Aletta membukakan pintu, Jeane langsung melangkah masuk. Dia menatap sinis ke arah Aletta.
"Jangan pernah berpikir bisa menjadi Nyonya di rumah ini. Entah apa yang dilihat oleh abang gua dari wanita seperti elu?"
Jeane mencengkeram dagu Aletta lalu memiringkannya ke kiri dan ke kanan.
"Wajah pasaran dan murahan, selera abang gua ternyata seperti ini. Gua bisa datangkan wanita yang jauh lebih cantik bila dia minta."
Jeane mendorong Aletta mundur dan menghempasnya ke tempat tidur.
"Apa mungkin permainan elu di ranjang yang membuat abang gua sampai menjadikan elu wanitanya?"
"Nona Jeane, bisa tanyakan sendiri ke Tuan Naga", jawab Aletta sambil tersenyum.
"Dasar pelacur."
Jeane mengangkat telapak tangannya, dia hendak menampar Aletta.
"Nona sudah pikirkan akibat mengganggu wanitanya Tuan Naga. Apalagi bila tamparan Nona Jeane meninggalkan bekas di wajahku. Apa Nona bisa mempertanggung jawabkannya?"
"Sombongnya, elu pikir abang gua akan membela elu. Gua ini adik kandungnya Naga sedangkan elu hanya wanita murahan."
"Apa Nona Jeane ingin membuktikannya sendiri?", tantang Aletta sambil menyodorkan pipi kanannya.
Jeane mengepalkan telapak tangannya. Rasanya ingin sekali dia menghajar Aletta saat itu juga namun Jeane mengenal abangnya. Naga merupakan tipe lelaki yang penyayang. Sekali, dia menyayangi seseorang, maka dia akan melindunginya. Lalu bagaimana bila dia menyakiti Aletta? Wanita yang dibawanya langsung dan dijadikan wanitanya.
"Menyebalkan", gerutu Jeane.
"Gua peringatkan, jangan pernah mendekati Wesley di rumah ini. Atau elu akan berurusan sama gua."
"Sepertinya Nona salah paham, Tuan Wesley sangat mencintai Anda. Mungkin saya bisa membantu Nona Jeane beberapa posisi dan gerakan baru saat bermain di ranjang."
"Tidak perlu."
Jeane meninggalkan kamar Aletta dengan kesal. Dia ingin membuat Aletta menyesal telah bersedia tinggal di rumah ini tetapi Aletta tidak terpancing malah menanggapinya dengan santai. Sikap dan cara bicaranya sangat manis, bila dia bermain kasar bisa jadi dia yang terkena masalah.
"Lihat saja nanti, kalau sampai gua memergoki elu membuat masalah, gua akan langsung menendang elu dari rumah ini", gerutunya sambil berjalan menuju kamarnya.
(Jeane beruntung memiliki abang seperti Winaga. Winaga sangat bertanggung jawab, dari dulu sampai sekarang dia tidak berubah. Dia selalu menjaga Jeane supaya tidak kelaparan dan kedinginan.)
******
Dua puluh tahun yang lalu, saat itu turun salju, seorang anak laki-laki mencuri roti hangat di pasar untuk diberikan pada adik perempuannya. Mereka tinggal di bawah kolong jembatan penyeberangan dengan hanya beralaskan kardus tipis.
"Jeane, ini makanlah."
Anak perempuan itu membagi roti itu menjadi 2.
"Kakak pasti belum makan. Yang ini untuk kakak."
Mereka makan dengan lahap walau hanya setengah roti.
Anak laki-laki itu pernah mencuri sebotol s**u di sebuah minimarket. Dia ketahuan oleh pemilik minimarket dan dilaporkan ke kantor polisi. Disanalah, Winaga dan Roman pertama kali bertemu. Melihat penampilan Winaga yang lusuh dan mengetahui dirinya yatim piatu, Roman dan Paula membawa Winaga dan Jeane pulang ke rumah. Mereka menyekolahkan Winaga dan Jeane. Dua tahun kemudian, Jeane diangkat anak oleh salah seorang kerabat Roman yang tidak memiliki anak. Sehingga Winaga dan Jeane berpisah beberapa tahun. Dan mereka baru tinggal bersama lagi saat Jeane masuk perguruan tinggi. Namun, mereka terpisah kembali sejak kejadian yang menimpa keluarga Anna. Winaga kembali mencari Jeane saat dirinya telah menjadi pemimpin yang disegani. Saat itu Jeane telah bersama Wesley. Jeane sangat mencintai Wesley dan ingin Wesley ikut dengannya sehingga Winaga mengangkat Wesley sebagai salah satu kaki tangannya.
******
"Aku tidak begitu kenal dengan Jeane. Dia sepertinya tidak menyukai aku, entah karena Wesley atau Winaga. Aku bisa saja membela diri tadi tapi aku tidak boleh menunjukkan kemampuanku. Aku harus tampak lemah lembut agar tidak ada yang curiga", gumam Aletta.
Malam harinya, Winaga kembali ke rumah. Dia mendatangi kamar Aletta.
Tok, tok, tok, suara pintu di ketok. Aletta membuka pintu. Winaga menyapanya.
"Malam, bagaimana dekorasi kamarnya? Apa kamu menyukainya?"
"Iya, aku menyukainya."
"Mulai hari ini, kamu akan dikawal oleh Yohan. Dia adalah salah satu anak buahku yang handal."
Winaga memperkenalkan Yohan yang datang bersamanya tadi.
(Yohan berpostur tinggi dan berwajah manis. Dia seumuran dengan Aletta. Pertama kali, Winaga bertemu Yohan 5 tahun yang lalu saat Yohan masih remaja. Melihat Yohan, dia teringat akan masa lalunya. Yohan sama sepertinya seorang yatim piatu yang hidup di jalanan. Dia hampir mati dikeroyok massa saat menjambret tas. Winaga menolongnya dan melatihnya dengan bela diri. Untuk membalas kebaikan Winaga, Yohan ingin mengikutinya dan sampai saat ini, Yohan menjadi anak buah Winaga. Kemampuannya tidak kalah dari Winaga dalam hal bela diri dan menembak. Karena itu, Winaga meminta Yohan untuk mengawal Aletta sebab dia tahu betul orang yang berada di dekatnya akan selalu dibayangi oleh bahaya.)
"Apa ini tidak berlebihan? Mengapa aku memerlukan pengawal?"
"Karena kamu adalah wanitaku", ucap Winaga sambil merangkul pinggangnya.
"Duniaku penuh dengan bahaya dan saat ini kamu telah masuk ke dalamnya. Apa kamu takut?", lanjutnya.
"Asal bersama Tuan Naga, tidak ada yang perlu di takutkan. Aku pasti aman dalam pelukan Tuan Naga", balas Aletta dengan gerakan tangannya yang membelai lembut d**a Winaga yang terlihat karena 2 kancing kemejanya terbuka.
Mata mereka saling menatap dalam. Winaga selalu terhanyut dengan mata itu dan sulit untuk lepas.
"Aku tidak salah memilih. Kamu tipe wanita yang berani mengambil resiko dan bahaya. Aku suka."
Aletta membalas dengan senyuman.
Lalu Winaga memberikan sebuah kotak yang dibawa oleh Yohan kepada Aletta.
"Pakailah gaun yang ada di kotak ini, aku ingin mengajakmu ke Delova."
"Klub malam miliknya, untuk apa dia mengajakku ke sana?", gumam Aletta dalam hatinya.
"Aku akan bersiap dalam 10 menit", ucap Aletta.
"Baiklah, aku akan menunggu."
Yohan beranjak dari ruangan namun Winaga masih dalam posisi merangkul pinggang Aletta.
"Tuan Naga, bagaimana aku berganti pakaian bila Anda masih disini?", ucap Aletta sambil tersenyum kecil.
"Apa kamu malu? Bukankah aku sudah melihatnya tanpa sehelai benang pun?"
Aletta menyembunyikan pisau kecil pemberian Alberto di stocking hitam yang dia kenakan saat ini. Dia tidak ingin Winaga melihat itu.
Aletta mengalihkan perhatian Winaga dengan memperlihatkan bagian dadanya lalu secepat kilat menyelipkan pisau kecilnya dalam dress yang dia lepas.
Pemandangan indah di depan matanya membuat Winaga menelan ludah.
"Apa Tuan Naga masih ingin memandanginya?", tanya Aletta.
Ucapan Aletta membuat Winaga memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Ehemm..., kita memiliki banyak malam untuk melakukannya."
Aletta mengambil gaun hitam dari kotak dan mengenakannya. Winaga membantu menarik resleting belakang pada gaunnya. Punggung Aletta pun terlihat menggoda. Winaga mengecup punggung Aletta beberapa kali.
"Bentuk tubuhmu proposional, kulitmu halus dan aroma tubuhmu pun wangi", ucap Winaga yang memeluk Aletta dari belakang.
Kecupan Winaga menjalar ke pundak lalu leher Aletta membuat Aletta menggigit kecil bibir bawahnya.
"Tuan, aku rasa Yohan sudah menunggu di luar terlalu lama", ucap Aletta untuk memecah suasana.
Winaga berhenti mengecup Aletta. Dia membalikkan posisi tubuh Aletta sehingga kini mereka berhadapan.
"Kamu benar, kita lanjutkan nanti. Malam ini masih cukup panjang."
Aletta menggandeng lengan Winaga lalu mereka keluar dari kamar dan menuju mobil Winaga diikuti oleh Yohan.