Ali gelisah. Sejak siang tadi, pikirannya terus terusik oleh pemandangan yang ia lihat di kantor. Bayu dan perempuan itu—siapa lagi kalau bukan Erika—menghilang cukup lama di dalam ruangannya. Saat akhirnya keluar, Bayu tampak berbeda. Rambutnya sedikit berantakan, dasinya kendur, dan kemejanya tak serapi sebelumnya. Ali bukan orang bodoh. Ia mungkin tak melihat langsung apa yang terjadi di dalam, tapi dari cara Bayu menggenggam lengan Erika sebelum mereka berpisah, dari senyum puas di wajah perempuan itu, Ali tahu lebih dari cukup. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia ingin mengabaikannya. Lagi pula, ini bukan urusannya, kan? Sudah lama ia tak berbicara dengan Senja, dan ia pun tak tahu apakah gadis itu masih menganggapnya teman. Namun, pikirannya tetap berputar ke arah yang sama. Apa

