Hades menatap ke arah Falencia yang kini sudah melenggang pergi meninggalkannya dengan malu-malu menuju keretanya. Wajahnya masih terlihat sangat memerah dan penampilannya sedikit berantakan, tidak lagi rapi seperti awal. Hades hanya berdiri di depan kediaman Kastelnya, menatap punggung Falencia hingga gadis terhormat itu menghilang bersamaan dengan kereta kudanya. Hades tersenyum manis, perlahan ia meraih bibirnya, ia mengingat bagaimana manisnya saat-saat tadi, bagaimana menyenangkannya momen yang ia habiskan bersama Falencia beberapa saat lalu, bagaimana lidahnya merasakan pemerah bibir yang melekat di bibir merah gadis cantik itu. Hades perlahan memejamkan matanya, ia tidak mau pikiran kotor mulai memenuhi otaknya dan membuatnya tidak dapat bekerja. Hades berbalik, kembali ia melangkah masuk menuju kediamannya yang terasa begitu sesak. Sesaat melangkah, Hades kembali teringat tentang perang yang kemungkinan akan terjadi, tentang pemberontakan yang akan dilakukan pada Raja Carol dan tentang keluarga Gregorio yang akan ikut andil. Hati Hades terasa gusar, kini jantungnya berdebar kencang tanpa bisa ia kendalikan. Hades berpikir, bagaimana ia akan meninggalkan kediaman Gregorio dan buruknya bagaimana ia bisa meninggalkan Falencia nantinya?
Hades menarik napas perlahan, ia berusaha setenang mungkin untuk menyelesaikan masalah yang akan ia hadapi sebentar lagi. Tidak lama kakinya menginjak lantai Kastel, ia dapat melihat sosok Kakak laki-lakinya: Theodore, masih berdiri di dekat perapian bersama tumpukan dokumen dan pipa rokok yang baru saja ia nyalakan. Hades menatap ke arah pemuda yang tidak pernah peduli dengannya itu sebelum memutuskan untuk duduk di dekat Theodore dan masih ingin menghormatinya. Bisa saja Hades memutuskan untuk kembali ke ruangan pribadinya tanpa menegur sapa Theodore, tetapi Hades sadar, hal itu sungguh sangat tidak sopan dan menyalahi bagaimana seorang bangsawan harusnya bertindak. Meski kecewa ataupun benci, tata krama adalah tata krama, perasaan yang dirasakan haruslah ditutup untuk beberapa saat. Hades tidak memulai percakapan, ia tidak tahu harus mengatakan apa dan tidak tahu topik pembicaraan apa yang membuat Theodore merasa tertarik.
Theodore meletakkan dokumen yang baru saja ia baca, menghisap pipa rokoknya dan menatap ke arah Hades dengan tatapan diamnya hingga beberapa waktu mereka lewati. Hening, tidak ada suara, tidak ada percakapan, tidak ada rasa akrab layaknya seorang saudara laki-laki bersama saudara lelaki lainnya, tidak ada kemesraan di antara keluarga Gregorio, hal itu seolah tidak diajarkan di sana. Theodore masih diam dan memandangi Hades, sementara Hades, hanya menunggu Theodore untuk mengajaknya bicara. Sudah merasa cukup ia memutuskan untuk mendekati Theodore, sisanya Hades sungguh tidak punya pikiran.
"Bagaimana Nona Taran?" Theodore akhirnya bersuara, hampir saja suara itu membuat Hades terlonjak. Hades berusaha mengatur detak jantung dan nada bicaranya agar tetap tenang sebelum menjawab Theodore.
"Dia adalah wanita terhormat yang sungguh mengagumkan. Saya merasa sangat beruntung bisa memilikinya sebagai calon istri saya, Nona Taran pun terlihat begitu cerdas, tidak pernah saya melihat ada wanita anggun dan sangat menarik seperti Nona Taran. Saya menyetujui pernikahan dengannya, dan saya harap saya dapat hidup bersama dengannya hingga akhir hayat menjemput." Hades menyudahi jawabannya, ada perasaan lega yang ia rasakan bersamaan dengan adanya perasaan janggal yang ia rasakan. Hades tidak dapat mengetahui perasaan janggal apa yang ia rasa, bercampur dengan kelegaan dan kebahagiaan yang ada dalam relung hatinya saat ini. Perlahan, Hades mendongak dan menatap ke arah Theodore yang masih betah untuk menatapinya. Seolah saat ini, Hades adalah karya seni luar biasa yang terasa sulit sekali untuk diabaikan. Hades jadi salah tingkah karena perilaku tidak biasa Theodore, biasanya, Kakak laki-lakinya tidak pernah memerhatikannya seperti ini. Hanya menatap sekilas dengan percakapan singkat, kemudian pergi menjauh meninggalkannya. Hades lebih dari pada tahu, Theodore tidak menyukainya, tidak ada yang menyukainya di keluarga Gregorio bahkan Ibu kandungnya sendiri. Hades adalah anak yang tidak diinginkan, Hades adalah anak hasil dari hubungan menjijikkan, anak haram yang bisa merusak nama keluarga. Hades tahu, di sanalah posisinya berada, karena itu Hades tidak pernah berharap lebih untuk hidupnya. Dan lagi, ia saat ini dijodohkan dengan Falencia, tidak ada hal yang lebih membahagiakan dari itu meski nantinya ia akan segera pergi meninggalkan wanita cantik yang telah memenuhi pikirannya tersebut.
"Apa kau ingin menghabisi hidupmu? Apa kau rela Nona Taran jadi janda?" tanya Theodore yang membuat Hades sangat terkejut. Hades menatap Theodore dengan tatapan membelalak, tidak percaya kalimat itu keluar dari bibir tipis Theodore, tidak percaya jika Theodore akan memedulikan Hades, tidak percaya jika saat ini yang berada di hadapannya adalah Theodore. Hades menelan ludahnya, mencari jawaban senetral dan sebaik mungkin. Hades enggan terlihat sebagai pemuda yang tidak tahu terima kasih, tetapi ia juga tidak ingin meninggalkan Falencia begitu saja, membuat Falencia menjanda di awal pernikahan mereka adalah mimpi buruk untuknya dan untuk Falencia sendiri. Hades tahu itu, tetapi bukankah ia tidak punya pilihan lain? Ia sudah menyetujui untuk menjadi wakil Gregorio, dan seluruh pendukung Gregorio beserta kepala keluarga Gregorio memerintahkannya hal yang sama. Hades tidak dapat menolak secara sepihak. Hades menatap Theodore ragu-ragu lalu memberanikan diri untuk bicara, biarlah berharap sedikit pikir Hades, setidaknya Theodore mungkin dapat membantunya menjaga Falencia saat ia tidak ada.
"Tidak. Saya ingin hidup dengan tenteram dan dalam waktu yang sangat panjang, saya ingin hidup bersama Nona Taran dalam waktu yang sangat lama. Saya merasa buruk jika harus meninggalkannya begitu saja, terutama pada awal pernikahan. Namun, tugas adalah tugas, saya tidak dapat mengabaikannya. Seperti Theodore yang selalu membanggakan Gregorio, saya pun ingin melakukannya demikian. Saya pun ingin membuat Ayah dan Ibu merasa bangga karena kehadiran saya, karena itu saya akan melakukan tugas ini dengan sangat baik. Saya harap Theodore dapat membantu saya menjaga Nona Taran nantinya," jawab Hades perlahan dan tertata rapi. Thedore diam tidak bereaksi hingga terdengar tawa. Hades tersentak, ini kali pertamanya Hades mendengar dan melihat Theodore tertawa lepas seperti saat ini di hadapannya, seumur hidup Hades hanya melihat bagaimana wajah kaku dan dingin Theodore, kalau pun ada ekspresi lain yang ditunjukkan, itu adalah rasa jijik dan marah karena kehadiran Hades. Baik di dalam rapat keluarga atau pun pekerjaan.
"Theodore? Apa, ada yang lucu dari jawaban saya?" Hades tidak mengerti apa yang membuat Theo tertawa dan ia tidak mau menduga-duga.
"Semuanya, semua ucapan, semua perilakumu, semuanya Hades. Apa yang kau lakukan adalah sesuatu yang konyol dan menggelikan. Kau sungguh ingin membuat Ayah dan Ibu kagum padamu? Bangga? Kau yakin itu yang kau inginkan? Atau kau hanya takut saja untuk menolak mereka?" Theodore menghisap pipa rokoknya sekali lagi, wajah kakunya yang seolah dicetak tampak berantakan dan memerah karena tawanya yang tidak ia tahan. Keadaan yang cukup membuat Hades jauh lebih kebingungan dari saat ia bertemu dengan Falencia barusan. Hades diam, dalam hatinya tentu saja ia tidak berharap ini terjadi, bukan ia takut pada kematian, tetapi segera berhadapan dengan kematian bukanlah hal biasa yang tidak perlu ditakuti.
"Kau tidak akan kembali selamat, Falencia akan dinikahkan dengan orang lain dan akan sangat menderita. Tidak ada akhir yang harmonis untukmu, juga untukku Hades. Apa kau pikir aku bahagia selama ini? Apa kau iri padaku Hades? Jangan, jangan pernah iri pada hidup seseorang yang sudah hancur ini. Hades, aku berusaha sekeras mungkin untuk membuatmu keluar dari sini tanpa sepengetahuan Ayah, dan di luar dugaan kau malah menarik perhatian Ayah dan membuatmu menjadi wakil Gregorio. Hades, apa lagi yang harus aku lakukan untuk menyelamatkanmu?" Theodore tersenyum setelah berucap. Kalimat yang membuat Hades jauh lebih membelalakkan matanya.