Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Tante Ratna, Senja masih tenggelam dalam pikirannya yang kalut. Ia mencoba mengalihkan perhatian dengan menyibukkan diri, meski sebenarnya luka di hatinya masih membayang, menggerogoti perlahan tanpa henti. Pagi itu, ia bangun lebih awal dari biasanya, berusaha membuang jauh-jauh pikiran yang terus menghantuinya sejak hari itu. Namun, setiap sudut kamar kosnya seolah menjadi pengingat, memaksanya kembali ke kenyataan yang begitu pahit. Ia duduk di depan meja rias kecil di sudut kamar. Cermin bulat yang agak buram oleh usia memantulkan bayangan wajahnya yang tampak lelah. Kantung mata yang sedikit membengkak tak bisa ia sembunyikan, hasil dari malam-malam tanpa tidur memikirkan apa yang akan terjadi pada hubungannya dengan Bayu. "Aku harus tetap te

