?3

2063 Words
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR❕ SEBELUM BACA JANGAN LUPA KLIK VOTE❕ JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SESUDAH MEMBACA❕ JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN❕ DILARANG MENCOPY PASTE ❕❕❕ MAAF KALAU ADA YANG SALAH SAMA KATA-KATANYA❕ HAPPY READING ❕ Seperti yang di katakan Varun, mereka akan keluar setelah salat isya. Kini Shiny sedang bersiap menggunakan pakaian yang diberikan oleh Varun. Sedangkan Varun sudah rapi dengan baju koko berwarna putih lengan panjang. Saat ini, Varun sedang menunggu Shiny turun ke bawah sambil memeriksa email yang baru saja dikirim sekretarisnya, Miya. Tidak lama kemudian, Varun mendengar suara tapakan kaki yang berasal dari tangga. Segera ia menoleh ke arah tangga dan terlihatlah istrinya yang sudah cantik dengan pakaian pemberiannya. Abaikan background. Varun berdiri dan mulai menghampiri Shiny yang sudah di bawah tangga. "Hem-," Varun mengalungkan tangannya pada leher Shiny. "Tidak salah aku memilih istri seperti dirimu," lanjut Varun. Shiny sedikit memancing Varun, "Hem, memangnya aku kenapa?" "Kamu cantik dan akan selalu begitu. Mau kamu menggunakan pakaian apapun, kecantikan kamu tidak pernah berkurang," puji Varun membuat Shiny tersenyum malu. Varun terkekeh. Seketika itu, ide jahil bermain di otak cerdasnya. Varun mendekatkan bibirnya ke telinga Shiny dan mulai membisikkan sesuatu, "Bahkan saat kamu tidak menggunakan sehelai pakaian." "Varun," cubit Shiny pada pinggang kokoh Varun. Ia menjauhkan tubuhnya dan terkekeh lagi saat melihat pipi merah sang istri. "Kalau begini kan jadi tambah cantik, hem," gemas Varun dengan pipi Shiny. "Jangan dicubit, nanti make-upnya luntur," Shiny melepaskan tangan Varun. "Bagaimana dengan ciuman?" pancing Varun. "Kamu mulai jahil, ya. Belajar dari Namish, hem?" "Kalau Namish beda lagi. Kalau ia sudah b****k dari lahir," balas Varun enteng. Shiny memukul lengan Varun, "Kamu itu. Tidak boleh begitu." "Baiklah," Varun pasrah. Ia mulai mengulurkan tangannya, "Kita akan pergi sekarang?" "Boleh," Shiny menggenggam tangan Varun. Keduanya mulai menuju mobil. Mereka berdua akan pergi ke tempat yang tidak diketahui Shiny. Sampai di tujuan, Varun membuka pintu mobil bagian Shiny. Keduanya berjalan lagi dengan menggenggam tangan. "Kita mau kemana?" tanya Shiny sambil menatap Varun. Varun menatap balik Shiny. Melihat Varun berhenti, Shiny pun berhenti. Varun menyuruh Shiny untuk melihat ke depan melalui mata. Shiny yang mengerti pun langsung melihat ke depan. Shiny terpaku melihat pemandangan di depannya. Mulai berjalan pelan menghampiri tempat itu. Setiap sisi dihiasi dengan lampu gantung. Di sana terdapat sebuah meja makan yang sudah lengkap dengan makanan dan minuman. Di sisi meja terdapat sepasang lilin yang berada di dalam gelas. Shiny membalikkan tubuhnya. Shiny menatap Varun dari kejauhan, "Apakah kamu yang melakukan semua ini?" Varun berjalan dengan tangan yang berada di belakang tubuhnya. Varun berhenti di hadapan Shiny. "Kamu bahagia?" Shiny tersenyum lebar, "Aku bahagia banget. Terima kasih karena selalu membuatku bahagia." "Sudah tanggung jawab ku untuk membahagiakan mu," Varun menepuk lembut pipi Shiny. "Mau makan?" tawar Varun dan langsung mendapatkan anggukan semangat dari Shiny. Sudah tau kan kalau berhubungan dengan makanan, Shiny lah ratunya. Varun menarik kursi Shiny dan mempersilahkan Shiny duduk. "Terima kasih, Tuan," ucap Shiny, lalu tersenyum malu. "Sama-sama Nyonya Irsyad," balas Varun sambil membuka satu-persatu penutup makanan. "Apa hidangan malam ini?" tanya Shiny pada Varun yang masih berdiri di sampingnya. "Hidangan malam ini ada lawar dan komoh. Tidak lupa dengan sate lilit," ucap Varun setelah membuka ketiga penutup makanan itu. "Wow! I really like Balinese food. Hem, tapi ada satu yang kurang. Kemana perginya bebek betutu? Apakah kamu tidak menghidangkannya, Tuan?" ucap Shiny yang mulai cerewet. "Sabar, makanan kesukaan kamu itu lagi di perjalanan." Ini memang bukan pertama kali mereka melakukan berpergian ke Bali. Bahkan liburan ini untuk ketiga kalinya. Setiap di Bali, Shiny akan mencari makanan khas satu itu. Tidak lama kemudian, waitress datang dengan membawa hidangan bebek betutu. "Silahkan dinikmati Tuan, Nyonya," ucap waitress dengan ramah. "Terima kasih, Mbak," balas Shiny sambil tersenyum manis pada waitress itu. "Aku pikir kamu tidak menghidangkannya," ucap Shiny pada Varun setelah waitress tadi pergi. "Aku sudah tahu cara makan kamu di Bali. Tanpa makanan itu, kamu tidak akan mau makan yang lainnya." Shiny hanya tersenyum menanggapinya, "Ayo, sekarang kamu duduk di hadapanku!" "Baiklah," Varun mendudukkan dirinya di hadapan Shiny. Varun mulai menyajikan nasi di piring Shiny. "Kamu tidak makan?" tanya Shiny. "Tidak, aku hanya menemani mu saja." "Baiklah. Dengan senang hati aku akan menghabiskan semuanya," ucap Shiny tanpa ragu sambil memotong kecil ayam betutu. "Makan secukupnya saja," ingatkan Varun. "Mubazir dong kalau tidak dihabiskan. Berarti kamu harus makan juga," ucap Shiny, lalu mengambang kan sendok yang sudah berisi nasi dan lauk tepat di bibir Varun. "Tidak, ak-," "Ayo, Varun!" "Baiklah." Varun menuntun tangan Shiny, lalu melakukan hal sama pada Shiny. Kini keduanya makan saling suapan dalam satu piring. Varun berdiri setelah keduanya selesai makan malam bersama. Ia mengulurkan tangan yang langsung diterima istrinya. Varun meletakkan kedua tangan Shiny di bahunya, sedangkan kedua tangannya sudah melingkar di pinggang ramping Shiny. Keduanya mulai berdansa dengan alunan musik dan biola. Setelah makan malam selesai, Shiny dan Varun tidak langsung pulang. Varun membawa Shiny ke puncak. Disini lah keduanya, duduk berdampingan dengan tangan kiri Varun di atas bahu Shiny. "Varun lihat di sana!" Varun mengikuti jari telunjuk Shiny. Sekarang keduanya tersenyum menatap langit yang penuh dengan bintang. "Bintangnya indah, ya," gumam Shiny membuat atensi Varun teralih pada dirinya. "Bintang yang disamping ku lebih indah." Shiny menatap Varun dengan senyuman malunya. Shiny menyenggol lengan Varun dengan lengannya, "Gembel aja terus." Varun tersenyum tipis sambil membetulkan duduknya, "Kok gembel, sih? Aku serius, lho." "Terserah kamu," Shiny mulai fokus menatap bintang begitu pula dengan Varun. "Kamu mau mendengar cerita tidak?" tanya Varun. Keduanya bertatapan, "Cerita apa?" Varun mengalihkan pandangannya ke depan, "Aku pernah mendengar cerita warga kalau tempat ini-." "Kalau tempat ini?" sela Shiny, namun tidak ada respons dari Varun. "Va-run kalau tempat ini apa?" Shiny mulai menggenggam lengan Varun dengan mata yang menatap sekelilingnya. Varun tersenyum tipis. Ia berhasil mengerjain istrinya. "Kamu kenapa, hem?" Varun menggenggam balik tangan Shiny. "Ke-napa tempatnya menjadi horor begini?" atensi Shiny teralihkan pada Varun. "Kamu saja yang merasa tempat ini horor. Aku tidak," balas Varun tanpa merasa bersalah. Varun mengalihkan pandangannya ke depan kembali. Shiny yang melihat respons enteng Varun pun merasa kesal, "Lebih baik kita pulang. Aku takut." "Sebentar lagi. Hawanya masih mendukung." Shiny mencebik, lalu memukul lengan Varun. "Mendukung apa, hem? Aku udah ketakutan begini kamu bilang mendukung. Kamu sengaja, ya, mengatakan itu?" ucap Shiny tepat sasaran. "Aku tidak mengatakan apapun," ucap Varun mengelak. "Kamu mengatakan kalau tempat ini-," Shiny langsung memeluk Varun saat ia mendengar suara grasah-grusuh di balik rumput tebal. "Hiks, aku takut! Itu suara apa, sih?!" tangis Shiny dengan Varun yang terkekeh puas. "Suara kucing, sayang. Lihat tuh!" Varun ingin melepaskan pelukannya, namun Shiny kian memeluknya erat. "Tidak mau, hiks! Aku mau pulang. Ayo pulang Varun, hikshiks!" "Aku mau bicara," ucap Varun membuat Shiny menggeleng. "Sejak tadi kamu banyak bicara. Ayo kita pulang!" Melihat Shiny kian terisak, Varun melepas paksa pelukannya. "Aku hanya bercanda tadi," ucap Varun sambil mengusap pipi basah Shiny. Mendengar perkataan Varun membuat Shiny menghentikan isakannya. Seketika itu juga Shiny memukul Varun dengan brutal, "Ka-mu berbohong pada ku, hiks! Jahat banget, sih!" Varun terkekeh kecil. Ia membiarkan istrinya memukul dirinya sampai lelah sendiri. "Sudah, hem?" tanya Varun saat Shiny tidak memukulnya lagi. "Aku malas sama kamu." Shiny berdiri membuat Varun ikutan berdiri. Varun menahan tangan Shiny yang akan melangkah pergi, "Kamu marah?" "Tidak tahu." Setelah berhasil melepaskan cengkeraman Varun, Shiny pergi meninggalkan Varun. Mobil Varun baru saja masuk ke halaman rumah. Shiny masuk ke rumah tanpa menunggu Varun yang masih memarkirkan mobil. Dengan cekatan, Varun mengikuti Shiny menuju kamar. "Ayolah, sayang. Jangan mendiamkan aku begini," Varun masih mengikuti Shiny. Shiny mencuci muka, Varun ikutin. Shiny mengambil pakaian, Varun ikutin. Namun saat Varun akan masuk ke lemari pengganti pakaian, Shiny langsung mendorong pintunya. Seketika itu suara decakan keluar dari bibir Varun. Ia masih setia menunggu istrinya keluar dengan punggung yang bersender di dinding lemari pengganti pakaian. "Maaf," Shiny terlonjak saat Varun berada di samping pintu lemari pengganti pakaian. Dengan tidak acuh, Shiny berjalan ke ranjang. Ia mengambil ponsel di nakas. Sedangkan Varun, ia berjalan ke ranjang dengan kepala tertunduk. Shiny memang susah dibujuk. Mau berbagai cara pun ia melakukan sesuatu, istrinya tak akan acuh padanya. Pernah Shiny mendiamkan Varun saat permintaannya tak diacuhkan Varun. Shiny mendiamkan Varun selama tiga hari. Padahal kata orang, suami-istri tidak baik saling diam sampai tiga hari. "Kamu tidak mau memaafkan aku?" tanya Varun saat ia berjongkok di samping ranjang bagian Shiny. Varun mengambil sebelah tangan Shiny dan menggenggamnya erat. Ia mengecup tangan lembut istrinya berkali-kali membuat Shiny luluh dengan perlakuan manis Varun. "Maaf, ya, sayang. Aku tadi cuma bercanda. Lagian aku tidak mengatakan kalau tempatnya horor. Kamu aja yang penakut." Shiny sedikit terpancing dengan perkataan Varun. Dengan cekatan, ia menarik tangannya, "Memangnya kenapa kalau aku penakut? Kamu tidak suka memiliki istri penakut?" "Bu-kan begitu. Aku-," "Lebih baik kamu diam. Aku malas mendengar suara kamu." Shiny memfokuskan dirinya ke ponsel. Tidak, sebenarnya ia cuma menggeser-geser layar doang. "Kenapa setiap kamu melakukan kesalahan aku maafin? Sedangkan aku melakukan kesalahan kamu tidak mau maafin? Padahal aku cuma bercanda, lho," protes Varun setelah berhasil mengambil tangan Shiny kembali. "Bercandaan kamu tidak lucu," balas Shiny ketus tanpa melihat Varun. Shiny menarik tangannya kembali, "Kamu tahu kalau aku takut begituan, tapi tetap saja kamu lakukan. Kamu pikir aku mau maafin kamu? Tidak semudah itu Varun. Kamu tahu kan saat aku kesal sama kamu?" Varun menurunkan pandangannya ke bawah. Ia sudah menduga kalau kejadian bulan lalu akan terulang lagi. Di mana saat permintaan Shiny tidak Varun acuhkan membuat Shiny mendiamkan Varun selama tiga hari. Padahal Shiny cuma mau bertemu sahabat sekaligus mantan kekasihnya selama sekolah menengah atas. Ayolah, suami mana yang tidak langsung melarang istrinya? Apalagi saat mantan kekasihnya seperti mengharapkan sesuatu. Walaupun mantan kekasih tahu kalau wanita yang pernah singgah di hatinya itu sudah punya suami. Shiny membagi atensinya pada Varun dan ponsel. Shiny melihat Varun yang sudah membisu dengan pandangan ke bawah. Shiny mengalihkan atensi ke ponsel saat Varun mulai menatap dirinya, "Aku harus melakukan apa untuk mendapatkan maaf dari kamu?" "Kamu hanya perlu pasrah saja. Karena aku ingin menampar kamu sepuasnya." Shiny menatap Varun balik, "Itu sih kalau kamu mau aku maafkan." Varun menatap tidak percaya pada Shiny. Tadi saja saat Shiny memukul tubuhnya terasa banget sakitnya. Tangan istrinya memang mungil dan lembut, tapi saat memukul terasa sakit. Apalagi saat tangan lembut itu mendarat di pipinya. Istrinya memang perlu di berikan pelajaran. Tapi saat ini, Varun akan mengiyakan semua perkataan Shiny. Dengan ragu, Varun menganggukkan kepalanya, "Kamu duduk dulu di ranjang. Biar aku leluasa menampar kamu." Mengerjap sebentar, sebelum Varun benar-benar mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Tangan Shiny mulai terangkat, Varun memejamkan matanya dengan wajah yang ia paling ke samping. 1 detik 2 detik 3 detik Cup! Varun membuka matanya saat satu kecupan mendarat di pipinya. Seketika itu otaknya loading lama. Varun menatap Shiny yang sudah tersenyum malu padanya. "Kamu pikir aku berani menampar orang yang aku cinta?" tanya Shiny dengan tangan yang sudah mengalung di bahu Varun. Varun tak berkutik. Ia menunggu Shiny berkata kembali, "Aku mau bilang, kalau aku hanya bercanda mendiamkan kamu." "Oh," balas Varun yang mulai mengerti. Varun bangkit dari ranjang. Shiny yang melihat respons enteng Varun pun langsung menahan tangan Varun, "Kok respons kamu begitu? Kamu tidak ingin tahu apakah aku sudah memaafkan kamu apa belum?" "Aku sudah tahu jawabannya." "Apa?" Varun naik ke ranjang bagian kiri setelah Shiny melepaskan genggamannya, "Kamu sudah memaafkan aku dan tamparannya lumayan nikmat." Keduanya membaringkan diri di ranjang. Shiny mendekat pada Varun, "Maaf kalau selama ini sikap ku masih kekanak-kanakan padamu. Aku bukan istri yang sempurna untuk kamu." "Tidak ada manusia yang sempurna. Semua manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Aku mencintaimu karena Allah. Aku menyayangi kamu karena Allah. Aku menjadi suami kamu karena Allah. Tanpa kebaikan Ilahi, kita tidak akan pernah bersatu sampai tiga tahun ini. Aku berharap kamu selalu ada disampingku sampai napasku berhenti." Seketika itu air mata mengalir dari pipi Shiny. Varun segera mengusapnya. Ia tidak suka melihat air mata Shiny. "Aku beruntung memiliki kamu," ucap Shiny. "Kita sama-sama beruntung," ucap Varun tak mau kalah. "Sampai kapanpun aku akan selalu ada disamping kamu," ucap Shiny. "Aku harap begitu," ucap Varun. To Be Continued... 1930 kata Maaf kalau lama apdet. Soalnya tugas menumpuk. Maklumin anak sekolahan, y. Walaupun daring, kita harus semangat belajar guys. Hadriansyah Varun Irsyad (VARUN KAPOOR) Luthfiyana Shiny Nabilah (SHINY DOSHI) Davino Namish Irsyad (NAMISH TANEJA) Ralyn Teja Fadillaisyah (TEJASSWI PRAKASH) Kamis, 12 November 2020 Kenalin, author adalah adiknya Teja. linar_jha2
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD