Xander POV
"Enak juga masakanmu, sederhana tapi rasa homemade sekali, membuatku jadi merindukan masakan mommy aku. Thank you Elsa." Ucapku tersenyum selesai menyantap habis fetucini carbonara buatan tangan Elsa.
"You're welcome" sahutnya sambil membereskan piring dan memasukkannya ke mesin pencuci piring.
"Kita harus membuat sebuah cerita asmara kita, supaya besok saat ditanya orangtuaku kita tidak gugup." Ucapku mengajak Elsa berkompromi.
"Cerita saja kita bertemu di club malam, lalu kau mabuk dan aku juga mabuk, lalu kita berhubungan intim, jadi lah aku hamil dan kau harus bertanggung jawab untuk segera menikah denganku. Simple, just like that." Sahutnya datar membuatku tersedak minuman yang sedang kuteguk.
" Are you stupid or crazy huh?!" Bentakku karena ide gilanya tapi dia hanya tertawa, membuatku menggelengkan kepalaku tak percaya dengan ide gila yang ada di otaknya itu.
"Maaf tuan....aku tidak punya orangtua yang sewajarnya sepertimu. Aku sudah bertahun-tahun terbiasa bicara kasar pada ibuku." Ucapnya santai namun tersirat luka dan kesedihan yang mendalam.
"Sekali lagi kau panggil aku tuan! maka aku akan benar-benar menjadi tuanmu dan kau tak akan bisa menolak semua kemauanku!" Kesalku karena dia sengaja memanggilku tuan.
"Sudahlah Xander tidak perlu terlalu serius, meski aku seorang jalang, tapi aku masih tahu bagaimana harus bersikap di depan orang tua." Ucapnya lagi sambil berjalan ke arah kamar.
"Mau kemana kau?" Tanyaku.
"Tidur, sekarang sudah malam. Aku harus banyak istirahat supaya besok tidak bicara melantur pada orang tuamu."jawabnya lalu menghilang dibalik pintu kamar.
"Huh...! good night Elsa.." ucapku menghela napas dan seketika langsung merasakan suasana yang sepi seeprti biasanya.
Entah mengapa aku langsung merasa sepi sejak Elsa masuk dalam kamarnya, padahal baru beberapa jam dia ada di hidupku.
"meski aku seorang jalang, tapi aku masih tahu bagaimana harus bersikap di depan orang tua" Ucapan Elsa kembali terlintas di pikiranku. aku tak tahu ada apa denganku, di awal pertemuan siang tadi aku memang masih berpikir bahwa dia hanyalah seorang jalang, tapi sejak aku mengantarkannya ke rumahnya dan melihat bagaimana kehidupan yang sesungguhnya, anggapan kalau dia seorang jalang langsung hilang menguap dari otakku.
Elsa POV
Aku seharian ini hanya menikmati saja waktuku dengan fasilitas spa dan perawatan kecantikan yang Xander berikan padaku untuk bersiap menemui orang tuanya malam nanti. Xander sudah pergi ke kantor sejak pagi tadi bahkan sebelum aku bangun dari tidurku.
Malam ini aku dan Xander telah siap untuk berangkat menemui orang tuanya di sebuah restoran mewah di kota ini.
"Saya sudah siap tuan..." ucapku pada Xander yang sudah rapi tapi bergaya santai dengan kemeja ungu muda yang dikeluarkan dan celana jeans biru tua. Dadanya yang bidang sedikit mengintip karena dua kancing teratasnya sengaja dibuka.
"Kau.....!!! coba ulangi sekali lagi panggil aku tuan! maka kita akan berakhir di tempat tidur bukan bertemu dengan orang tuaku!" Kesalnya dia karena kupanggil tuan, aku hanya tertawa. aku senang membuat mukanya itu menjadi kesal.
"Kau tak memiliki dress yang lebih bagus lagi?" Tanyanya sambil melihatku dari atas sampai ke bawah.
Aku ikut melihat diriku dan dress putih selutut dengan 2 tali kecil di pundakku, polos tanpa ornamen atau corak apapun.
"Maaf, apakah ini kurang sopan menurutmu?" Tanyaku.
"Ayo kita pergi ke butik terdekat sebelum bertemu orangtuaku." Ajaknya sambil langsung menarik tanganku berjalan ke arah pintu.
aku langsung menarik tanganku lepas dari genggamannya, menolak untuk ikut dengannya ke butik.
"Xander, kau tak perlu repot-repot membelikanku pakaian baru. Aku akan ganti dengan yang lain." Sahutku dan langsung berbalik melangkah masuk ke kamarku lagi.
Aku kini memakai dress mini yang berwarna senada dengan kemeja Xander, leher berbentuk V terbuka menonjolkan sedikit belahan dadaku dengan hamparan batu swarovsky di bagian pundakku yang transparan hingga ke bagian pinggulku, tak lupa aku juga menggunakan high heels warna senada. beruntung kemarin aku ingat untuk membawa beberapa gaun dan sepatuku.
"Xander..."kupanggil dia yang sedari tadi hanya diam menatapku, entah apa yang dia pikirkan. jangan sampai dia memintaku untuk mengganti pakaianku lagi, karena inilah dress termewah yang aku miliki dan terbaik yang aku suka.
"Eh...m...oh..kau sudah siap, ayo kita berangkat!" Ajaknya sambil menggandeng tanganku melingkar di lengannya dengan lembut. Aku sedikit mengernyitkan keningku dan menatapnya aneh. sikapnya seakan sedang memperlakukan kalau aku ini kekasih sungguhan, bukan jalang yang dia sewa untuk berpura- pura menjadi kekasihnya.
"Jangan terus menatapku, aku takut kau akan jatuh cinta padaku." ucapnya sombong dan langsung menghilangkan sedikit rasa terpesona kagumku barusan padanya.
"Kau cantik."ucapnya saat di dalam mobil dan seketika langsung membuat diriku merasakan panas di wajahku.
"Terima kasih..." Sahutku sambil tersenyum, berdoa dalam hati semoga wajahku tidak merona merah.
Hening tanpa obrolan apapun sepanjang perjalanan setelah pujiannya tadi.
"Kita sudah sampai.." kata Xander didepan sebuah restoran mewah.
Pintu mobil terbuka di sisiku oleh seorang penjaga hotel itu.
"Silahkan nona..." Ucap penjaga itu sambil menunduk.
"Terima kasih.."sahutku tersenyum padanya lalu turun keluar dari mobil dan langsung dihampiri oleh Xander lalu tanganku diselipkan lagi melingkar dilengannya dan kami berjalan masuk ke dalam restoran itu bagaikan sepasang kekasih yang sangat mesra dan saling mencintai.
Pelayan restoran itu sepertinya sudah sangat mengenal Xander dan kedua orangtuanya, karena tanpa bertanya apapun kami langsung diantarkan ke sebuah ruangan VVIP dimana kedua orang tua Xander sudah duduk disana dan menunggu kami.
Xander melepaskan tanganku untuk menyapa kedua orang tuanya.
"Hai mom...hai dad..." Sapa Xander kepada kedua orang tuanya sambil memeluk mereka.
"Keluarga yang bahagia" batinku iri melihat Xander berlaku seperti itu pada orangtuanya.
"Mom, Dad, ini Elsa kekasihku. Elsa, ini kedua orangtuaku." ucap Xander memperkenalkan kami.
"Hai Mr. Lambroche dan Mrs. Lambroche" salamku sambil sedikit menunduk sopan kepada dua orang paruh baya itu dan mereka juga balas mengangguk tersenyum ramah padaku.
Xander menarik kursi untukku dan akupun duduk, Xander duduk di sampingku, dia begitu melayaniku dan memperlakukan aku bagai kekasih yang sangat dia cintai.
"Andaikan semua ini nyata....hhuuuuhhhhh....kau tak boleh berharap atau memimpikan apapun lebih dari ini Elsa!" Batinku menghel napas panjang, mengingatkan diriku sendiri
"Kau cantik sayang..."ucap ibunya Xander padaku.
"Terima kasih nyonya, anda juga cantik dan elegan."sahutku atas pujiannya.
"Nak...apakah Xander pernah berbuat kasar padamu? Karena dia selalu dingin terhadap wanita manapun kecuali denganku karena aku ini ibunya."tanyanya lagi dan spontan membuat Xander tersedak makanannya.
"Xander sangat baik nyonya, dia sangat menyayangi saya dan sangat lembut memperlakukan saya."sahutku dan lagi-lagi membuat Xander tersedak lalu menoleh ke arahku, aku hanya tersenyum melihatnya.
"Oow....syukurlah kalau begitu, kalau dia mulai kasar padamu, kau boleh menghubungiku sayang..."ucap ibu Xander sambil mengelus punggung tanganku.
Kasih sayang seorang ibu darinya sangat kurasakan saat ini, membuatku sungguh mendapatkan air sejuk dalam perhatiannya yang beberapa tahun ini tak pernah kurasakan lagi dari ibuku sendiri.
Aku menahan cairan bening di pelupuk mataku supaya tidak mengalir. Malam ini aku kembali merasakan kelembutan disayangi oleh seorang ibu. Xander tiba-tiba mengelus punggungku, seolah dia bisa membaca isi hatiku.
"Thank you.." ucapku tanpa suara pada Xander dan dibalas senyuman manis olehnya.
Mereka sungguh memperlakukan aku seolah aku bukanlah wanita jalang yang kotor, kasih sayang mereka membuatku sungguh tersanjung dan kembali menjadi seorang manusia, bukan binatang yang biasanya harus memuaskan semua keinginan orang-orang yang menyewaku.