Bukan yang Biasa

2106 Words

Senja tersenyum kecil sebelum akhirnya tertawa pelan. "Sadar ya kalau pesannya gak pernah aku balas?" Ali hanya menatapnya dengan ekspresi datar, meskipun dalam hati ia merasa sedikit jengkel. "Ya sadar lah. Aku kan bukan chatting sama tembok." Gadis itu masih tertawa, tapi kemudian menelan makanannya dulu sebelum berdeham. Ini pembicaraan yang menurutnya agak serius, jadi ia perlu menjelaskan dengan baik. Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Ali bertanya tentang hal itu. Tapi ini pertama kalinya Senja merasa perlu memberikan jawaban yang lebih jelas. Ingatan itu kembali mengalir di kepalanya. Waktu itu, bertahun-tahun yang lalu, mereka sempat tak sengaja bertemu di warung dekat gerbang kampusnya. Tempat yang sering dikunjungi mahasiswa karena makanannya enak dan murah.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD