Page nine - Black Nobles ( Last )

1303 Words
Hades melangkahkan kakinya mundur, tidak sanggup kedua matanya menatap apa yang terjadi. Ia berjalan sesegera mungkin meninggalkan kamar yang begitu menjijikkan untuknya. Kakinya berlari ke lantai atas, di mana ia melihat sosok Ibu yang sedang bermesraan bersama para pemuda bangsawan lainnya yang baru saja mendapat gelar. Mereka yang memiliki darah rakyat biasa dan diangkat menjadi bangsawan karena prestasi yang sudah mereka lakukan. Namun, sepertinya prestasi kecil yang mereka lakukan dan hadiah kecil yang mereka dapat dari Raja Carol tidak lagi berarti. Mereka lebih menyenangi menggoda wanita terhormat yang sudah menjadi Istri orang lain karena status wanita tersebut jauh lebih tinggi dibanding mereka. Hades merasa ingin muntah. Hades membalikkan badannya, pandangannya terasa kabur seperti ada sesuatu yang membayang dan menutup bola matanya. Mungkin air mata atau amarah, Hades sudah tidak tahu lagi. Kini, ia mencari Theodore, Kakak laki-lakinya yang berkata akan melindungi dan menjaga, Kakak laki-laki yang juga jadi korban keluarga busuk ini. Sudah beberapa minggu ini Theodore kembali ke kediaman utama Gregorio, kabarnya Theodore dan Istrinya sedikit bertengkar dan menyebabkan keduanya berpisah untuk sementara. Hades tidak seberani itu untuj bertanya apa yang membuat Theo dan Istrinya bertengkar, Hades juga tidak pernah berpikir jika Theo memikirkannya seperti seorang saudara, bahkan jauh lebih baik dari itu. Theodore ingin Hades hidup dengan menyenangkan. "Theodore?" "Tuan Muda Theodore sedang beristirahat, katanya tidak boleh ada yang mengganggu Tuan Muda Hades." Salah seorang pelayan berjalan menghampiri Hades sembari membungkukkan badannya sebagai penghormatan pada atasan. "Katakan, aku, aku ingin menemuinya dan ini sangat penting. Biarkan aku masuk, apa dia sedang tidur? Biar aku yang akan membangunkannya, kau tidak perlu takut, aku yang akan bertanggung jawab jika Theodore marah." Hades menatap pelayan yang masih berdiri di depan pintu kamar Theo, dengan wajah ragu dan takut-takut. Hades paham jika ini adalah tugas mereka untuk mewujudkan keinginan atasan, tetapi Hades sungguh membutuhkan Theodore saat ini. Hades buta. "Aku mohon," lanjut Hades dengan wajah kesulitan. Pelayan itu mengangguk, tidak ada yang tidak tahu bagaimana menderitanya Hades dan Theodore karena didikan kepala keluarga Gregorio. Baik para pelayan lama atau baru, mereka akan segera tahu seburuk apa keluarga dengan nama besar ini. Dan korban dari pada mereka ialah Theodore dan Hades. Pelayan itu membukakan pintu dan membungkukkan badannya kembali, membiarkan Hades melangkah masuk menuju satu ruangan luas di mana Theo berada. Ini adalah kali pertama Hades menginjakkan kaki ke ruangan pribadi milik Theo, biasanya Hades tidak pernah berani bahkan hanya berdiri di depan pintunya. Ruangan Theodore begitu berbeda dengan ruangan miliknya, dari lukisan yang dipajang hingga desain tempat tidur dengan atap yang ada di kamar Theo. Hades kelimpungan mencari sosok Theodore, ia tidak temukan Kakak laki-lakinya di atas tempat tidur, ia juga tidak temukan Theodore di sofa besar yang ada di sana; tempat biasa Theodore bersantai. Hades panik. Hades menarik napasnya perlahan dan memutuskan untuk berkeliling ruangan. "Theodore? Theodore? Ada di mana kau? Theodore ini aku, Hades." Hades berusaha memanggil Theo dengan suara kecilnya yang terdengar gemetaran. Bayangan Falencia yang tidur dengan Ayahnya tergambar dengan jelas dan kini memenuhi otaknya, suara desahan lembut Falencia juga masih enggan meninggalkan telinga. Hades mual. Tidak terdengar jawaban dari panggilan Hades, hal yang membuat Hades semakin panik dan khawatir. Tanpa menunggu Hades membuka pintu kamar mandi dan ia segera menangkap sosok Theodore yang berendam di dalam palung yang terbuat dari bebatuan dan cukup untuk membuat satu tubuh terendam seluruhnya. Ada noda darah yang mengotori airnya dan membuat Hades segera meraih tangan Thel dan mengangkatnya ke atas. Hades terengah, napasnya tidak karuan dengan jantung yang berdebar cepat. Ia tidak mau kehilangan Theodore saat ini. Theo membuka matanya perlahan, sepasang mata yang dulunya selalu terlihat superior untuk Hades saat ini terlihat begitu lemah dan lelah. Cahayanya meredup, bahkan hampir menghilang. Tidak ada harapan dan tidak ada kebahagiaan yang tersirat dari tatapan mata Theodore, Hades sekarang tahu, Theodore juga sama sepertinya, Theodore tidak sebahagia itu. Theodore juga menderita sepertinya. Hades meraih wajah Kakak laki-lakinya yang basah, memeluk tubuh yang masih mengenakan pakaian lengkap itu dengan erat. Hades dapat mendengar suara tawa Theodore meski kecil dan samar. Theo menepuk perlahan pundak Hades, seolah sedang membuat Hades merasa lebih tenang. "Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Semua akan berakhir, semuanya akan berakhir Hades. Aku sudah bereskan hal lainnya, orang-orang busuk yang tidak juga enggan mengalah, orang-orang busuk yang enggan memikirkan hidup orang lain. Aku sudah membereskannya, tidak akan ada lagi yang memaksamu pergi Hades, tidak akan ada lagi tiang-tiang untuk keluarga Gregorio. Musnah mereka semua. Musnah." Hades mendelik karena ucapan Theo, dilepaskannya perlahan pelukan tersebut dan ia menatap Theo lekat-lekat meminta penjelasan. Theo hanya tersenyum, wajah pucatnya terlihat jelas. Dan saat Theo beranjak dari posisinya, Hades bisa melihat dengan jelas luka yang Theo dapat entah dari mana. Dua luka tusukan yang menganga. Hades mematung, tidak tahu lagi apa yabg harus ia lakukan setelah mengetahui Theo terluka sedalam ini. Hades menoleh ke arah luar dengan air mata yang tak terbendung, bagaimana para pelayan tidak tahu jika Tuannya tengah terluka, bagaimana Ayah dan Ibunya tidak tahu jika putra kandung mereka tengah terluka dan malah bersenang-senang dengan urusan masing-masing. Hades berhenti bertanya dalam hati, ia lalu mengingat. Ya, keluarga ini busuk hingga ke akar, dan sudah tidak dapat diselamatkan. "Dokter. Aku akan panggil Dokter, bertahanlah Thedore, bertahanlah," gumam Hades samar dengan diselingi isak tangisnya yang tidak dapat ia tahan. Theodore meraih tubuh itu dan kembali memeluknya erat. "Tidak perlu. Aku tidak mau melanjutkan darah kotor yang mengalir di tubuhku, aku sudah muak dengan kehidupan Hades. Aku muak dengan Ayah dan Ibu, aku muak dengan Istriku yang tidak pernah melihatku, aku muak dengan semua orang yang ada di dunia. Mereka, manusia kejam yang tidak pernah memikirkan orang lain, mereka manusia keji yang tidak ada bedanya dengan Iblis, Hades. Biarkan aku pergi, biarkan aku tenang, relakanlah aku Hades. Aku tahu, aku tahu apa yang menimpamu, Hades adik laki-lakiku yang malang." Theo mengusap rambut Hades dengan jemarinya, terus membelai lembut helai berwarna hitam seperti bulu Gagak yang gagah dan menawan. "Selesaikanlah Hades, habisi mereka semua. Jangan sisakan lagi, lanjutkan pekerjaanku, lanjutkan apa yang sudah aku mulai Hades lalu hiduplah dengan tujuanmu sendiri. Jangan jadi sepertiku, kau akan berakhir busuk dan tamat. Pergilah, pergi adik laki-lakiku yang aku sayangi. Pergi dan jangan sisakan satu pun hal yang menjijikkan di sini." Theo melepaskan pelukannya dari Hades, Theo tersenyum manis sebelum kesadarannya menguap dan tubuhnya tersandar di dinding perlahan karena sudah kehabisan banyak darah. Hades berteriak, kencang. Teriakannya cukup membuat para pelayan segera berlari mendatangi Hades dan terkejut melihat kondisi Theodore. Hades beranjak dari tempatnya, ia menatap sekeliling dengan pikiran yang kosong. Hades meraih pedang milik Theo yang tergeletak di atas meja kerjanya, Hades ingat bagaimana bangganya Theo dengan pedang ini. Dan Hades juga ingat jika Theo memiliki kemampuan berpedang yang andal. Hades tersenyum dalam tangisnya, ia menggerakkan tangan dan kakinya lalu menari. Tidak ada lagi yang lelaki itu inginkan kecuali kehancuran dunia, meski Tuhan tidak akan memberikan kehancuran itu padanya sekarang, maka dia akan memulai menghancurkan dunia dengan caranya. Teriakan kini berganti tawa nyaring Hades, tawa yang terdengar begitu mengerikan dan tatapan yang tak lagi mengenal kata ampun. Hades mengusir semua pelayan yang ada di sana tanpa terkecuali, Hades melepaskan semua hewan sembari menari di atas tanah, menikmati angin dan teriakan para pelayan yang tersisa karena dirinya dengan enteng menggeret tubuh para pemuda yang baru saja ia bunuh. Hades melangkah menuju ruangan depan, ia bertemu dengan Falencia, tunangan tercintanya. Hades tersenyum, Falencia begitu ketakutan dan Ayahnya sibuk menjerit memanggil pengawal dan jeritan itu segera meredam ketika satu tebasan yang membuat kepala Ayahnya menggelinding di lantai. Hades tertawa lagi, tidak pernah ia merasa sebahagia ini sebelumnya. "Oh! Iblis yang terkutuk! Aku Hades putramu! Aku persembahkan keluarga ini untukmu! Hahah! Bawa aku, makan jiwaku dan berikan aku kehancuran dunia sebagaimana aku dan Kakak laki-lakiku inginkan!" Keluarga Gregorio berakhir. Dalam api dan amarah, dalam tawa dan dendam. Tamat dan hanya menyisakan Hades yang membiarkan dirinya bergelut dengan Iblis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD