"Aku antar pulang aja." Ia tahu, Adeeva pasti trauma. Bagaimanapun, meskipun bukan dirinya yang salah, kecelakaan tadi tetap meninggalkan bekas. Bukan salahnya juga. Yang salah jelas mobil di depan. Namun, polisi tidak dihubungi. Bukan karena tak ingin menyelesaikannya secara hukum, tapi karena si pelaku—seorang sopir truk yang terlihat lelah dan cemas—memohon dengan wajah penuh harap agar perkara ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Suaranya bergetar saat meminta maaf, sementara kedua tangannya menggenggam erat setir, seolah tengah memohon pada kehidupan yang tak pernah benar-benar berpihak padanya. Adeeva mengerti. Ia tahu betul, dalam situasi seperti ini, menuntut ganti rugi bukanlah keputusan yang tepat. Mobil yang menabraknya adalah truk pengangkut barang, dan ia bisa meli

