Saat mobil berhenti di depan gerbang rumahnya yang megah, Abel menghela napas panjang. Ia tidak ingin menghadapi ibunya malam ini. Ia terlalu lelah-bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental. Namun, begitu pintu rumah dibuka, Abel langsung tahu ia tidak punya pilihan. Ibunya berdiri di ruang tamu, mengenakan gaun tidur satin yang terlihat elegan. Wajahnya tegang, dan ada tatapan dingin yang langsung menusuk begitu mata mereka bertemu. Abel menelan ludah. Ia sudah tahu pasti apa yang akan ibunya bicarakan malam ini. "Duduk," perintah sang ibu, suaranya tegas namun terkendali. Abel menurut, meski tubuhnya terasa berat. Ia melepaskan tas tangannya di sofa, lalu duduk dengan punggung kaku. "Jadi, kamu udah dengar?" tanya ibunya tanpa basa-basi. Abel tidak perlu bertanya apa yang dimak

