Page ten - A Good Husband

1564 Words
"Selamat malam. Saya Hades, saya datang untuk memastikan apa amplop ini benar milik Anda? Apa saya sedang berbicara dengan Tuan Eduardo?" Pria dengan pakaian formalnya itu berdiri di depan pintu, pakaiannya terlihat begitu mewah ditambah dengan berbagai aksen seperti mantel dan kravat berwarna cerah terlipat rapi di bagian lehernya. Sepasang matanya berwarna merah terang, seperti darah dan makhluk legenda pengisap cairan yang sama. Pria dengan pakaian mewah dan tongkat berjalannya itu tersenyum manis sembari menunjukkan selembar amplop berwarna putih polos tanpa ada hiasan apa pun di atasnya. Pria yang memiliki rumah begitu terkejut dengan kehadiran tamunya malam ini. Saat ini hampir pukul satu pagi, Sang pria dan Istrinya bahkan sudah terlelap sejak tadi. Dan ia juga sudah hampir lupa pada permintaan yang sempat ia tuliskan, ada kala di mana Sang pria menunggu-nunggu kedatangan Hades tetapi pria yang ditunggu tidak jua muncul. Sempat berpikir jika permintaannya ditolak, Sang pria mulai memikirkan cara lain untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, di sinilah Hades berada, berdiri di hadapannya dengan senyum cerah dan tatapan yang begitu terang. Sang pria terpaku, matanya tidak dapat lepas dari wajah Hades yang menurutnya tidak seperti manusia kebanyakan. Hades memiliki rupa yang menyenangkan mata, hidungnya terbentuk dengan sempurna, matanya terpasang seperti permata dan bibirnya merah alami. Bahkan Aktor kawakan yang pernah Sang pria temui tidak terlihat seperti Hades. Sang pria sempat berpikir jika semua ini adalah tipuan belaka. "Apa Anda bukan Tuan Eduardo? Jika bukan, maka saya sungguh minta maaf. Sepertinya asisten saya salah menunjukkan alamatnya. Saya mohon diri Tuanku, saya akan kembali dan seg...." ucapan Hadea terputus karena tangan Sang pria segera mencengkeram lengan Hades dan tidak mengizinkannya pergi. Sang pria benar bernama Eduardo dan benar juga kenyataannya jika ia yang mengirim amplop permintaan pada Hades untuk segera dikabulkan. Eduardo menelan ludahnya samar, Istrinya ada di dalam, menunggu kedatangannya dan menjelaskan apa yang terjadi. Sementara, Eduardo membuat permintaan ini tanpa sepengetahuan Istrinya, Eduardo merasa resah harus bertindak apa. Hades tersenyum, ada tawa kecil yang terdengar jika kembali diperhatikan. Ditepuknya perlahan lengan Eduardo yang menahannya, Hades mendekatkan wajahnya lalu berbisik kecil agar yang mendengar kalimat itu hanyalah dirinya dan Eduardo saja. "Saya akan menunggu di depan, katakanlah pada Istri Anda jika saya adalah orang asing yang meminta bantuan untuk kendaraannya. Lalu, katakan juga jika saya akan memberikan imbalan yang sesuai jika Anda dapat membantu saya. Atau, jika Anda memiliki alasan lain? Anda bebas menggunakannya. Saya akan menunggu di dalam mobil, satu-satunya mobil yang terparkir di sana. Baik?" Hades menatap Eduardo dengan tatapan lurus dan nada bicara yang tidak terdengar memerintah, tetapi Eduardo merasa Hades adalah seorang yang superior sehingga ucapannya terasa begitu mutlak dan memiliki kekuatan yang begitu besar. Tanpa sadar, Eduardo mengangguk mengiyakan ucapan Hades tanpa membantahnya sedikit juga. "Baiklah, sampai bertemu lagi Tuanku. Saya permisi sebentar." Hades kembali memakai topi hitamnya yang tengah ia genggam tadinya, berbalik dan berjalan meninggalkan Eduardo yang masih terpaku karena kehadirannya. "Sayang? Siapa yang datang?" Terdengar suara halus dari arah belakang Eduardo, ada rasa cemas dan takut yang bercampur. Eduardo berbalik, tatapannya menangkap sosok wanita yang dibalut pakaian tidur tipis yang dibuat dari satin berwarna biru lembut. Pakaian yang membuat Si wanita terlihat manis dan sedap untuk dinikmati. Eduardo mengerjapkan matanya, ia tersenyum dan segera merangkul tubuh wanita itu dengan salah satu tangannya. Eduardo berpikir, Istri tercintanya tidaklah boleh tahu apa yang ia minta pada Hades juga tidak perlu ikut campur dengan urusan keji duniawi. Istrinya hanya perlu menyambutnya saat Eduardo pulang dengan senyum hangat dan pelukan yang nyaman. Eduardo mencium lembut kening dan wajah Istrinya, lalu menggeleng perlahan untuk memberitahu agar Istrinya tidak perlu khawatir. "Tidak perlu khawatir sayangku. Dia hanya tamu yang meminta bantuan untuk mobilnya, aku berpikir untuk membantunya. Kasihan bukan? Ia tidak dapat pulang saat ini karena kendaraannya bermasalah. Kami pernah bertemu di satu acara makan malam, dia adalah pria yang baik dan aku yakin jika dia berasal dari keluarga bangsawan. Aku rasa tidak ada hal yang buruk dengan menjalin hubungan yang dekat dengannya, dan mungkin saja dia akan memberikan kita imbalan yang besar dan berharga. Jadi, aku akan keluar sebentar untuk membantunya. Kau kembalilah ke kamar dan kembali tidur, tidak perlu menungguku sayang. Aku sedih jika kau sulit tidur karena cemas memikirkanku, suamimu ini akan selalu melindungimu dalam situasi apa pun. Apa saja yang membuatmu cemas dan takut akan aku singkirkan." Eduardo mencium kening Istrinya lagi, membuat Sang Istri terkikik karena merasa geli sekaligus bahagia. Sang Istri mencubit pelan perut Eduardo yang tampak seperti seorang penggoda sebelum menganggukkan kepalanya. "Baiklah jika begitu adanya. Aku takut kalau nanti, pada kenyataannya dia adalah penjahat yang berpura-pura meminta tolong padamu. Aku sungguh tidak rela dan tidak siap jika harus menerima berita bahwa kau terluka sayang. Hm. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Jangan bertindak gegabah dan sembarangan, ada penjaga bukan di depan? Segeralah temui dia jika kau merasa ada yang aneh, baik? Aku akan kembali tidur. Aku punya janji mengunjungi anak-anak di Gereja hari ini, dan aku akan membuat Cozonac untuk mereka. Aku harus bangun pagi," jelas Sang Istri dengan senyuman lembut dan tatapan penuh kasihnya. Eduardo mengangguk, memeluk tubuh Istrinya erat untuk beberapa saat dan melepaskan pelukannya, membuat Sang Istri dapat kembali ke kamar dan melanjutkan istirahatnya. Eduardo mengembuskan napas lega, ia merasa begitu beruntung karena mendapatkan Istri sebaik dan secantik dia, dan tentunya ada banyak sekali pria yang mengincar Istrinya yang baik. Termasuk salah satu tetangganya yang ada di sini, lelaki tua busuk yang sangat Eduardo benci. Namun, tidak lama lagi, lelaki busuk itu akan Eduardo singkirkan. °°° "Ah, selamat datang Tuan Eduardo. Saya kira Anda kesulitan untuk dapat izin dari Istri Anda, saya berpikir untuk membantu Anda satu kali lagi. Haha." Hades terkikik perlahan sembari melepaskan sarung tangan hitam berbahan dasar licin yang membalut kedua tangannya. "Maafkan saya Tuan! Saya hanya sangat kaget karena Anda datang pada saat yang tidak terduga, ah, maksud saya, saya tidak menyangka jika permintaan saya diterima. Saya tidak percaya Anda benar-benar muncul untuk memenuhi permintaan saya. Sekali lagi, saya sungguh minta maaf untuk sikap tidak sopan saya tadi. Saya benar-benar tidak seharusnya membiarkan Anda menunggu di cuaca seperti ini." Eduardo membungkukkan badannya pada Hades, ia tidak mau jika Hades sampai membatalkan semuanya, Eduardo sudah menunggu sangat lama untuk hal ini. Hades tersenyum, perlahan ia membuat Eduardo kembali tegak dan menatapnya. "Ayolah Tuanku, Anda tidak perlu bersikap seolah saya adalah bangsawan besar atau bagian dari pahlawan. Saya hanya pebisnis kecil yang suka berkeliling dan menawarkan jasanya. Jika jasa yang saya tawarkan membantu, maka saya akan merasa senang dan cukup. Baiklah, saya ucapkan sekali lagi Tuanku. Saya Hades, saya datang untuk memastikan jika benar Anda yang mengirimkan amplop putih berisi permintaan lada Ventham?" Hades memegangi tongkat jalannya dengan satu tangan, dan tangan lainnya menunjukkan amplop berwarna putih. Eduardo mengangguk secepat angin membenarkan segala ucapan yang Hades lontarkan padanya. Hades tersenyum puas. "Baiklah, permintaan Anda adalah menghabisi pria tua yang mengganggu ketenangan rumah tangga dan kemungkinan besar menginginkan Istri Anda. Anda ingin pria tua yang tinggal sendirian dan pada kenyataannya adalah pemilik tanah tempat Anda tinggal dihabisi dengan cara yang tidak biasa? Seperti dibuat bunuh diri, atau melompat dari bangunan yang tinggi. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan untuk aparat penjaga keamanan dan hasilnya tidak ada lagi yang akan mengganggu ketenangan dan mengancam Istri Anda. Apa benar itu adalah permintaan Anda, Tuanku?" Hades membaca ulang surat yang dikirimkan padanya dengan suara yang jelas meski tidak terdengar keras. Eduardo menginginkan semua hal ini dikerjakan dengan sembunyi-sembunyi tanpa ada satu pun yang tahu. Ia tidak mau dianggap sebagai pembunuh, ia juga tidak mau jika Istri tercintanya tahu tentang rencana jahatnya pada lelaki tua sial itu. Eduardo mengangguk. Seluruh pengulangan yang Hades sebutkan adalah benar. Benar dia meminta seperti itu, benar jika Eduardo meminta Hades untuk menyingkirkan lelaki pengganggu yang seperti lalat dan membuat amarahnya tidak terbendung lagi. Eduardo masih mengingat bagaimana Istrinya memeluknya dengan gemetar saat melihat Eduardo pulang dari tempat kerja. Istrinya menangis dan tampak pucat, perlahan, Istrinya berkata jika saat ia bangun dari tidur siang ia melihat lelaki tua itu masuk ke dalam rumahnya dan menatapi isi rumahnya dengan pandangan yang mengerikan. Benar memang, Istrinya salah karena tidak mengunci pintu dengan benar, tetapi masuk dan memerhatikan rumah orang lain tanpa izin adalah tindakan melanggar hukum. Dan sudah beberapa bulan ini Istrinya merasa tidak nyaman dan takut karena seperti ada yang mengawasi dari tempat lain. Mungkin saja jika itu bukan Si lelaki tua, tetapi tetangganya yang lain sudah disibukkan dengan pekerjaan dan rumah tangga masing-masing. Sementara Si lelaki tua hanya tinggal sendirian dan tidak melakukan pekerjaan apa pun, di luar dari pada itu, Eduardo juga pernah menangkap lelaki tua tengah membongkar tempat sampah pribadinya yang belum dibuang. Saat Eduardo bertanya apa yang lelaki tua itu cari, lelaki tua itu hanya menggeleng dan menatap Eduardo dengan wajahnya yang penuh dengan keriput. "Apa kau yakin jika Istrimu adalah wanita baik-baik? Jangan tertipu." Adalah kalimat yang lelaki tua itu lontarkan padanya. Eduardo merasa begitu marah karena penghinaan atas Istrinya. Lalu Eduardo mengingat kemarin malam, Eduardo sengaja membelikan Istrinya pakaian tidur yang mirip dengan pakaian pelaut wanita. Eduardo setengah mabuk saat itu, lalu meminta Istrinya memakai pakaian itu hingga pagi. Eduardo juga mengingat jika Istrinya berkata ia tidak akan mengenakan pakaian yang membuat rasa malunya habis dan akan membuangnya dengan segera. Seketika Eduardo merasa mual, amarah dan rasa jijiknya sudah tinggi. Ia sudah tidak tahan, dan bersumpah untuk menyingkirkan lelaki tua ini dengan cara apa saja. "Ya, benar. Saya menginginkan itu, saya ingin lelaki busuk itu tewas mengenaskan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD