Part 10

1650 Words
Alana menghela napas berat seraya menatap tumpukan dokumen yang ada di atas mejanya. Ternyata Arion tidak main-main untuk menjadikan dia sekretaris pribadinya padahal kalau dipikir-pikir Alana tidak punya banyak pengalaman sebagai seorang sekertaris. Ya maklum pasalnya selama ini dia hanya bekerja di bagian staff biasa. Lalu sekarang Alana harus apa? Otaknya sudah tidak sanggup lagi mempelajari semua dokumen ini. Bahkan kakinya kembali terasa nyut-nyutan. Aishhh kenapa dia selalu sial? Ah menyebalkan sekali. Kring... Kring Telepon kantor berbunyi. Alana melirik sekilas. Sebelum akhirnya dia bergegas mengangkat panggilan telepon itu. “Halo? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Alana sesopan mungkin. “Cepat keruangan saya sekarang.” perintah Arion. Belum sempat Alana menjawabnya. Arion sudah terlebih dulu menutup sambungan teleponnya dengan sepihak. Hm sekarang apa lagi? Mau tak mau Alana bergegas keruangan Arion. Sebelum mengetuk pintu dia menyempatkan diri untuk menarik napas sebanyak-banyaknya. Setelah merasa cukup tenang Alana segera mengetuk pintunya. Tok..Tok “Masuk,” ujar Arion dari dalam ruangannya. Alana segera membuka pintu ruangan Arion seraya berjalan mendekati meja kerjanya. “Permisi pak, Ada apa bapak manggil saya?” tanya Alana dengan harap-harap cemas ya semoga bukan hal yang aneh-aneh lagi. Arion mengeluarkan smirk menyebalkannya. Dan tiba-tiba Perasaan Alana berubah menjadi buruk. “Ehem, ambilin saya air,” ujar Arion tanpa menatap Alana. Alana yang mendengar itu sontak membulatkan matanya tak percaya. jadi Arion memanggilnya hanya karena minta di ambilkan air? Wow amazing dia benar-benar tidak percaya ini. Batin Alana menjerit-jerit kesal. Ok sabar-sabar Alana tunjukan senyuman manismu alana.... “Kok saya pak? Kan ada Ob Pak. sekarang saya lagi sibuk mempelajari dokumen yang bapak kasih,” ujar Alana mencoba bernegosiasi dengan nada jengkelnya. Arion mengerutkan keningnya seraya menatap Alana. “Iya kamu, Kamu kan babu saya! Loh saya kan maunya kamu yang ngambilin minuman saya,” ujar Arion dengan enteng. Alana mendengus dingin walau begitu dia tetap mengeluarkan senyuman manisnya. Yah lebih tepatnya terpaksa tersenyum padahal dia ingin sekali memukul wajah menyebalkannya itu. “Iya Pak saya memang babu bapak! Yaudah sekarang bapak mau minum air apa?” “Ehem air s**u,” ujar Arion matanya terfokus pada kedua d**a karyawannya. Alana yang melihat itu sontak melototkan matanya seraya berusaha menutupi aset masa depannya itu. Apa-apaan dia, Kurang ajar sekali! Batin Alana geram. “Maaf pak saya nggak punya air s**u!” ketus Alana. Arion menatap sekretarisnya seraya memasang wajah tidak percayanya. Brak Tiba-tiba Arion menggebrak meja kerjanya. “Loh masa sih nggak ada! Bilang sama saya siapa yang berani minum s**u favorit saya!” ujar Arion emosi seraya menunjuk-nunjuk d**a Alana. 'Ckck apaan sih? Lihat dia semangkin aneh aja. Gue ini kan masih gadis jadi gimana bisa punya air s**u. Dan apa-apaan itu pakai acara nunjuk-nunjuk d**a gue segala.' Batin Alana berapi-api penuh permusuhan. “Iya emang nggak ada Bapak Arion Wiratmaja! Bapak lupa atau amesia sih? Saya kan masih gadis ya mana punya air s**u!” ujar Alana emosi. Krik...Krik Suasana ruangan Arion menjadi hening. “Ehem, Maksud saya itu s**u yang biasa saya minum! Bukan s**u punya kamu. Lagian, mana doyan saya sama s**u kamu itu palingan rasanya pahit!” ujar Arion seraya memalingkan pandangannya. Hah apa? Wajah Alana seketika memerah. Dia benar-benar malu. Mau ditaruh dimana wajah cantik nan manisnya ini? Rasanya Alana ingin menyembunyikan wajahnya dirawa-rawa. Okey tidak apa-apa Alana tetap stay cool anggap saja sedang apes. Batin Alana mencoba menyemangati dirinya sendiri. “Terus kalo gitu kenapa Bapak ngeliatin d**a saya? Saya kan jadi salah paham Pak!” ujar Alana membela dirinya. Arion menaikan alisnya seraya menyeringai kecil. “Cih, Percaya diri banget kamu!” ejek Arion tidak ingin mengakui perbuatannya. “Ngapain kamu masih disini? Cepat sana buatin saya s**u!” ‘Cih nyebelin! ’ Batin Alana menggerutu kesal. “Baik pak, Saya permisi dulu,” ujar Alana bergegas melangkahkan kakinya menuju pantry. Ya tuhan dosa apa dia sampai harus menjadi sekretaris devil itu? Baru setengah hari Alana menjadi sekretarisnya. Namun dia sudah di buat kesal oleh tingkah menyebalkannya itu! Saat Alana akan memasuki pantry, dia mendengar pembicaraan karyawan lain yang sepertinya sedang membicarakannya. “Gue kesel banget! Bisa-bisanya Alana yang jadi sekretaris Pak Arion ... padahal gue yang udah lama ngincer posisi itu. Tapi yang dapet malah dia. Enggak adil banget!” "Bener, gue jadi curiga jangan-jangan dia ada main sama Pak Arion” “Iya bener juga, waktu dia masih jadi staff divisi Marketing sering banget diminta keruangan Pak Arion kan!” “Enggak nyangka yah diam-diam Mbak Alana rela lakuin apapun buat bisa naikin jabatannya bahkan sampe ngegodain Pak Arion, gue kira mbak Alana baik tapi ternyata kelakuannya kayak lonte.” Mereka semua mengangguk membenarkan ucapan teman-temannya. Sedangkan Alana terpaku di depan pintu pantry, dia terlalu syok mendengar ucapan mereka. Bukan karena Alana takut. dia hanya tidak menyangka mereka berpikiran seperti itu tentangnya. “Alana?” Alana segera menghapus air matanya dan segera mendongakkan menatap Farzan yang berdiri tidak jauh darinya. “Iya pak, Kenapa?” tanya Alana mencoba tersenyum bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Farzan berjalan mendekati Alana. “Apa kamu baik-baik aja?” Alana mengangguk pelan. “Iya saya baik-baik aja kok. Saya permisi pak mau buat s**u pesanan pak Arion.” Wajah Farzan terlihat kecewa walau begitu dia tetap memasang senyuman manisnya. “Ohh iya syukurlah, Kalo ada apa-apa kamu bisa hubungi saya,” ujar Farzan seraya tersenyum. Seperti biasa Farzan selalu baik, Alana sangat mengagumi sosoknya. Selain tampan dia juga tidak sombong walau berasal dari keluarga kaya dia tetap memilih menjadi Manager di perusahaan ini. “Iya tentu Pak, Ohya semangat kerjanya Pak,” ujar Alana menyemangati Fauzan seraya tersenyum lebar. “iya pasti, kamu juga semangat,” ujar Farzan ikut tersenyum manis. Alana mengangguk mengiyakan dan segera bergegas masuk ke dalam pantry. Yang sontak saja membuat wanita-wanita yang menggosipkannya seketika terdiam sepertinya mereka kaget dengan kehadiran Alana atau mungkin mereka takut dia mendengar pembicaraan mereka. Ah sudahlah biarkan saja toh Alana tidak pernah merasa seperti yang mereka bicarakan. “Siang semuanya.” Alana menyapa mereka semua seolah tidak pernah mendengar apa yang mereka katakan. Dengan santainya dia mengambil cangkir dan segera menuangkan s**u secukupnya. Diam-diam Alana merilik mereka. terkadang dia heran dengan mereka yang suka menggosipkan orang lain. Apa sih untungnya menggosipkan orang lain? ingin rasanya Alana menyumpalkan cabai busuk ke dalam mulut mereka satu persatu. “Siang Mbak,” sapa Kanaya salah satu bucin Arion sekaligus wanita yang menggosipkan Alana. Suaranya terdengar ramah namun dia bisa merasakan ada nada ketidak sukaan di setiap katanya. “Mbak bikin s**u buat siapa?” Alana yang mendengar itu sontak mendengus kesal, Bayangkan saja. Mereka di belakangnya menggosipkan Alana. Sedangkan di depannya mereka malah sosoan baik. Dasar uler kadut muka dua! Batin Alana menyumpah serapah mereka. “Ohh, ini buat Pak Arion,” jawab Alana sedikit keras seraya menunjukan senyuman manis andalannya. Kanaya dan teman-temannya menatap Alana dengan berbagai pandangan. Ada yang memandangnya dengan iri, benci, dendam, dan masih banyak lagi. Akan tetapi Alana tidak terlalu menanggapi serius bukan karena takut ,dia hanya tidak ingin mencari masalah toh orang seperti mereka selalu ada dimana-mana. Ya Alana sebagai orang waras mengalah saja! “Ohya selamat ya Mbak udah naik jabatan,” ucap Luna sama seperti Kanaya, Luna pun salah satu bucin Arion. Mengucapkan selamat tapi wajahnya terlihat tidak senang banget. Dasar munafik. Alana mengangguk mengiyakan seraya tersenyum kecil. “Wah makasih asih loh ucapannya, gue tadinya mikir kalian nggak suka kalo gue yang jadi sekretaris Pak Arion.” Wajah mereka memucat. Alana tersenyum lebar. Makannya jadi orang jangan suka bergosip di belakang. Bergosip di belakang sudah terlalu mainstream sekali-kali bergosip di depan orangnya langsung biar sekalian baku hantam. “Loh, kenapa kalian pada diam? Lanjutin dong gosipnya,” ujar Alana tersenyum kecil seraya mengaduk-aduk susunya. “Heh sombong banget lo! Baru jadi sekertaris aja songong,” ujar Luna seraya melipat kedua tangan di depan dadanya. Apa katanya? Alana sombong? Songong? Yang benar saja. Lagian menjadi sekretarisnya Arion itu tidak enak yang ada selalu di siksa iya! “Aduh maaf nih Mbak Luna, saya nggak pernah sombong apalagi songong!” ujar Alana masih terfokus mengaduk s**u. “Iri bilang, bos!” "Gue iri sama lo? Cih ngapain iri sama perempuan nggak bener kayak lo! Yang rela godain Pak Arion demi di naikin jadi sekretarisnya,” ujar Luna yang langsung di benarkan oleh teman-temannya. Alana yang mendengar itu sontak meletakkan sendok dengan penuh emosi. Sudah cukup mereka sudah keterlaluan. Kalau terus di diamkan bisa-bisa semakin ngelunjak. “Apa? Gue perempuan nggak benar? Hahaha kalian lucu ya? Coba kalian ngaca dulu sebelum menghina gue.” Alana berbicara setenang mungkin seraya menatap mereka satu persatu. “Kalian pikir gue nggak tahu. Kalo kalian sering godain Pak Arion tapi nggak pernah berhasil kan?” "Jangankan tergoda noleh pun nggak!” Sambung Alana, dia menyeringai sinis. Wajah mereka terlihat memerah menahan amarahnya. “Kurang ajar, berani-beraninya lo," ujar Luna seraya mengangkat tangannya bersiap melayangkan tamparan ke arah Alana. Tapi belum sempat tangannya mengenai wajahnya tiba-tiba sebuah tangan berhasil menahan tangan Luna. Alana yang melihat itu segera berbalik menatap tangan yang menahan tangan Luna. Dan betapa terkejutnya ska saat mengetahui siapa yang menolongnya. Ya benar, Orang itu Arion. Arion menatap tajam Luna. “Apa yang mau kamu lakuin?!” ujar Arion dingin seraya menghempaskan tangan Luna hingga membuat tubuh luna seketika mundur beberapa langkah. Mereka semua terlihat panik terutama luna wajahnya pucat pasi. Sedangkan Alana terdiam memperhatikan mereka. “Anu Pak—” “Anu-anu apa? Kalian itu saya gaji buat kerja bukan buat sok berkuasa!” Murka Arion dengan sangat dingin. “Maafin saya Pak.” ujar luna beserta teman-temannya. “Saya nggak mau tahu mulai besok kalian harus berpakaian yang sopan kalo perlu pakai sarung aja sekalian. Ingat Ini kantor bukan klub!” ujar Arion tanpa perasaan. “cepat pergi sebelum saya pecat kalian!” Mendengar ancaman itu, luna dan teman-temannya segera bergegas pergi meninggalkan Alana dan Arion. Setelah luna pergi. Arion berbalik menatap Alana. Sedangkan Alana yang di tatap seperti itu jelas bingung. “Alana, Mana s**u saya?” tanya Arion seraya menyodorkan tangannya. Alana tergangga kaget. Sialan boss macam apa dia? Alana baru saja di labrak oleh mbak-mbak korban bucinnya. E—eh Arion dengan santainya menayakan keberadaan susunya. Wow Amazing dia tidak percaya ini! Ya tuhan kuatkanlah hati istrinya Sehun untuk menghadapi tingkah aneh Devil Arion.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD