Sinar Matahari segera menyapa sepasang sejoli dengan lembut dan bersahabat, seolah tidak ingin jika salah satu dari mereka atau keduanya mengalami kesulitan dan merasa sinar Matahari akan menyakiti kulit mereka. Sang pria yang menuntun jalan selalu tidak lupa memasang senyumnya, terlihat dewasa dan sangat berwibawa. Sementara Si gadis muda yang mengikuti langkah kaki pemuda di sebelahnya bergerak dengan begitu lembut, dengan begitu teratur seolah ada kawat dan tali pada setiap sendi-sendi tubuhnya. Sesekali Si gadis akan melirik ke arah pemuda yang sudah digadang-gadangkan akan menjadi calon suaminya itu, menatap Hades dengan malu-malu lalu akan segera mengalihkan wajah dengan rona merah yang tertinggal. Hades tersenyum, menahan tawanya untuk membuat calon istri masa depannya merasa lebih malu dari pada saat ini. Hades begitu senang ketika melihat wajah Falencia merona, terutama saat sepasang bola mata jernihnya menyipit karena sinar Matahari. Falencia terlihat seperti burung Kenari kecil yang senang terbang di bawah langit tetapi akan sibuk mencari tempat berteduh karena panas.
"Saya sungguh tidak perhatian, biarkan saya kembali ke dalam beberapa saat untuk mengambil parasol. Saya tidak membiarkan pelayan mengikuti kita karena saya merasa lebih nyaman seperti itu, tetapi sepertinya keputusan yang saya buat sungguh buruk. Bersediakah memaafkan kebodohan saya Nona Taran?" Hades sedikit membungkukkan wajahnya agar dapat melihat wajah Falencia yang benar-benar cantik untuknya. Falencia terkesiap karena apa yang Hades lakukan, membuka kipas yang sedari tadi ia pegang dan menyembunyikan setengah wajahnya di balik kipas tersebut.
"Saya baik-baik saja Tuanku, Matahari tidak menyakiti saya sama sekali. Matahari hanya menjalankan tugasnya dengan sangat baik, bukankah kita yang memutuskan untuk berjalan-jalan pada saat Matahari tengah bertugas? Lagi pula, sinar Matahari baik untuk kesehatan kulit dan tubuh, meski tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Tuanku, saya tidak butuh parasol, saya tidak perlu melindungi kulit saya dari sinar Matahari. Yang saya butuh kan adalah perlindungan yang lain, perlindungan yang akan membuat saya merasa lebih tenteram." Falencia tersenyum dengan bibirnya yang tipis, Falencia merasa beruntung ia memutuskan untuk memoles pewarna bibir dengan warna muda sebelum pergi menemui Hades. Karena saat ini, Hades tengah terpana ketika melihatnya tersenyum dalam jarak dekat. "Tuanku?" Falencia memanggil ulang Hades yang terlihat mematung, menatap ke arah Falencia seolah hilang kesadaran. Hades mengerjap, spontan mengalihkan pandangannya dan berdeham pelan agar membuat suasana kembali normal.
"Maafkan perilaku tidak sopan saya barusan, saya sungguh berlaku seperti hewan yang tidak punya tata krama. Saya, saya ehem, saya sungguh merasa senyum Anda sangat cantik. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi rasanya ada setruman yang menjalar di sekujur tubuh saya. Apa ini terdengar berlebihan? Haha. Saya adalah pria yang tidak pandai bicara, saya tidak seperti Kakak laki-laki saya yang pandai bersosialisasi dan menggunakan kata-kata. Mungkin, keluarga Taran akan kecewa telah memberikan putri berharganya pada saya. Ya Tuhan, apa yang saya coba katakan? Bagaimana saya bisa menjelekkan diri saya di hadapan tunangan sendiri?" gerutu Hades sembari menepuk keningnya perlahan. Wajahnya merah padam karena ia merasa salah bicara, Hades menoleh ke arah Falencia setelah Hades mendengar suara tawa kecil yang begitu menyenangkan di telinga. Seperti nyanyian burung, seperti suara Surgawi yang begitu syahdu dan menyejukkan jiwa. Hades sungguh sudah jatuh cinta begitu dalam. "Ya Tuhan! Saya lagi-lagi terpana! Saya sungguh seperti hewan yang tidak dapat mengendalikan diri. Hah. Ampunilah kelakuan buruk saya Nona Taran, saya akan bersumpah untuk belajar dan berusaha agar menjadi tunangan yang membanggakan keluarga Taran." Falencia kembali terkikik perlahan, wajahnya tidak lagi tertutup kipas yang ia genggam dengan jari-jari lentiknya yang tertutup sarung tangan satin berwarna hitam. Falencia memukul perlahan lengan tegap Hades dengan badan kipasnya, dan kini Hades dapat melihat wajah cantik Falencia dengan sangat jelas. Sepasang mata amethyst jernih, kulit putih kemerahan yang seperti bayi, bibir tipis berwarna cerah dan hidung mungil yang menambah kecantikannya.
"Hentikanlah Tuanku, jika Tuanku terus memuji saya seperti itu maka sayap saya akan keluar dari punggung dan saya akan terbang tinggi ke angkasa. Saya merasa malu pada kumpulan bunga dan pada Nona-nona muda yang jauh lebih cantik dari pada saya, saya sungguh tidak mau nantinya akan timbul rumor buruk tentang jeleknya kemampuan melihat Tuanku. Namun, saya sungguh berterima kasih untuk pujian-pujian manis tadi, saya senang mendengarnya." Falencia tersenyum lagi, melanjutkan langkah kakinya yang tertutup gaun panjang yang berwarna senada dengan warna rambut panjangnya. Gaunnya menjuntai, menyapu tanah dan daun-daun kering yang jatuh dan menghiasi jalan. Hades mengerutkan keningnya karena apa yang Falencia ucapkan, Hades sungguh tidak setuju jika Falencia merendahkan tingkat kecantikan yang ia miliki. Menurut pemuda yang belum menyelenggarakan upacara kedewasaan itu, Falencia memiliki tingkat kecantikan yang begitu tinggi. Bahkan untuknya, Falencia jauh lebih cantik dan menarik dibanding Kakak ipar perempuannya; istri dari Theodore, Kakak laki-lakinya. Hades mengangguk setuju tanpa mengutarakan apa yang tengah ia pikirkan dalam benaknya.
"Tuanku? Apa yang Tuanku pikirkan hingga tampak sangat serius? Apa jalan-jalan ini membuat waktu kerja Tuanku jadi terganggu? Tuanku, Anda sungguh tidak perlu memaksakan diri, kembalilah bekerja dan saya akan datang lain kali dengan waktu yang tepat. Saya juga akan mengirim pemberitahuan kedatangan lebih lama sehingga Tuanku dapat menyiapkan waktu senggang meski hanya sebentar."
"Tidak! Sama sekali tidak, Nona Taran. Saya mohon untuk tidak salah sangka, saya hanya tengah, hm, membandingkan satu dan lain hal. Tidak berurusan dengan pekerjaan dan tidak sepenting itu, jangan salah paham dan tetaplah bersama saya." Hades menggeleng panik karena apa yang Falencia ucapkan, perlahan Hades mengarahkan dan membantu Falencia untuk duduk di pinggir bebatuan Fountain yang berada di tengah taman keluarga Gregorio. Tak lupa, sebelum Falencia duduk, Hades melepaskan jas yang ia pakai dan menjadikannya alas agar Falencia dapat duduk dengan nyaman dan gaun yang ia pakai tidak kotor. Hades menatap ke arah Falencia dengan tatapan cemasnya, terutama saat Hades mendapati Falencia mulai berkeringat. Hades sedikit membungkukkan badannya, mengeluarkan sapu tangan yang tadinya terlipat rapi di dalam saku untuk mengusap keringat yang mencoba merusak riasan wajah Falencia.
"Nona Taran, saya sangat menghargai waktu jalan-jalan saya dengan Anda. Saya tidak berbohong dan tidak mengatakan ini demi nama keluarga yang saya bawa, saya mengatakan ini karena saya sungguh merasa senang dapat menghabiskan waktu dengan Anda. Saya harap Nona Taran tidak memikirkan hal yang jelek tentang saya." Hades menggigit ujung bibir bagian bawahnya, takut-takut jika Falencia akan menganggapnya sebagai pemuda tidak tahu diuntung.
"Baiklah, haha. Lalu, apa yang Tuanku pikirkan sampai memasang wajah yang begitu serius? Ah, Tuanku, saya bisa melakukannya sendiri. Anda tidak perlu memperlakukan saya sejauh ini." Falencia tersenyum ketika Hades memutuskan untuk mengeringkan keringat yang menempel di wajahnya dengan hati-hati. Falencia memegangi lengan Hades dan mencoba menghentikan apa yang Hades lakukan. Hades mengerjapkan matanya perlahan dan berdiri di hadapan Falencia agar Matahari sedikit tertutup dan lebih memilih menghantam punggungnya dibanding wajah gadis cantik yang untuk Hades lebih cantik dari pada bunga itu.
Hades sedikit mengalihkan pandangan dan tampak resah seolah bingung akan mengatakannya dengan jujur atau membuat alasan agar lebih enak didengar.
"Saya sangat menyukai orang-orang yang setia, bertanggung jawab dalam setiap aksinya, dan mereka yang ucapannya dapat digenggam. Saya tidak butuh kata-kata manis bagai gula tetapi tidak ada arti sama sekali, saya juga tidak butuh afeksi palsu hanya untuk menyenangkan saya dalam waktu singkat. Tuanku, saya hanya gadis biasa yang menunggu pemuda sederhana dan bersedia bertanggung jawab untuk membahagiakan saya sampai maut memisahkan. Saya tidak mendambakan pemuda yang dilimpahi permata, saya juga tidak mendambakan pemuda yang memiliki gula di kedua bibirnya, atau pemuda dengan jabatan setinggi langit sehingga orang-orang harus membungkukkan badan saat berjumpa. Saya hanya berharap ada satu pemuda yang dapat mencintai saya dengan sederhana, dan mau menerima cinta saya yang sederhana juga."
"Saya hanya, tengah membandingkan wajah Nona Taran dengan Kakak ipar perempuan saya." Hades tidak menatap Falencia sama sekali, Hades terlalu takut dan malu untuk menatap gadis di hadapannya tersebut. "Dan saya berpikir, wajah Nona Taran jauh lebih, jauh lebih cantik dari Kakak ipar perempuan saya. Saya tahu pikiran saya sungguh memalukan, bisa-bisanya saya membandingkan dua wanita terhormat dalam hal fisik. Pikiran saya kotor dan tidak tahu malu. Saya sungguh minta maaf, Nona Taran." Hades membuka matanya dan kali ini memberanikan diri menatap wajah Falencia. Bukan rasa kesal atau amarah yang tersirat dari wajah Falencia, melainkan rona merah padam terlihat begitu jelas di wajah cantiknya. Hades tersentak kaget dengan apa yang ia lihat, tidak pernah Hades membayangkan jika apa yang ia katakan akan membuat Falencia bereaksi seperti saat ini.
"Nona Taran?"
"Saya, saya baru saja ingat jika saat ini saya punya urusan yang sangat mendadak. Saya harap Tuanku tidak tersinggung dengan hal ini dan tidak memiliki pikiran buruk tentang saya. Saya akan datang lagi dengan pemberitahuan lebih awal, saya akan temui pelayan saya di dalam." Falencia segera beranjak dari tempatnya dan tidak membiarkan Hades menatap wajahnya lebih lama. Hades menahan lengan kurus Falencia yang terbalut gaun berbahan lembut, membuat Falencia menatap wajahnya yang kini tampak begitu terpesona karena reaksi manis yang Falencia berikan.
"Tuanku?"
"Nona Taran, saya sungguh beruntung karena mendapatkan Anda sebagai tunangan dan calon istri saya di masa depan. Tidak perlu memaafkan apa yang akan saya lalukan, tapi mohon diingat jika saya seperti karena Anda." Hades bergumam perlahan setengah berbisik, sesaat setelah mendekatkan wajahnya pada Falencia hingga jarak mereka hanya setipis kertas. Wajah Falencia bertambah merah karena apa yang Hades lalukan, spontan saja Falencia menutup matanya dan membiarkan pemuda itu menekan bibirnya dengan lembut tanpa paksaan sama sekali. Kedua insan yang sama-sama tengah jatuh hati dengan malu-malu, kedua insan yang benang takdirnya sudah terlihat begitu rapuh.