Di dalam kesunyian yang semakin mencekam, tubuhnya terus bergetar. Napasnya semakin pendek dan terputus-putus, seolah paru-parunya pun tak sanggup lagi bekerja dengan benar. Rasa nyeri yang menusuk dari dalam tubuhnya perlahan berubah menjadi kebas, tetapi dinginnya lantai di bawah tubuhnya tetap terasa menusuk hingga ke tulang. Darah masih terus mengalir. Setiap tetesnya membawa serta harapan yang semakin menipis. Pandangannya mulai buram, tak lagi bisa menangkap dengan jelas bentuk-bentuk di sekelilingnya. Ia mencoba mengangkat tangannya, tetapi yang ada hanya lemah lunglai, jatuh kembali ke lantai tanpa tenaga. Ia sadar… tubuhnya mulai menyerah. Di dalam benaknya, kenangan demi kenangan berkelebat seperti kilasan cahaya yang cepat memudar. Wajah ibunya yang penuh kasih, suara t

