bc

Tuan, Kamu Curang!

book_age18+
10
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
manipulative
powerful
CEO
billionairess
drama
comedy
bxg
city
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Andai Livy Kiandra tidak mabuk pada malam sialan itu, dirinya tidak akan mendapatkan ketidakberuntungan yang mengerikan seperti ini. Seharusnya dia menolak ajakan rekan kerja gilanya. Lebih memilih berdiam diri di unit mini miliknya dengan menonton drama dan mengemil hingga gendut. Ya, seharusnya dia begitu saja. Sehingga malam penuh kesalahan itu tidak terjadi. Dan dia tidak terlibat dengan si licik tampan yang mematikan para wanita dengan pesonanya. Livy tidak akan berurusan dengan pria itu. Tidak pula termakan godaan dan juga cara-cara liciknya. Yang membuat hatinya tercuri dengan curangnya.

chap-preview
Free preview
Bab 1 — Kesalahan
Dentuman musik memenuhi ruangan dengan lampu warna-warni. Sekumpulan manusia asik menggoyangkan badan di lantai dansa. Mengikuti irama musik yang tengah diputar oleh Disk Jockey rupawan yang berada di atas panggung. Livy Kiandra menenggak minumannya yang kesekian. Wanita muda itu tertawa kecil menanggapi lelucon yang dilemparkan oleh rekan kerjanya. Matanya menyipit karena penglihatannya sedikit memburam. Kepalanya terasa pusing. Namun tidak ada kata ampun baginya untuk terus meminum cairan pahit itu. Ia kembali tergelak keras. Sampai-sampai tubuhnya terjengkang ke belakang. Bersandar dengan pasrah di sandaran sofa tempatnya berada. “Kalian harus melihatnya. Benjolan di antara kaki pria itu benar-benar mengerikan. Bagaimana bisa dia mempunyai belalai gajah sebesar itu?” Issabella menggeleng-gelengkan kepalanya ketika terus melanjutkan ceritanya, “Aku ngeri, makanya aku langsung kabur.” Revania menyahut, “Kau yang gila. Sudah lancang menggoda malah ditinggal kabur. Beruntung kau bisa lolos.” Tawa centil keluar dari mulut Issabella. Raut bangga tercetak jelas di wajahnya yang sudah memerah karena mabuk. Wanita itu sudah berada diambang batas. Namun masih saja mencoba bertahan dan terus meminum minumannya. “Dia yang bodoh. Terlalu sange sampai tidak menyadari aku kabur.” Setelah berkata itu, dirinya tertawa-tawa kecil lagi. Revania menggeleng, di antara ketiga wanita yang duduk di sofa pojok sisi kanan itu hanya dirinyalah yang masih waras. Sedangkan dua temannya sudah gila karena pengaruh alkohol. Menyesap Margarita miliknya pelan, Revania kembali membuka suaranya, “Memang tidak ada yang bisa menandingi kegilaanmu.” Issabella mengangkat tangan dan menunjukkan jempolnya pada Revania. Kedua mata Revania berotasi. Ia tak melanjutkan pembahasan itu karena tahu Issabella tidak akan berhenti. Karenanya dia memilih untuk menggulirkan pandangan ke arah Livy yang sudah benar-benar tepar di tempat. “Kalian sudah di atas batas. Ayo pulang.” Ajaknya sembari beranjak. Menarik tangan kedua temannya. Sayangnya dua teman Revania itu menampik tangannya. Mereka bergumam dengan suara yang menyebalkan. Revania berusaha untuk tidak emosi saat dirinya berkali-kali mendapatkan umpatan dan pukulan. Demi apapun, Revania bukanlah orang yang memiliki kesabaran yang baik. Merasa tidak bisa menangani dua makhluk sinting itu, Revania akhirnya angkat tangan. Dia memilih untuk menghubungi orang-orang yang menurutnya bisa mengurusi Livy dan Issabella. Ia tidak sanggup meladeni kegilaan mereka berdua lebih lama lagi. Tak sampai lima belas menit, salah satu orang yang dihubunginya datang. Ia dengan segera menjelaskan secara singkat dan meminta membopong salah satu dari mereka. “Pacarmu benar-benar tidak punya otak Zian..” ringis Revania ketika Issabella malah lebih tertarik menarik-menariknya daripada bergelayut manja di lengan sang kekasih, “cepat bawa dia pergi!” Zian memutar bola matanya. Dia sebenarnya masih bertengkar dengan Issabella. Namun melihat kondisi kekasihnya yang lebih gila dari saat waras membuatnya mau tak mau mengurusnya juga. “Cepat baikan, jika kalian bertengkar terus aku yang dirugikan.” Gerutu Revania lagi. Zian yang ikut merasa kesal karena disalah-salahkan terus akhirnya menyela juga, “Jangan banyak bicara. Cepat bantu aku membawa Issabella ke mobil!” ia sebenarnya bisa saja menggendong Issabella, namun Issabella saat ini lebih memilih memeluk Revania daripada dirinya. Sehingga dia tidak bisa meraih tubuh semampai Issabella karena pegangan wanita itu sangat kuat di tubuh Revania. Revania berdecak. Ia dengan enggan berusaha membawa Issabella untuk keluar. Menggeret wanita itu dengan sedikit paksaan. Tak lupa dia mengiringi langkah kakinya dengan umpatan pedas. Membuat Zian risih dan beberapa kali menegur. Dan adu mulut mereka pun tak terhindarkan. Setelah sukses memasukkan Issabella ke dalam mobil Zian. Revania segera kembali untuk mengurus Livy. Tinggal menunggu mengurus wanita itu dan dirinya akan bebas. Namun ketika dia sampai di sofa tempatnya berada semula, tubuh Revania mematung. Dengan mata mengerjap dia pun bertanya-tanya. Ke mana Livy pergi? -000- Rasanya sangat lelah. Sehingga Livy enggan untuk bangun dari kasur super empuk dan hangat itu. Kepalanya sangat pusing sampai Livy merasa perutnya di aduk. Ia ingin muntah, namun menggerakkan badannya saja Livy malas. Dengan ogah-ogahan dia mencoba bangkit. Matanya buram sehingga penglihatannya tidak jelas. Dengan hati-hati dirinya turun di ranjang. Berjalan menuju kamar mandi dan berjongkok di closet. Detik itu juga dia memuntahkan semua isi perutnya. Ia sedikit merasa lebih baik setelah itu. Seusai menekan tombol penyiram, Livy berdiri perlahan. Pandangannya pun berangsur membaik. Ia menyugar rambut panjangnya yang menutupi wajah, lalu mengedarkan pandangan. Wanita itu mematung saat tidak mengenali ruangan tersebut. Rasa pusing di kepalanya seolah terangkat. Dengan panik dia menatap ke sekeliling. Hingga pantulan tubuhnya terlihat di cermin toilet. Matanya langsung membulat dan dia berteriak nyaring. Bagaimana tidak berteriak. Saat ini tubuhnya polos. Alias tidak memakai apapun. Banyak ruam merah hampir di seluruh badannya. Dan yang paling parah, dia merasa lengket di antara kedua kakinya. Sial, kenapa dia tidak menyadarinya? Sesaat setelah ia berteriak. Dia merasakan kehadiran seseorang di belakang. Secara naluri Livy berbalik. Sesosok pria dengan tubuh yang bagus bersandar dan bersedekap di pintu kamar mandi. Menatapnya dengan mata kelam yang tenang. Sebelah alis pria itu terangkat dan terlihat sangat menyebalkan bagi Livy. Kedua mata Livy kembali membulat. Ia mundur dua langkah sebelum berbalik memunggungi pria itu. Wajahnya memerah. Apalagi dia tidak sengaja melihat belalai lentur yang menggantung di antara kaki pria itu. Bisa ia bayangkan apa yang terjadi di antara mereka melihat keadaannya saat ini meski Livy tidak ingat apapun. Ia merasa bodoh, t***l, dan ceroboh. Bisa-bisanya Livy tidur dengan pria asing. Merutuk dalam hati. Livy berjongkok dengan kepala yang menunduk. Tangannya bergerak memukuli kepalanya sendiri. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Malu pun sudah kepalang tanggung. Suasana di ruang itu sungguh sangat canggung. “Mau sampai kapan kau di situ, aku ingin membersihkan diri.” Suara bass pria itu masuk ke telinga Livy. Dengan raut yang tidak bisa diartikan dia menoleh melihat pria yang ternyata lumayan tampan itu. Ralat, sangat tampan. Diam-diam Livy bersyukur jika dirinya tidak mantap-mantap dengan pria tua c***l yang m***m. “Keluar dulu, aku mau membersihkan diri.” Livy berujar ketus. Sebisa mungkin memberi kesan yang menyebalkan. Ia tak mau dianggap sebagai perempuan genit. Pria itu masih bergeming di tempatnya. Sama sekali tidak beranjak sedikit pun meski Livy sudah memintanya untuk pergi. Dia malah asik menatap perempuan yang menghabiskan cinta satu malam dengannya. Cinta satu malam? Cih, baginya itu hanya sekedar hubungan s*x biasa. “Tidak usah malu, aku sudah melihat semuanya.” Ujar pria itu lagi. Melihat wanita bermanik bening yang berperilaku menggelikan baginya itu membuatnya muak. Bersikap malu-malu tapi kalau diajak lagi juga mau. Atau malah akan menempel terus dengannya seperti yang sudah-sudah. Yah, selain wajah dan tubuhnya yang bagus, keperkasaannya memang selalu membuat wanita bertekuk lutut. Livy kesal. Tentu saja. Apalagi mendengar kalimat ringan yang keluar dari mulut si b******k ini. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu meskipun kenyataannya memang begitu. Urat malu Livy belumlah putus! Saat ia hendak menyahut dengan ucapan pedas, dering ponselnya terdengar dari luar. Livy segera bangkit dan berlari keluar. Dia bahkan dengan sengaja menabrak tubuh pria sinting itu. Membuat pria tersebut bergeser ke belakang. “Halo?” “Kau di mana?” Livy terdiam sejenak untuk berpikir, “Di rumah teman.” Jawabnya lirih. “Kau menginap di rumah Issabella?” “Hm. Ada apa?” Terdengar suara rusuh dari seberang telepon dan masih di dengar oleh Livy, “Aku sulit menjelaskannya. Yang jelas kau harus pulang sekarang.” “Ada masalah?” Suara rusuh yang diselingi umpatan-umpatan kembali terdengar. Kali ini lebih keras. Bahkan Livy sampai menjauhkan ponselnya dari telinga. “Kau mendengarnya, cepat pulang sebelum unit kita rubuh.” Mata Livy kembali membulat, ia menyadari suatu hal yang tidak beres yang terjadi di sana. Dengan segera dia memunguti pakaian-pakaiannya yang berserakan. “Si bodoh itu berulah lagi?” Ia bertanya dengan nada tinggi. Tersimpan sedikit emosi yang coba ditahannya, “Tetap di dalam dan jangan buka pintu untuknya!” “Iya.” Bunyi debuman dan makian terdengar sangat jelas. Mengundang desisan amarah Livy, “Jangan banyak bicara dan cepat pulang Livy. Aku takut.” “Fuck.” Umpat Livy penuh tekanan setelah sambungan telepon itu berhenti. Ia pun melempar pelan ponselnya di ranjang. Kemudian memakai pakaiannya cepat. Tak peduli rapi atau tidak, wanita itu lekas menyahut tasnya dan melenggang pergi. Melupakan ponselnya yang berada di kasur. Pria yang sedari tadi diam memperhatikan Livy berjalan menuju kasur. Menyahut ponsel yang ditinggalkan wanita itu. Mendengus pelan ketika tahu jika ponsel wanita itu merk biasa saja. Ketika dia mencoba membuka, pintu kamar yang sebelumnya tertutup kembali terbuka. Ia yang terkejut menatap tajam orang yang lancang masuk tanpa mengetuk. Bagaimanapun keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk bertemu orang lain. Beruntung orang yang masuk ke kamar itu adalah pemilik ponsel. “Dasar tidak sopan!” kata Livy dengan wajah sinis seraya menyahut ponselnya dari tangan pria tampan itu. Setelahnya ia kembali berjalan keluar dan membanting pintu. Membuat pria yang masih berada di dalam kamar kembali mendengus geli.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook