa kali hampir menabrak orang yang lewat di depannya "Anda tidak apa-apa, My Lady?" " Lord Adriel, apa yang Anda lakukan di sini?"tanya Lady Rosabella dengan wajah terkejut. "Kebetulan aku sedang menuju pasar dan melihatmu diganggu oleh pria mabuk." "Dan kenapa kamu tadi mengaku aku sebagai istrimu?" "Supaya pria itu tidak berani macam-macam kepadamu. Kamu baik-baik saja kan?" "Aku baik-baik saja. Terima kasih." Adriel tersenyum dikulum. Tatapan mata birunya yang sangat indah membuat jantung Rosabella seakan terhenti. Ia sudah bertekad tidak akan jatuh ke dalam pesonanya. Rosabella mengangkat dagunya."Seharusnya tadi kamu tidak perlu menolongku. Aku bisa mengatasinya sendiri,"katanya dengan suara ketus. "Ayo Rowenda, kita pergi!" "Permisi Lord Adriel!"kata Rowenda. Adriel melihat kepergian Rosabella dengan senyuman lebar. *** Rosabella dan Rowenda keluar dari toko sepatu dengan membawa banyak dus sepatu, lalu pelayan itu memasukannya ke dalam kereta kuda. Mereka kemudian pergi ke pasar untuk membeli beberapa barang kebutuhan lainnya. Ia membuka payung renda berwarna putih, karena cuaca yang panas. Di pasar semakin banyak orang yang berkumpul. Beberapa pedagang berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Seorang gadis kecil berpakaian lusuh menawarkan setangkai bunga kepadanya. "Belilah bunga ini!" Anak itu menatap Rosabella dengan tatapan memelas, ia akhirnya membeli bunga itu dan gadis kecil itu tersenyum. "Terima kasih, my Lady." Ia kembali menawarkan bunganya kepada orang lain yang lewat. Di tempat yang agak terbuka banyak orang yang sedang duduk mengelilingi sebuah panggung kecil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD