bc

Terpaksa Menikah Dengan Kakak Sepupu

book_age18+
1.5K
FOLLOW
8.5K
READ
one-night stand
family
HE
playboy
arrogant
badboy
sweet
bxg
enimies to lovers
villain
like
intro-logo
Blurb

Rani mencebik. "Udah puas ngehinanya?" tukas Rani.

"Belum. Gue enggak akan pernah puas ngehina lo," cakap Arya. Pandangannya kembali mengintimidasi Rani, bahkan kali ini dia menatap Rani dari atas hingga bawah, menelisik tubuh perempuan itu dengan tatapan meremehkan.

"Ngelihat fisik lo buat gue sadar betapa apesnya gue harus nikah sama cewek kayak lo. Udah pendek, tubuh kayak triplek harga diskonan, muka juga pas-pasan. Enggak ada yang patut gue banggain punya istri kayak lo," tukasnya.

*

Sepuluh tahun lalu, Arya adalah kakak sepupu yang sangat jahil dan suka membuat Rani menangis.

Sepuluh tahun kemudian. Arya dan Rani yang sudah lama tidak bertemu tanpa sengaja menghabiskan yang penuh gairah.

Kejadian malam itu membuat mereka tak bisa mengelak dari paksaan keluarga yang memaksa mereka untuk menikah.

Mereka harus menikah walau nyatanya mereka sudah seperti tikus dan kucing yang tidak pernah akur. Apalagi Arya sudah memiliki kekasih bernama Jean, yang selalu dia banggakan kesempurnaannya di depan Rani.

chap-preview
Free preview
Menghabiskan Malam Bersama (21+)
Rani melangkah mundur saat kakak sepupunya masuk ke dalam kamar. “Lo tidur di sofa,” ujar Arya. Setelah itu dia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur tanpa membersihkan diri terlebih dulu, bahkan tuksedonya masih melekat sempurna. Rani mendesis, Arya pikir dirinya bisa ditindas semudah ini. Oh, tentu tidak bisa. Rani dengan tegas melipat kedua tangannya, memandang Arya dengan raut siap melawan. “Enak aja, lo nyuruh gue tidur di sofa, sedangkan lo enak-enakan tidur di kasur empuk ini,” cakap Rani. “Oh, enggak bisa gitu. Gue juga mau tidur di kasur,” tuturnya. Rani kemudian bergerak naik ke atas kasur, dia mendorong kuat tubuh Arya, lalu mengambil tempat di sisi kakak sepupunya itu. Eh, ralat. Sekarang Arya bukan hanya sekedar kakak sepupunya lagi, tapi sudah sah menjadi suaminya. “Lo ngapain tidur di sini bocah, kan gue suruh lo tidur di sofa,” tukas Arya, dia bangkit dengan wajahnya yang diselimuti lelah. “Ogah,” tolak Rani, kemudian menarik selimut, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal itu, mengabaikan Arya yang tampak mendelik tajam padanya. *** Beberapa minggu sebelum pernikahan paksa terjadi .... "Kamu bisa tidur di kamar ini, langsung masuk aja, pintunya enggak dikunci kok," ujar Bunda Eni. Rani mengangguk sambil tersenyum simpul pada budenya itu. "Makasih ya, Bude," ucapnya, sopan. Bunda Eni balas tersenyum, dia mengusap rambut Rani pelan, kemudian berpamitan pergi. Setelah budenya pergi, Rani lantas membuka pintu kamar itu. Aroma maskulin langsung menusuk hidungnya saat pintu kamar terbuka. Rani menatap sekitar, kamar itu terlihat seperti kamar yang ditempati oleh seseorang. Namun, tak ada banyak barang yang singgah di sana. Hanya ada beberapa tumpukan buku dan beberapa pajangan miniatur di atas meja. Karena kamar ini jelas mencerminkan kamar laki-laki, apalagi ada aroma maskulin yang masih menguar di udara. Rani menebak kalau kamar yang akan disinggahinya itu mungkin sempat ditempati oleh Arya, kakak sepupunya. Puas melihat seisi kamar, Rani kemudian meletakkan tasnya ke atas meja, lalu mengambil sebuah kotak berisi pil dan sebotol air mineral yang dia bawa dari rumah. Karena berada di tempat baru, Rani takut gangguan tidurnya kambuh kembali. Akhirnya dia memutuskan untuk menelan satu pil obat tidur agar malam ini dia bisa tidur dengan nyenyak. Usai menelan pil itu, Rani menghempaskan tubuhnya ke kasur, pandangannya kemudian tertuju pada langit-langit kamar yang bercat abu-abu. Beberapa saat Rani melamun, rasa kantuk lambat laun menariknya menuju alam bawah sadar. Perlahan-lahan kesadaran Rani memudar. Apalagi saat tubuhnya terasa lelah usai perjalanan panjang seharian ini. Ceklek. Brak. Rani yang setengah sadar bisa mendengar suara pintu yang dibuka lalu ditutup kasar oleh seseorang. Tapi, matanya terlalu mengantuk untuk melihat dengan jelas siapa orang itu. Lagi pula, saat ini dirinya berada di rumah sang nenek, Rani merasa cukup yakin kalau dirinya aman. Karena itu dia tidak terlalu peduli saat suara langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya. Tak lama kemudian, kasur yang Rani tempati terasa bergerak, pertanda bahwa ada seseorang yang naik ke atas ranjang tersebut. Hidung Rani sempat mengendus aroma minuman keras saat orang yang datang itu berada sangat dekat dengannya. Rani mengerjap, tapi pengaruh obat tidur benar-benar membuatnya merasa sangat mengantuk, hingga dia kesulitan mengendalikan kesadarannya sendiri. Rani hanya bisa melihat samar-samar ada siluet pria yang terbaring di sisinya. Dalam kesadarannya yang berada di awang-awang, Rani merasa pria itu tengah menatap dirinya. "Kenapa kamu ada di sini, gadis manis?" tanya laki-laki itu, dari sorot matanya yang tampak tak fokus, sepertinya dia benar-benar mabuk. Apalagi saat pria itu bicara, aroma minuman keras semakin tercium kuat oleh Rani. "Kamu ...." Rani ingin bicara, tapi pria di sampingnya itu tiba-tiba menaruh telunjuk pada bibirnya. “Hush.” Dia menyuruh Rani untuk diam. "Karena kamu sudah di sini, bagaimana kalau kita bersenang-senang saja, sweety?" kata pria itu. Cara bicaranya yang melantur menandakan kalau dia sungguh berada dalam kendali minuman keras. Sudah jelas kalau pria itu mabuk. Rani diam, dia masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Tapi sayangnya, pengaruh obat tidur yang dia minum beberapa saat lalu ternyata sangat kuat. Pikiran Rani menjadi berbaur antara realita dan alam bawah sadarnya. Sampai akhirnya, Rani mengira kalau semua ini hanya khayalannya saja. Apalagi dia memiliki kebiasaan mengkhayal sebelum tidur. Padahal, tangan pria itu sudah merayap ke mana-mana. Tapi Rani sama sekali tidak bisa memberikan respons normal. Dia sama halnya dengan orang mabuk, tak dapat mengontrol kesadarannya sendiri. Dalam keadaan setengah sadar, Rani merasa dibawa ke sebuah taman berisi ribuan kupu-kupu yang merayunya lembut. Nadinya pun terasa seperti disengat geli oleh aliran listrik saat sentuhan-sentuhan halus itu membuai kulitnya penuh sensasi. Tak lama kemudian, ada desakan lembut bagai kapas yang membuatnya melambung tinggi, seperti menembus segerombolan awan yang sangat halus, Rani tak dapat menolak semua buaian itu. Dia terkecoh, tanpa sadar terjebak dalam hawa nafsunya sendiri. Sesaat sebelum kesadarannya benar-benar lenyap, Rani mendengar seorang pria membisik di telinganya dengan sangat jelas. “Terima kasih untuk malam ini, sweety.” Setelah itu, Rani benar-benar hanyut dalam alam bawah sadarnya. Dia tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya. *** Pagi hari, rumah Nenek Rinjani terlihat ramai dari biasanya. Wanita tua itu sejak semalam tampak senang melihat putrinya—yaitu Mama Sarah yang tinggal jauh di pulau seberang akhirnya pulang setelah sepuluh tahun tak jumpa. “Ren, adekmu belum bangun, ya?” tanya Mama Sarah, wanita paruh baya itu baru sadar kalau putrinya belum muncul di meja makan, padahal semua orang sudah berkumpul di sana. “Mama kayak enggak tahu Rani aja, dia kan emang susah bangun,” ujar Rendy, dia adalah kakaknya Rani. “Ck, anak gadis kok ya bangun siang mulu, heran aku sama anak satu itu,” dumel Mama Sarah, dia hampir bangkit dari duduknya, hendak membangunkan Rani yang pikirnya masih tidur. Namun, Bunda Eni mencegah. “Mungkin dia kecapean, Sar. Wajar kalau dia bangun kesiangan,” cakap Bunda Eni, yang merupakan kakak kandungnya Mama Sarah. “Biar aku saja yang bangunin Rani,” tawarnya. “Maaf jadi ngerepotin Mbak,” kata Mama Sarah. Bunda Eni tersenyum lembut, dia lantas meninggalkan meja makan dan berjalan menuju tangga untuk sampai di lantai atas. Awalnya semua terlihat tidak ada yang salah. Tapi, saat Bunda Eni membuka pintu kamar yang ditempati oleh Rani, mata Bunda Eni seketika terbeliak. Hal pertama yang beliau lihat adalah pemandangan tak senonoh yang terpampang jelas di depan matanya. Dengan murka yang membumbung tinggi, Bunda Eni masuk ke dalam kamar itu, lalu memukul tubuh seorang pria yang tidur di samping Rani dengan kondisi tanpa busana. “Aduh.” Pria itu mengaduh saat kulitnya dicubit kuat oleh sang ibu. “Bunda apa-apaan sih, sakit tahu,” protes pria itu. Dia Arya. Laki-laki berusia 28 tahun. Dia seorang dokter gigi. Dia terkenal baik pada anak-anak dan disukai banyak wanita. Tapi, di balik kepopulerannya itu, Arya menyimpan sejuta rahasia. Dan hanya ibunya yang tahu bahwa anaknya itu adalah seorang berandal yang hobi mabuk-mabukan dan tergabung dalam geng motor. “Apa yang sudah kamu lakukan pada Rani, Arya?” Bunda Eni tampak frustrasi, apalagi saat dia melihat ada bercak darah yang membekas di seprei. Arya sontak menoleh ke samping, dia terkejut ketika mendapati ada sosok perempuan di sana. “Apa yang sudah aku lakuin sama dia, Bun?” tanya Arya, memandang ibunya dengan tampang polos. Bunda Eni langsung memukul kepala Arya saking geramnya. “Kamu yang melakukannya tapi kamu malah tanya sama bunda,” omel Bunda Eni, sudah sangat kesal. Rani yang mendengar kegaduhan di sekitarnya pun sontak terbangun, perempuan itu mengerjap beberapa saat, lalu dia berbalik dan menyadari ada budenya berdiri tak jauh di sisi ranjang. Awalnya Rani mengurai senyumnya, hendak menyapa budenya itu ramah. Tapi kemudian, Rani menyadari ada sesuatu yang janggal. Ada seorang pria yang tak berbusana membungkus tubuh polosnya dengan selimut yang sama dengannya. Sontak Rani memeriksa dirinya sendiri, alangkah syoknya dia saat sadar kalau dirinya juga tak mengenakan sehelai benang pun. “A-apa yang terjadi?” lirih Rani. Matanya memandang budenya dengan raut bingung, lalu dia berpindah menatap sosok pria di sampingnya itu. Rani mengernyit, dia merasa tidak asing dengan wajah pria itu. Rasanya seperti sudah mengenalnya. “Kak Arya?” terka Rani. “Rani?” Arya juga baru menyadari kalau wanita di sampingnya itu adalah adik sepupunya. Sepupu yang dulu sering sekali bermain rumah-rumahan dengannya, sepupu yang dulu sering dia candai sampai menangis karena dirinya. “Eng-enggak, ini enggak mungkin. Enggak mungkin kita—” Mereka saling memandang, sampai akhirnya mereka mengingat kembali tentang kejadian semalam. Setiap detik yang terlewati malam itu, memori mereka merekam semuanya dengan sangat jelas. “Sial,” umpat Arya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook