3. Foto Kuy

710 Words
Hari ini aku tuh senang banget, ya meskipun terlepas dari penemuan tadi subuh yang aku temui digugel. Omong-omong soal itu, aku udah berhasil nampar bolak-balik si Kafka yang udah tega-teganya bohongin gadis polos macam aku ini. Eh, iya. Balik lagi, aku tuh senang banget karena hari ini kantorku ngadain acara buka bersama. Jadinya kan aku bakalan rehat sebentar mendengarkan kultum dari ibu tentang jodoh setiap buka puasa, terus lagi ya di sini tuh menunya banyak banget pilihannya sampe mau-mau masukin ke kotak bekel buat dibagi-bagi sama orang rumah. Kadang kalau kaya gini tuh aku jadi cinta mati banget sama BosGen aku, alias Boss Gendut, he he he. "Alhamdulillah~" seruku saat mendengar adzan sudah berkumandang, tapi tunggu deh. Itu..... Itu..... Suara adzannya ngga kaya biasanya taa... taapi masih sama kok Allahuakbar Allahuakbar cuma.... cumaa suaranya itu lho yang bikin aduh lemes kalik aku belum pernah denger aku selama sholat di mushola kantor ini. "Ayo, Gai. Sholat Maghrib dulu." aku langsung tersadar kala Anna bersuara bahkan akupun tidak sadar jika adzannya sudah selesai. Maka dengan cepat aku langsung meminum airku untuk membatalkan puasa dan memakai mukena yang berada di hadapanku. Allahuakbar Allahuakbar Samiallahuliman hamida Ya Allah, ini sholatnya boleh aku ulang lagi ngga sih nanti di rumah. Serius deh, aku jadi ngga fokus sama suara imamnya itu. Suaranya aja ganteng. Aku jadi ngebayangin wajahnya, jangan-jangan ganteng juga. Setelah selesai, aku kembali melipat mukena milikku sedangkan yang lain sedang menuju ruang serbaguna untuk menikmati makanan yang disajikan. Aku juga ngga tahu kenapa aku se-lelet ini biasanya kalau udah soal makanan, aku maju paling depan. Tapi, mungkin, karena rasa penasaranku dengan imam itu yang membuatku berlama-lama di sini. Siapa tahu kan, siapa tahu gitu dia lewat di depan aku, nabrak aku, jatuhin mukena aku, terus aku ngambilnya bareng-bareng, aku kenalan, nikah deh. Oooohhhh, if this was a movie. "Gai, udah belum sih?" Aku menatap Anna yang masih berada di sampingku. Tolong dihitung ini sudah keberapa kalinya aku mengindahkan kehadirannya? "Sabar, sabar." aku masih sibuk berbenah sambil berharap dalam hati kalau imam itu bakalan lewat di depanku. “Eh?” kataku pada Anna. Anna menatapku, “kenapa?” “Itu Imam sholatnya siapa ya? Suaranya ganteng banget ihh.” Anna tertawa, membuatku kebingungan. “Apaansi emang ada yang lucu ya?” ucapku tak terima dan menyebalkannya adalah si Anna masih aja ketawa. Kesal. “Kok ngga ke gedung serba guna?” Aku dan Anna langsung menatap Kafka yang tiba-tiba muncul entah darimana. Tapi aku senang karena kedatangan Kafka berhasil membuat Anna menghentikan ketawanya yang menganggu itu. “Nah ini imamnya yang tadi Gai. Iya kan Kaf?” HA? Gimana? Gimana? Jadi tadi yang imamin sholat Kafka? Yang aku bilang suaranya ganteng dan bahkan sampai membayangkan wajahnya itu si Kafka? Asli, rasanya ingin sekali aku menolak kenyataan ini. “Serius?” ucapku dengan membulatkan mata karena masih kaget. “Iya.” Kata Anna. “Kenapa Gai? Kagum ya sama gue?” kini Kafka yang menimpali dengan gelak tawanya. “Iya Kaf. Tadi dipuji katanya suara lo ganteng hahaha kalau suaranya ganteng pasti orangnya juga ganteng katanya.” Duhhh Gusti, mau jadi sapu aja yang dipojokan, Aku malu. •HH• Aku mengambil beberapa potong ayam, catat. Beberapa, yang itu artinya adalah banyak. Aku mengambil banyak potong ayam. Dengan lauk lainnya namun kali ini aku menghindari nasi, biar kalau ditanya kenapa ngambil lauknya banyak, ya tinggal bilang 'gue lagi ngga makan nasi' selesai deh padahal itu semua hanya alibiku saja. "Mbak Gaia, mbak. Foto dulu yuk." aku menoleh ke arah Vivi, juniorku. Di tangannya sudah teratur rapi ponsel, tongsis dan teman-temannya itu. Aku juga ngga tahu apa namanya. "Ayokkk ayokk." kataku bersemangat, disusul dengan kehadiran Kafka dari arah berlawanan yang sekonyong-konyongnya langsung menjitak dahiku, kencang, serius aku ngga bohong. Dan sakit sekali. "Mau ke mana lu?" tanyanya. "Foto-foto dong!" Setelah selesai foto bersama Vivi. Aku kembali ditawari foto bersama namun kali ini dari Sarah, berikutnya si Dea, setelah itu si Ina. Dan banyak lagi. Aku langsung kembali duduk di hadapan Anna, di sebelah Kafka. "Gaia mah calon anak yang gampang diculik." ucap Kafka sambil menyatap lauknya. Aku menatapnya heran. "Maksudnya?" tanyaku yang tak paham. "Iya, tinggal diiming-imingi 'Foto kuy' pasti langsung jalan." katanya dengan nada datar namun entah mengapa sampai membuat Anna tertawa bahkan meneteskan air matanya. "Kafka ihhh~~~"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD