Bab 2. Seperti di Negeri Dongeng

1082 Words
7 hari sebelumnya .... Elea diserahkan secara sukarela oleh orang tua angkatnya pada Mathias Xanders yang datang dengan membawa satu koper uang. "Terima kasih sudah menjaga Elea selama 15 Tahun ini, jangan cari dia, saya akan membawanya ke luar negeri," ucap Mathias pada Norma dan Hardy, orang tua angkat Elea yang telah membesarkan Elea selama 15 Tahun. "Terima kasih untuk imbalan yang sangat banyak ini, Tuan. Tapi kami pastikan, Elea akan jadi istri yang baik dan patuh untuk Anda! Kami menjaganya dari dunia luar, tak ada satu lelaki pun yang pernah menyentuhnya, dia murni untuk Anda," ucap Hardy dengan sikap segan padahal ia jauh lebih tua dari Mathias. "Itu benar, Tuan! Lihat lah dia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menawan. Belasan juragan di desa ini berlomba untuk melamarnya, tapi kami tetap menjaganya untuk Anda," ucap Norma tak kalah segan. Mathias melirik sekilas ke arah tirai pintu sebuah kamar di mana ia melihat Elea bersembunyi di baliknya. Elea terlihat takut tapi juga tak bisa menyembunyikan kekaguman atas ketampanan dan aura tak terbendung dari sosok lelaki misterius yang tiba-tiba datang menjemputnya itu. "Elea! Kemari lah! Temui tuan Mathias, beri salam hormat padanya!" panggil Hardy. Dengan langkah meragu, gadis bersambut hitam legam muncul dari balik tirai kamarnya. Ia hadir dengan kesan lugu yang natural tapi tatapan Mathias tetap sama, dingin dan tidak terbaca. "Lihat, Tuan! Bagaimana? Dia tidak kalah cantik dengan wanita dari perkotaan! Istri saya merawat rambut dan kulitnya agar tetap berkilau, kami juga mendidik dia agar menjadi perempuan yang sopan dan patuh," kata Hardy begitu bangga menunjukkan sosok Elea pada Mathias. "Tuan bisa memolesnya agar terlihat lebih menarik. Hanya saja, Elea tidak pernah kami belikan pakaian mahal, sehari hari ia hanya memakai pakaian sederhana seperti ini." Mathias menatap wajah Elea untuk pertama kalinya. Hanya fokus pada wajahnya dan ia sama sekali tak menunjukkan kesan apa pun. "Pstt, Elea! Beri salam pada Tuan Mathias," bisik Hardy dengan nada mendesak pada Elea yang masih berdiri kebingungan di sana. Elea sesekali curi-curi pandang pada Mathias dan binar matanya tak bisa berdusta kalau ia jatuh hati pada sosoknya yang menawan hanya saja ia menahan diri karena belum benar-benar mengenal sosoknya. "Pstt, Elea! Cepat beri salam!" tegur Norma kali ini. Elea pun maju dua langkah ke arah Mathias lalu membungkukkan tubuhnya tanda hormat pada Mathias. "Salam kenal, Tuan. Saya Elea Watson." Dengan suara gemetar ia memperkenalkan diri. "Kemasi barang-barangmu, Elea! Kamu akan ikut saya! Mulai sekarang, saya yang akan bertanggung jawab atas kamu!" ucap Mathias, ucapan yang membuat perasaan Elea semakin terlonjak naik. "Kami sudah mengemasi barang-barangnya. Akan segera kami taruh di bagasi mobil Anda, Tuan!" kata Hardy dengan sigap. Di satu sisi Elea penasaran dengan masa depannya bersama Mathias tapi di satu sisi hatinya juga merasa miris karena kedua orang tua angkatnya begitu semangat saat ia akan pergi. Apa lagi Elea tahu kalau mereka diberi uang yang sangat banyak oleh Mathias. Hardy segera membawakan tas besar milik Elea lalu ia taruh di mobil sedan mengkilap milik Mathias. Sementara itu, sebelum benar benar pergi, Norma sempat memberikan pesan untuk Elea. "Jangan salah paham dulu, Elea. Mendiang Ayahmu sendiri yang menyuruh kami untuk menjaga kamu lalu menyerahkan kamu pada tuan Mathias Xanders seperti sekarang ini. Ini semua sudah direncanakan sejak 15 Tahun lalu, sejak kamu ditinggalkan oleh Ayahmu." Elea tidak tahu harus bilang apa, tapi dia percaya jika memang itu adalah amanat terakhir mendiang Ayahnya. Elea meninggalkan rumah kecilnya di Pedesaan untuk ikut Mathias ke kota besar. Selama dalam perjalanan Mathias diam tidak banyak bicara. Pengawal Mathias yang bernama Arthur lah yang lebih banyak menjelaskan semuanya pada Elea yang masih diliputi rasa bingung dan rasa penasaran. "Kamu akan menikah pada akhir minggu ini, Nona. Bos Mathias sudah menyiapkan gaun dan pesta yang megah untukmu. Persiapkan diri sebaik-baiknya!" jelas Arthur. Imajinasi Elea melabur membayangkan sebuah pernikahan yang indah seperti di negeri dongeng dengan seorang pangeran tampan berusia matang yang telah menunggunya selama belasan Tahun. 'Benarkah pria ini adalah pria yang disiapkan untukku, Ayah? Dia sangat tampan, aku jatuh cinta pada pandangan pertama, walaupun aku belum benar benar tahu, apakah ia sebaik Ayah atau tidak?' batin Elea sambil tersenyum getir mengenang Almarhum Ayahnya yang meninggalkannya sejak ia berusia 6 Tahun. Perjalanan panjang berakhir di sebuah Mansion mewah di ujung Kota yang jauh dari desa tempat Elea tinggal. Elea sampai ternganga-nganga saat ia sampai di halaman luas Mansion yang serupa istana itu. Suasananya membuat ia serasa ada di negeri dongeng impian. "Silakan, Nona." Seseorang membukakan pintu mobil untuk Elea dan dengan lutut gemetar ia menurunkan kaki indahnya untuk pertama kali menginjakkan kaki di halaman istana barunya. "Ja-jadi saya akan tinggal di sini?" bisik Elea pada Arthur. "Ya," jawab Arthur dengan lugas. "Benarkah?" "Silakan ikuti langkah Bos Mathias." Mathias terlihat sudah mulai melangkah menuju ke dalam bangunan Mansion, Elea pun cepat-cepat mengikuti, mencoba menjaga jarak yang tidak terlalu jauh dari calon suaminya. Belasan pelayan berseragam rapi berdiri berderet rapi di sisi kanan kiri pelataran dan memberikan salam hormat pada Mathias, termasuk pada Elea. Elea malah terlihat bingung dan canggung, seumur hidup, baru kali ini dia dihormati dan disegani seperti ini. "H-hai, se-semuanya." Dan dengan polosnya, Elea menyapa para pelayan sambil melambaikan jemarinya ke sisi kanan kirinya. Para pelayan tersenyum pada sosok Elea yang terkesan polos dan ramah, mereka seperti tak menyangka kalau calon istri tuan mereka yang dikenal dingin dan arogan ternyata adalah sosok yang lugu dan ceria. "Silakan langsung ke kamar yang sudah disiapkan, Nona. Ada gaun yang harus segera Anda coba," sambut seorang pelayan dengan seragam yang berbeda, seorang wanita paruh baya yang sangat kaku. "Baik, Bu. Terima kasih banyak." Elea pergi ke kamar yang dimaksud dan ia sudah tak menemukan keberadaan Mathias lagi yang melangkah entah ke arah mana. Mansion itu memang sangat luas dan memiliki banyak lorong yang menghubungkan satu ruangan dengan ruangan lainnya. "Ini rumah apa hotel ya? Kamarnya banyak, pelayannya juga banyak," gumam Elea penuh kekaguman. "Silakan, Nona." Pelayan itu membukakan pintu sebuah kamar dan di sana lah Elea melihat sebuah gaun megah menyapu lantai terpasang pada sebuah manequeen cantik di tengah ruang kamar yang luas. "Itu gaun Anda, silakan dicoba," kata pelayan itu. Elea malah bengong, kakinya seakan terpaku di ambang pintu, ia tak mampu bernafas normal ketika melihat gaun impian itu akan segera jadi miliknya. "Indah sekali ...." Hanya saja, 7 hari kemudian, saat Elea resmi mengenakan gaun itu di hadapan para tamu pesta yang terbatas, begitu pestanya selesai ia malah terlempar ke sebuah ruang isolasi yang menjadi awal petualangan hidupnya yang baru. Elea terjebak dalam gejolak dendam seorang mafia kejam bernama Mathias Xanders.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD