Hyra tak seperti yang lain
“Hyra! Astaga anak ini. Ma, sebenarnya kamu itu lahirin manusia apa lahirin siput sih? Lelet sekali jadi orang.” Zein, kakak tertua Hyra yang selalu protes akan ke lambatan sang adik.
“Aduh Zein, sekarang masih jam enam. Kalian masuk jam setengah delapan, masih ada waktu satu setengah jam. Kasih adikmu berhias sebentar,” Gia, ibu yang selalu menyayangi ketiganya tanpa membedakan satu sama lain. Namun hanya meratuka satu anak perempuannya.
“Mama itu terlalu pilih kasih, nggak sih? Kami aja di bangunin jam lima….”
“Kamu pikir, Hyra bangun jam berapa? Dia sudah bangun dari jam setengah lima. Membangunkan mama dan papa, baru kalian.”
Pernyataan sang mama membuat kedua putra tertua ddi keluarga ini terdiam. Sedangkan orang yang di tunggu-tunggu seperti tuan putri sudah hadir di antara mereka. Duduk di antara kedua kakaknya.
“Pagi semua, kakak-kakakku yang cerewet, apa kalian masih menggerutu sama seperti hari biasanya? Hidup anda selalu ribet, sudahlah, biar hanya fisika saja yang meribetkan ku.” kata Hyra santai.
Mendengar kata fisika di singgung, Zein maupun Andra sebagai kakak langsung tersentak. Mereka berdua saling berpandangan, mengingat semalam buku tugas fisika mereka hilang secara misterius.
“Jangan bilang….”
“Nggak bilang juga sudah kalian tebak. Ini punya kak Zein dan ini punya kak Andra. Ingetin ke guru kalian, soal ini sungguh sangat mudah sekali aku pecahkan, stock soalnya apa sudah habis? Gampang gini.” ucapan Hyra jelas membuat kedua kakaknya melongo.
Pasalnya, mereka berdua sudah seharian mengerjakan soal-soal itu masih belum juga menemukan jawaban yang tepat. Dan adiknya, dia memang sudah lompat kelas sebanyak dua kali ini hanya mengerjakan beberapa jam.
“Ma! Apa begini caramu mempermalukan kami?” kali ini Andra lah yang protes terhadap orang tuannya.
“Kok nyalahin mama, ya harusnya kalian belajar lebih rajin dong. Ini sayang telur setengah matangnya.” Gia memberikan telur setengah mateng untuk Hyra.
“Ma, kasih kami telur yang sama dengan Hyra. Jangan bedakan kami lagi!” Zein mengambil telur setengah matang milik adiknta.
Abim. Selaku orang tua yang menanam bibit ketiganya hanya bisa tersenyum ketir. Selama dia sekolah dulu, Abim bahkan tidak bisa lebih dari juara empat, tapi kenapa ketiga anaknya memiliki otak yang begitu luar biasa?
“Gia, apa dulu kamu pernah mendapatkan rengking?” tanya Abim.
“Paling cuma rengking dua, itu juga cuma beberapa kali. Kenapa?”
“Nggak ada.” Abim tak ingin melanjutkan apa yang menjadi kegalauan dirinya. Mungkin memang Tuhan memberikan otak berlebih pada putra dan putrnya. Ini adalah anugrah, bukan penghinaan.
Hyra dan Zein naik mobil, sedangkan Andra memilih mengendarai motor gedenya ke sekolah.
Kedatangan Andra di sambut dengan terakan histeria dari gadis-gadis yang berada di area parkir sekolahan. Apalagi jika dia sudah membuka helm fullfacenya. Tampan dan sangat berkarisma, itilah yang di lihat oleh para gadis di sekolah mereka.
Namu, kedatanga sang kakak bersama ddengan adik yang terkenal primadona itu membuat Andra seketika tenggelam oleh pesona kakak dan adiknya.
“Gila, Hyra ku hari ini cantik sekali. Rambutnya di curly, makin terlihat cantik banget.” komentar salah seorang teman yang tak jauh dari tempat parkir.
Sedangkan dari arah yang tak jauh dari teman itu, ada sesosok gunung es yang jelas tidak tertarik pada Hyra. Baginya, seorang primadona seperti Hyra itu hanya seorang siswi yang haus akan pengakuan. Ya, wakau dia mengakui kalau tanpa pengakuan dari siapa pun, Hyra memang hebat dan cantik.
Di antara ketiga orang itu, ada seorang yang berisik. Thomas Hilman, anak dariRicky Hilman dan Nova Armani. Lelaki yang memiliki turunan bangsa arab dengan bule itu membuat Thomas terlihat tak kalah tampan. Namun sayangnya, gen playboy dari Ricky sang papa, mengalir deras dalam darah Thomas.
“Zein, Adikmu ini sungguh luar biasa sekali. Dia itu cantik tak seperti gadis cantik lainnya.”
“Maksudnya?” Zein yang tadi masih bisa untuk berdebat dengan lucunya, kini sudah menunjukkan mode dingin bak gunung es.
“Ya, biasanya tu, gadis cantik cuma penutup otak kosongnya. Tapi adikmu ini beda, cantik luar dalam.” komentar Thomas kali ini memang ada benarnya, tapi ternyata mampu mencolek kejulidan Hyra.
“Hahaha, Kak Thomas saja mungkin yang salah pilih. Kak, Thomas Alfa Edison itu pinter, jangan mempermalukan nama Thomas dong. Masa pilih cewek yang nggak ada isinya. Hahaha.” ledek Hyra pada putra sahabat orang tuanya.
“Emang bener-bener itu anak ya. Zein, keluargamu itu apa memang menggunakan kata-kata sains untuk menyindir atau membandingkan?” Tanya Thomas sembari mengadu pada kakak dari orang yang membuatnya jengkel.
“Hahaha, salah sendiri. Lagian, otakmu kan cuma cewek cantik, jangan tersinggung dong. Kan itu kenyataan.” Andra menimpali dengan gelak tawa.
Sunggung, tawa kedua kakak beradik kembar itu menggoyahkan hati para gadis di sekolah. Dan sayangnya, senyum mereka itu sangat pelit sekali.
Hyra masih dengan senyum mengejeknya meninggalkan ketiga orang di parkiran. Dia tidak ingin semakin telat masuk ke dalam kelas. Kenapa? Karena dia sudah tidak ssabar untuk membuka buku matematika tersayangnya.
Bayak cowok yang hatinya tercuri oleh Hyra, namun hati Hura sama sekali tidak tertarik pada mereka satu pun. Tapi, ada seorang teman kakaknya yang juga terkenal sama dinginnya dengan Zein dan Andra. Telah mengoyak hati Hyra, mencuri dan membuatnya seperti orang gila. Dia bukan Albert Einstein sang fisikawan atau Isaac Newton sang penemu hukum gravitasi. Dia adalah Egi Elenior Suherman.
Seorang pemuda yang merupakan sahabat dari kakak-kakak Hyra dan anak dari rekan bisnis dari Abim, ayahnya. Sayangnya, Hyra tidak mampu menembus hati dan perhatian sang pujaan. Egi teryata sedikit risih dengan kepopuleran sang gadis.
Padahal, jika di ingat lagi, Hyra sama sekali tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai orang yang populer atau butuh kepopuleran untuk menunjukkan diri mampu.
“Eh, ada kak Egi. Selamat pagi kak ganteng.” Sapaan yang Hyra tujukan pada Egi, tak membuat luluh sang pujaan. Tapi malah membuat orang di samping Egi meleleh dan kejang seperti kesurupan.
“Dasar, lebay.” ucapan menggemaskan itu di abaikan Egi?
Oh Tuhan, sebenarnya ada gangguan apa Egi ini? Apa dia orang yang anti pada perempuan? Bahkan gadis secantik dan sekeren Hyra di abaikan olehnya. Memang orang-orang pintar ini susah ddi tebak.
Egi menghampiri ketiga sahabatnya di parkiran. Beruntung tiga sahabatnya tidak melihat dirinya mengatai gadis yang di jaganya mati-matian.
Hyra sendiri yang mendapat pengabaian itu juga tidak merasa bagaimana-bagaimana. Karena memang itu tidak ada artinya bagi dirinya. Sekali lagi, yang paling berarti adalah matematika, fisika dan kimia. Karena ketiganya itu adalah kecintaannya.