Part 13

1726 Words
Membuat devil murka sama saja dengan mencari masalah. Bayangkan saja, Alana hanya tidur tiga jam demi menyelesaikan laporan yang Arion kirim. Dia bahkan tidak sempat untuk sekedar mencari informasi dari boyband kesukaannya. Alana menghela napas dalam-dalam seraya menatap pantulan dirinya. Dan lihatlah sekarang matanya mirip seperti mata panda dan itu semua gara-gara Devil j*****m itu. Alana benar-benar kesal padanya. Brak Brak “Lana kamu nggak mati kan?!” teriak Ratu drama tidak lain tidak bukan Esang mama tercinta. “Cepat bangun, Anak perawan kok bangunnya siang pantesan aja jomblo.” Hanya mamanya seorang yang membangunkan anaknya dengan cara antimainstream, dan apa itu? Alana tuh tidak jomblo hanya belum punya pacar saja. Puas?! Gedoran brutal dari arah luar pintu kamarnya semakin kencang. Alana segera bangkit berdiri dan dengan ogah-ogahan dia bergegas membuka pintu. sebelum pintu kamarnya rusak akibat ulah bar-bar sang mama tercinta. “Apa sih Ma? Aku udah bangun dan udah cantik nih,” ujarku seraya tersenyum masam. Eliza menyipitkan matanya seraya menatap penampilan Alana dari atas sampai bawah. “Kamu Alana, anak saya? Kok jadi beda,yah?” tanya Eliza matanya tidak lepas memandangi penampilan Alana. “Iya aku Alana, kembarannya lisa Blackpink. Kenapa Mah, Aku jadi tambah cantik kan?” tanya Alana seraya menaik turunkan alisnya. Mama mendengus seraya mencibir. “Nggak cocok kamu jadi kembaran lisa blackpink. cocoknya jadi kembaran tukiyem,” ketus Eliza. “Biasa aja, masih cantikan mama kemana-mana.” Beginilah nasib punya mama kelewat gaul. ada aja tingkah lakunya yang bisa membuat Alama sakit kepala. "Nggak sekalian aja suketi Ma? Iya Iya cantikan mama, da aku mah apa atuh cuman butiran ketombe.” “Udah sana, Buruan turun terus sarapan, udah siang nanti terlambat kerja,“ ujar Eliza seraya berlalu pergi. Sedangkan Alana kembali mesuk ke dalam kamar untuk sekedar mengambil tas beserta laptopnya. setelah itu dia segera bergegas menyusul Eliza. Alana duduk dan segera sarapan dengan lahapnya, Seperti biasa Eliza kembali membicarakan tentang anak temannya yang menikah dengan orang kaya. Alana hanya mengangguk kecil seraya terus merahap sarapannya. “Kamu tahu nggak? Dulu waktu mama masih muda banyak yang ngantri mau jadi pacar Mama,” ujar Eliza mulai membicarakan masa lalunya. “Tapi kamu boro-boro banyak yang ngantri, satu orang aja nggak ada.” Alana menghela napas berat seraya menatap Eliza. Ini masih pagi tapi mamanya sudah membahas hal sensitif. Padahal kalau dipikir-pikir Alana belum terlalu tua tapi mamanya selalu mendesak Alana untuk cepat-cepat menikah. Semua wanita termasuk dia pasti ingin menikah. Tapi Bagaimana mau menikah? sedangkan calonnya saja belum ada. Tidak mungkin kan, dia menikah sama kambing?! “Kamu itu nggak pernah ngertiin perasaan mama … Mama tuh malu. Punya anak gadis satu-satunya tapi belum nikah juga,” ujar Eliza dengan kesal. Alana yang mendengar itu hanya bisa menghela napas dan mencoba menghindar dengan alasan mau berangkat kerja. Eliza kembali mengomeli Alana yang susah untuk dikasih taunya. Sebelum keluar rumah. Eliza kembali menyinggung untuk segera mencari calon suami. “Alana, ingat umur kamu udah nggak muda lagi cepat cari calon suami,” ujar Eliza mengingatkan. “Mama cuma ingin ngeliat kamu menikah, itu aja kok, gampang kan?” Alana menghela napas. “Iya Ma, Alana ngerti kok,” jawab Alana. “Kalo gitu aku berangkat kerja dulu, Ma.” 30 menit kemudian, aku sampai di kantor. Aku mencoba mengabaikan semua mata yang tertuju padanya. “Eh lihat deh? Mentang-mentang udah jadi sekertaris gayanya sok kecakepan banget.” Wah Sebarangan! Alana memang sudah cantik dari lahir. Kali. “Iya padahal nih lebih pantas Mbak Joya dibandingkan dia.” Cih jinjja! "Gue jadi curiga, jangan-jangan dia pakai pelet." Pelet matamu sobek! “Bener juga atau paling parah dia jual dirinya, Coba kalian perhatikan baju yang dia pakai seperti baju bermerek. pasti harganya mahal.” “Masuk akal juga.” Mendengar itu, Alana sontak melirik ke arah sekumpulan mbak-mbak tukang ghibah yang tampak asyik berbisik-bisik. Ck ini masih pagi tapi mereka sudah asyik menggosipkan Alana yang tidak-tidak. Ughh ingin sekali dia menjahit mulut busuk mereka satu persatu. Tahan ... Tahan Alana. Abaikan saja mereka anggap mereka mahluk astral. Batin Alana seraya menarik napasnya dalam-dalam. Tiba-tiba Alana merasakan ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya. “Alana?” Suara itu, suara Arion! Alana Refleks berbalik. Matanya seketika membulat saat melihat Arion berdiri di depannya seraya memasukan tangan ke dalam saku celananya. Astaga! Sejak kapan Devil itu berdiri dibelakangnya? “lagi ngapai kamu berdiri disini? jangan-jangan kamu nungguin saya, yah?” tanya Arion naik turunkan alisnya. Eh? Siapa juga yang menunggu dia? Kayak nggak ada kerjaan lain saja. pikir Alana. “Iya Pak, saya menunggu bapak,” ujar Alana mengiyakan saja, hal itu tentu tidak sesuai dengan batinya. Arion tersenyum senang seraya menyodorkan tas kerjanya ke arah sekretarisnya. Sedangkan Alana hanya terdiam menatap Arion dengan heran seraya melirik tas kerja milik Arion. “Apa Pak?” Arion menghela napas lelah. “Astaga gitu aja nggak mengerti kamu,” ujar Arion ketus seraya menyerahkan tas kerjanya pada Alana.“Bawain tas saya!” Setelah mengatakan itu, Arion langsung Meninggalkan Alana yang masih terbengong-bengong tak percaya. Hah? Sudahlah lebih baik Alana segera menyusul Arion sebelum sifat menyebalkannya kambuh lagi. Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di ruangan milik Arion. Alana segera meletakan tas milik Arion diatas mejanya. “Kalo gitu saya permisi Pak,” ujar Alana seraya bergegas berlalu pergi. “Tunggu!” Alana yang mendengar itu sontak menghentikan langkahnya. Sekarang apa lagi?Alana segera berbalik seraya menatap Arion. “Iya Pak, ada apa?” Arion berjalan mendekati Alana. “Mana laporan yang saya kasih?” tagih Arion seraya berkacak pinggang. “Udah selesai belum?” Alana menghela napas seraya mengeluarkan laptop dan segera mengirimkan laporan yang sudah dia kerjakan semalaman. “Barusan udah saya kirim Pak. Apa ada lagi yang bapak mau tanyain atau butuhin Pak?” tanya Alana. masalahnya dia tidak ingin nantinya Arion kembali menganggunya disaat dia sedang sibuk-sibuknya. “Iya ada yang ingin saya tanyain.” Alana menelan ludahnya gugup. Kira-kira apa yang Arion ingin tanyakan? kok firasat Alana tiba-tiba jadi tidak enak, yah? “Apa itu Pak? tanyain aja,” tanya Alana dengan lembut seraya tersenyum manis. “Tumben kamu kelihatan lebih manusiawi,” ujar Arion memperhatikan penampilan Alana. Senyuman Alana seketika menghilang dan di gantikan dengan dengusan penuh kekesalan. Hah apa maksudnya? Apa selama ini dia tidak terlihat manusiawi gitu? “Maksud bapak apa, yah?” tanya Alana seraya menahan kekesalan. “Nggak, saya cuma heran biasanya kamu kan kelihatan kayak orang-orangan sawah sekarang malah kelihatan lebih mirip manusia,” ujar Arion seraya menaruh satu tangannya di dagu. “Mangkannya saya bingung.” What, Alana kayak orang-orangan sawah? Kira-kira tuker tambah bos bisa tidak sih? Dia mau menukar Arion nih. serius Alana benar-benar tidak tahan lagi. Hiks. “Bapak Arion Wiratmaja yang terhormat, dari saya lahir saya emang udah menjadi manusia,” ujar Alana dengan penuh kekesalan. “Ohh gitu, ya?” ujar Arion dengan cuek, dia bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun. Masa bodo Pak! “Iya Pak,” ujar Alana mencoba menahan emosi. “Maaf Pak, apa saya boleh pergi?” tanya Alana masalahnya dia sudah tidak tahan berada dalam satu ruangan bersama dengan Arion. Lebih tepatnya, dia takut kelepasan mengumpat! Arion mengangguk-angguk paham.“Silahkan, kamu nggak lupakan jalan keluar dari ruangan saya? Atau kamu mau saya anterin?” sarkas Arion seraya menarik turunkan alisnya. Tahan ... Tahan ... Alana “Nggak Pak, Kalo gitu saya permisi Pak,” ucap Alana segera keluar dari ruangan Arion. Sial ... Sial! Entah kenapa setiap kali Alana berhadapan dengannya, dia selalu sial. Tidak henti-hentinya Alana menggerutu kesal, pagi ini kesabarannya benar-benar diuji. pertama pagi-pagi sudah digosipkan dan kedua dia dikatain mirip orang-orangan sawah. pokoknya pagi ini benar-benar menyebalkan. Dengan penuh kekesalan Alana duduk di kursinya seraya menghidupkan komputer dan mencoba untuk fokus mengerjakan pekerjaannya. "Siang Alana?” Aku yang mendengar namaku di panggil sontak menoleh dan segera berdiri. “Selamat siang Pak” ujar Alana menyapa Farzan dengan sopan. “Apa bapak mau bertemu sama Pak Arion?” Farzan tersenyum manis. “Nggak, Saya kesini karena mau bertemu kamu.” Eh? Ketemu dengan Alana? “Ada apa ya Pak?” ujar Alana dengan penasaran. Farzan tersenyum lebar membuat lesung pipinya terlihat sangat manis. “Apa kamu punya waktu? Saya ingin ngajak kamu makan siang” Jawab Farzan. ‘Oh, ajakan makan siang, yah? Lumayan nih gue bisa makan gratis, masalahnya sekarang gue lagi kere belum gajian soalnya muehehe.’ batin Alana, matanya tampak berbinar-binar. “Iya Bi—” Belum sempat Alana menyelesaikan ucapannya tiba-tiba suara bariton yang sangat dia kenali memotong ucapannya. “Nggak bisa! Alana harus ikut saya.” Mendengar itu, Alana dan Fauzan sontak berbalik dan menatap sosok Devil berwujud manusia yang berdiri tepat di belakangnya. Astaga kenapa dia suka sekali datang tiba-tiba dan mengagetkanku saja. Batin Alana menggerutu kesal. “Loh, tapi kan ini udah jam makan siang,” Protes Farzan seraya menatap bos yang sialnya sepupunya sendiri. Arion menggeleng-gelengkan kepalanya tidak ingin dibantah. “Suka-suka saya dong!” ujar Arion datar. “udah sana pergi.” usir Arion pada Farzan seraya menarik tangan Alana. Alana yang ditarik seperti itu memilih untuk diam masalahnya dia tidak ingin menjadi sasaran pelampiasan kekesalan Arion. Alana menatap Arion sebenarnya dia mau membawanya kemana? Huft semoga Arion tidak membawanya ketempat yang aneh. ••• Sedangkan ditempat lain, seorang pria misterius tersenyum menatap satu persatu foto yang baru saja dikirim oleh anak buahnya, senyumannya seketika lenyap saat dia melihat salah satu foto wanita yang di cintainya bergandengan tangan dengan pria lain. “Sialan ... Berani sekali dia mengandeng wanitaku,” gumam pria misterius itu. Pria misterius itu menatap tajam anak buahnya. “Kenapa dia menggandeng tangan wanitaku?” tanya pria misterius ketus kepada anak buahnya. Anak buahnya bergetar ketakutan seraya menatap tuannya. Brak Pria misterius itu berdiri seraya memukul meja kerjanya. “Kenapa diam? Apa kalian sudah bosan bicara?” ujar pria misterius penuh penekanan, mendekati anak buahnya seraya memainkan pisau di depan bibir salah satu anak buahnya “Ampun tuan, tolong jangan hukum kami,” ujar Anak buahnya memohon seraya berutut di kaki tuan mereka. “Dia atasan nona tuan” “Atasan kalian bilang? Lalu kenapa kalian baru melaporkan masalah ini!” ujar pria misterius itu dengan tajam seraya menarik kerah jas anak buahnya. “Maafkan saya tuan ... Anda boleh menghukum saya,” ujar anak buahnya pasrah. mereka tak berdaya melawan orang yang mereka sebut 'tuan' Pria misterius itu tersenyum sinis. “Baik, kali ini aku maafkan kalian tapi nanti kalian akan tahu sendiri akibatnya,” ujar pria misterius dengan datar. “Cepat keluar sebelum aku berubah pikiran.” “Baik, terima kasih tuan,” ujar Anak buahnya seraya berlalu pergi meninggalkan pria misterius sendirian. “Kamu miliku!” ujar pria misterius itu seraya mengusap-usap foto wanita yang sangat dia cintai dengan penuh kasih sayang. “Akan aku hancurkan siapapun yang berani mengambilmu dariku sayang karena kamu hanya miliku seorang.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD