BAB 14 - MASA LALU DEMIAN

1078 Words
"Kamu mencintainya?" Pertanyaan Clara jelas membuat Dara kaget. Duduk berdua dengan Clara di cafe sebelah gedung perusahaan Demian setelah meeting berakhir, membuat Dara harus memutar otak menjawab pertanyaan Clara. Dara sendiri sebenarnya masih menyukai Demian. Getaran itu masih tersimpan dalam hatinya, apa lagi ketika malam pertama terjadi. Namun melihat sikap Demian setelahnya, membuat Dara mulai meragu, apakah rasa cinta itu kini sudah berkurang atau masih tetap sama dalam hatinya. "Kamu gak perlu jawab, aku hanya iseng bertanya," tambah Clara yang sempat membuat Dara kesal karena mengetahui dirinya hanya dijebak. "Demian itu sebenarnya sudah pernah aku jodohin dulu sama salah satu sahabatku. Sekarang sih dia tinggal di Belanda, melanjutkan S3 di sana. Aku pikir pertemuan yang aku rencanakan saat Demian ke Belanda untuk bertemu dengan suamiku, adalah pertemuan pertama antara dirinya dan sahabatku itu. Ternyata aku salah, mereka pernah satu sekolah dulunya." Dara menyipitkan kedua matanya ke arah Clara, seperti seseorang yang sedang mencurigai sesuatu, "SMA, SMP atau SD?" "SMA," jawab Clara. "Bahkan dulu menurut sahabatku itu, dia dan Demian sempat dekat. Tapi yang terlihat saat pertemuan di Belanda waktu itu, gak ada tanda-tanda pernah dekat dari bahasa tubuh keduanya. Mereka malah terlihat canggung, apa lagi Demian yang malah cuek banget." Dara terdiam sesaat, mencoba mengingat nama lengkap wanita yang dia curigai saat ini. Wanita yang dulunya selalu digadang-gadang akan menjadi kekasih Demian yang teddengar cool bak kulkas dua pintu. "Renata Hanindya Utari?" tebak Dara yang kali ini malah berhasil melekatkan ekspresi kaget di wajah Clara. "Kamu mengenalnya?!" tanya Clara. "Benar dia orangnya?" tanya Dara lagi menambah deretan panjang keengganan menjawab pertanyaan demi pertanyaan antara keduanya. Clara menganggukkan kepala, "Jangan-jangan kamu satu SMA sama mereka?" tebak Clara asal yang ternyata tepat sasaran. Anggukan kepala Dara membuat Clara benar-benar merasa tidak habis pikir karena ceritanya dengan sepasang manusia itu, malah terikat dengan masa lalu Dara. "Wah, benar-benar kebetulan yang luar biasa keren. Kok Renata gak ada cerita tentang kamu ya?" tanya Clara heran. "Kamu pernah pacaran gitu sama Demian? Atau pernah saling rebut-rebutan Demian gitu sama semua fans fanatiknya?" Dara tertawa mendengarnya, lantas menggelengkan kepala, "Boro-boro jadi kekasih, Mbak, terlihat pun kagak. Aku mah cuma siswi biasa yang taunya cuma datang, belajar, main sama teman, pulang, terus lulus. Gak ada punya cerita menarik apa lagi sampai dekat sama kalangan atas begitu, Mbak." "Terus, kok bisa kenal sama Demian?" tanya Clara terlihat penasaran dengan kisah Dara dan Demian. Dara mengangkat kedua bahunya sembari menggelengkan kepala, "Aku juga bingung mau cerita dari mana, Mbak, yang pasti dari orang tua." Dara mencoba menutupi kejadian tentang surat cintanya yang ditemukan Demian. Rasa malu yang luar biasa, membuat Dara enggan menceritakannya pada Clara. Apalagi saat mengetahui, Clara adalah sahabat Renata, cewek yang dulu menjadi alasan Dara membuang semua suratnya. "Renata itu jauh bedanya sama kamu, Ra, dia kekanak-kanakan." Clara kembali bercerita setelah menyeruput s**u cokelat dingin miliknya yang tinggal setengah. "Dia dan Demian hanya serasi sebagai partner kerja, bukan partner hidup." "Dia bisnis juga?" tanya Dara yang semula dijawab Clara dengan anggukan kepala. "Lebih tepatnya demi Demian," jawab Clara. "Awalnya aku ragu menjodohkan Demian dengan Renata. Biar pun aku gak terlalu kenal banget sama Demian, tapi mendengar cerita tentang dia dari suamiku, aku merasa mereka tidak mungkin bersatu. Apa lagi Demian langsung nunjukkan sikap gak tertariknya ke Renata." "Cara Demian nunjukkannya gimana?" "Ya, banyak. Misalnya saat aku minta Demian buat datang makan malam sama Renata, Demian langsung nyari alasan buat gak datang. Dan alasannya kadang gak masuk akal. Tiba-tiba sakitlah, Tiba-tiba malaslah, tiba-tiba ada kerjaan. Ada aja." Clara tertawa kecil. "Tapi saat aku ajak ketemuan buat diskusi kerjaan, Demian malah langsung datang." Dara tertawa mendengar cerita Demian. Biarpun dia belum terlalu kenal dengan Demian, apa lagi soal urusan perasaan, tapi dari cerita Clara, Demian selalu menunjukkan jika dia tidak suka dengan seseorang. Dan Dara cukup bersyukur, karena Demian tidak menunjukkannya padanya kalau dia tidak menyukainya. "Aku juga sebenarnya gak terlalu suka kalau terlalu dekat dengan Renata," lanjut Clara yang malah membuat Dara heran melihatnya. Dirinya adalah orang baru di hidup Clara, tapi Clara malah begitu gamblang cerita tentang kehidupannya. "Clara yang tau semua rahasiaku, malah terkadang bersikap sesukanya. Bahkan sering ngancem aku buat ngebongkar rahasiaku." "Rahasia?" tanya Dara. Clara menatap Dara lekat, lantas mengangguk pelan. Clara tersenyum tipis lantas menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan napasnya perlahan. "Aku sebenarnya istri kedua Robert, Ra," ucap Clara dengan suara setengah berbisik. Dara kaget bukan main mendengarnya. Pantas sana sejak awal dia merasa usia Robert dan Clara cukup jauh, ternyata Clara bukan satu-satunya istri untuk Robert. "Robert itu dosen aku di kampus dulu, S2 di Belanda. Dan dia sudah menikah dengan orang Indonesia saat dia dulu liburan di Indonesia. Dia sempat tinggal di Indonesia setelah menikah dengan istrinya. Iseng-iseng dia coba lamar kerja di Universitas Belanda, dan ternyata diterima. Niat awal dia mau ngajak istrinya pindah ke Belanda, tapi kontrak kerja istrinya di Indonesia gak memungkinkan dia resign. Akhirnya dia sendiri pindah ke Belanda, dan sesekali balik ke Indonesia." "Terus?" "Terus ya kami jumpa di sana," jawab Clara santai. "Awalnya aku gak tau kalau dia sudah menikah, tapi setelah aku jatuh cinta, aku baru tau kalau dia sudah punya istri. Dia mengajakku menikah, dan aku langsung mau dengan syarat, aku tidak mau pindah dann kembali ke Indonesia." "Jadi sampai sekarang, istrinya gak tau kalau suaminya sudah menikah lagi?" tanya Dara yang hanya dijawab Clara dengan anggukan kepala. "Jadi sekarang, dia pulang ke rumah istrinya?" "Kemarin sempat, tapi karena istrinya tinggal. Di Pekan Baru, jadi ya ... jarang juga." Clara tertawa kecil seakan tak ada beban di hidupnya. Dara benar-benar tidak habis pikir melihatnya. Mendengarnya saja, Dara merasa beban bukan main jika berada di posisi Clara. Tapi Clara sendiri malah sesantai itu. "Tolong jangan bilang siapa-siapa ya, Ra, aku sendiri gak tau kenapa aku malah percaya sama kamu." Dara hanya menganggukkan kepala dengan pikiran yang lari entah ke mana. Dia benar-benar masih kaget bukan main dengan kenyataan tentang hidup Clara. Padahal jika melihat Clara yang cantik, dia bisa mendapatkan lelaki yang lebih kaya dan punya segalanya dari Robert. Clara menghela napas pelan, "Yang terpenting, kami sama Demian, jangan sampai ada yang ngusik pernikahan kalian. Aku ngomong kayak begini, karena aku sayang sama kamu dan Demian. Gemes aku lihat kalian." Dara hanya tersenyum mendengarnya. "Sabar kalau lagi bertengkar, Demian emang seperti itu, kadang egois," lanjut Clara. "Tadi kalian baru bertengkar, kan? Aku mendengarnya dari beberapa karyawan yang bergosip tentang kalian." Clara tertawa yang hanya dibalas Dara dengan senyuman malu bukan main karena pertengkarannya diketahui oleh Clara yang notabene partner kerja Demian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD