bc

Dalam Kegelapan dan Cahaya, Aku Mencintaimu

book_age16+
1
FOLLOW
1K
READ
dark
HE
brave
drama
bxg
campus
enimies to lovers
musclebear
ancient
like
intro-logo
Blurb

"Liang Ning, seorang Iblis dilarang untuk mencintai manusia. Aku sudah melanggar perjanjian antara kaumku dan kaummu. Aku tidak mungkin melanggar satu larangan lagi untuk sesuatu yang kau sebut cinta." ucapnya dengan tenang, namun sorot matanya sendu. Liang Ning yang merasakan emosi Asta dalam dirinya tidak akan menyerah begitu saja. "Aku tahu. Namun kau tidak bisa menipuku, Asta. Kau sudah lama tinggal dalam tubuhku. Jiwaku dan jiwamu adalah satu. Apa yang kau rasakan, aku juga merasakannya. Kau tidak bisa membohongi diri sendiri, Asta. Kau mencintai Zhao Wei, begitupula aku. Aku tidak keberatan hidup seperti ini selamanya. Kau temanku, dan aku menolak untuk kehilanganmu." tegas Liang Ning. "Tapi aku tidak bisa membahayakan mu. untuk pertama kalinya dalam keberadaanku, aku memiliki seorang teman. Kau mengajarkanku memahami setiap emosi yang aku dapatkan di dunia ini. Dan hanya kau satu-satunya yang tidak ingin kutemui di Neraka. aku peduli padamu Liang Ning. Pikirkanlah Zhao Wei. Dia lebih baik hidup denganmu. Jika itu kamu, aku tidak akan menyesal untuk meninggalkanmu." Air mata berlinang di kedua mata Liang Ning. Tidak pernah menyangka bahwa perpisahan ini sangat menyakitkan. Jika perpisahan ini terjadi beberapa bulan yang lalu, mungkin Liang Ning akan bahagia. Tapi perpisahan ini terjadi setelah ia mengenal dan memahami Asta. Dia membenci perpisahan ini. "Jangan bersedih, Liang Ning. Aku akan selalu mengawasi mu dari Neraka. Meskipun begitu, aku tidak ingin bertemu denganmu di sana. berjanjilah bahwa kau tidak akan pergi ke Neraka setelah kematian mu. Hanya itu yang kuinginkan darimu." Dalam satu tarikan nafas, Asta mengerahkan kekuatannya untuk menghancurkan dirinya sendiri. Mengabaikan teriakan kesakitan dan kepiluan Liang Ning dalam pikirannya. Untuk pertama kalinya, Asta tidak menyesal untuk mengakhiri keberadaannya.

chap-preview
Free preview
Melanggar Perjanjian
Di dalam kegelapan neraka, suara jeritan dan tawa kejam iblis lainnya bergema, tetapi Asta, iblis dengan reputasi menakutkan, merasakan kebosanan yang menyengat. Dia merenung di tengah lautan kegelapan yang dipenuhi dengan api dan asap, matanya yang cerah mengamati kekacauan di sekelilingnya. Berbeda dengan iblis lainnya yang merayakan kekuasaan dan kekejaman, Asta merasa terasing. “Aku bosan dengan ini,” gumamnya, suaranya teredam oleh raungan di sekitarnya. “Dunia manusia pasti lebih menarik.” Dengan tekad yang baru, Asta melangkah maju, melanggar perjanjian yang telah lama mengikat antara dunia manusia dan dunia iblis. Dia tahu konsekuensi dari tindakannya, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan ketakutan akan hukuman. Dalam sekejap, dia merobek tirai yang memisahkan kedua dunia, dan cahaya menyilaukan menyambutnya saat dia melompat ke dunia manusia. Begitu tiba di dunia manusia, Asta mendapati dirinya di tengah hutan yang lebat, tidak jauh dari sebuah desa kecil. Namun, suasana damai itu segera terganggu oleh suara gemuruh yang menakutkan dari sebuah ritual. Dia mengikuti suara itu dan menemukan sekelompok orang yang mengenakan jubah gelap dan topeng yang menutupi wajah mereka tengah berkumpul di sekitar altar. Di tengah lingkaran persembahan, Liang Ning, seorang gadis muda, terikat dan tampak ketakutan. Sebuah altar kuno berdiri di depannya, dikelilingi oleh api dan simbol-simbol gelap. Para anggota sekte, dengan wajah tertutup, mengucapkan mantra-mantra jahat, bersiap untuk mengorbankan Liang Ning sebagai persembahan kepada makhluk gelap. Liang Ning merasa putus asa. Tubuhnya yang penuh luka akibat penyiksaan membuatnya tak bisa melawan dan melarikan diri. Dalam kepanikan, pikirannya melayang mencari harapan, ia melarikan pandangannya ke sekeliling hutan lebat. Diantara pepohonan itu, Liang Ning melihat sebuah siluet seseorang yang berdiri sedikit jauh dari tempatnya. Dia ingin berteriak meminta tolong pada orang tersebut, namun suaranya tak mampu keluar dan hanya ringisan pelan akibat luka di sekitar bibirnya. Liang Ning menangis dalam diam. “Tolong aku.” Pikirnya saat itu. “Siapapun kamu, tolong aku.” Dan saat itu Asta merasakan panggilan dari dalam dirinya. “Dia... dia memohon bantuan padaku?” pikir Asta, terkesan dengan keberanian gadis yang tidak memilih untuk memohon kepada Tuhan, melainkan kepada Iblis sepertinya. Suara Liang Ning, lembut dan penuh harap, menembus kegelapan hatinya. “Bantu... tolong aku!” serunya, suaranya bergetar, penuh ketidakberdayaan namun tetap berani. Asta merasa terpesona oleh keberanian gadis itu, yang justru mengingatkannya akan semua yang hilang. “Menarik sekali,” gumam Asta, keinginannya untuk menjawab panggilan itu lebih kuat daripada rasa takut akan konsekuensi. Tepat ketika Liang Ning mulai kehilangan kesadarannya, Asta membuat keputusan. Dengan kekuatan yang baru ditemukan, dia menyatu dengan tubuh gadis tersebut, mengambil alih kendali dalam sekejap. “Kau tidak akan mengambilnya!” serunya, kekuatan iblis mengalir di sekelilingnya, siap untuk melawan para anggota sekte yang terkejut. Dengan kekuatan yang baru ditemukan, Asta merasakan aliran energi iblis mengalir dalam tubuh Liang Ning. Dia menggerakkan tangan gadis itu, dan dalam sekejap, kekuatan yang dahsyat mengelilinginya, membara dengan niat untuk membalas dendam. Semua ketidakberdayaan yang dirasakannya sebelumnya kini lenyap, digantikan oleh tekad untuk melawan. “Bersiaplah!” Asta mengaum dengan suara yang menggetarkan, dan tubuh Liang Ning melesat ke depan. Dengan gerakan cepat, dia merobek simbol-simbol gelap yang terlukis di altar. Setiap simbol yang hancur memancarkan cahaya terang, membuat para anggota sekte terkejut. “Tidak! Apa yang sedang terjadi?” teriak salah satu anggota sekte, panik melihat altar yang mulai bergetar. Asta tersenyum sinis. “Kau mengira bisa mempersembahkan jiwa yang tak bersalah kepada makhluk gelap? Saatnya untuk kalian membayar harga atas tindakan bodoh ini!” Dengan gerakan cepat, Asta menghancurkan persembahan lain yang terletak di altar—buah-buahan yang penuh racun dan darah hewan yang telah dikorbankan. Setiap kali benda itu hancur, suara gemuruh terdengar seakan neraka merespon kehadiran Asta. Dia berbalik, melihat sekelompok anggota sekte yang masih berusaha mengumpulkan keberanian untuk menyerang. Dengan senyum penuh tantangan, Asta mengangkat tangan Liang Ning. Cahaya hitam berkumpul di telapak tangannya, membentuk bola energi berkilau. “Kalian benar-benar ingin melawan?” “Serang dia!” teriak pemimpin sekte, tetapi suaranya terdengar gemetar, ketakutan mulai menyelimuti mereka. Asta melepaskan bola energi itu, dan sekejap kemudian, bola itu meledak menjadi gelombang kegelapan yang menyapu semua anggota sekte. Teriakan panik mengisi udara saat mereka berusaha menghindar, tetapi tidak ada yang bisa lolos. Energi itu menerjang mereka, menghancurkan tubuh dan jiwa mereka dalam sekejap mata, meninggalkan bekas hangus di tanah. “Apa kau tidak melihat? Ini adalah akhir dari ritual kalian!” Asta mengaum, suara iblis yang menggetarkan tanah di sekitarnya. Setelah menghancurkan semua musuhnya, Asta berpaling ke altar yang kini hancur berantakan. Tubuh Liang Ning yang lemah, kini dikuasai oleh kekuatan Asta, berdiri di tengah kekacauan. Dia merasakan beban dari tindakan brutal yang baru saja dilakukannya, tetapi tidak ada penyesalan. Yang ada hanya rasa puas dan semangat baru untuk melawan kegelapan yang lebih besar. “Sekarang, kita perlu keluar dari sini,” Asta berkata, menatap Liang Ning yang masih tersisa dalam bayang-bayangnya. “Kau dan aku... kita akan menghentikan mereka yang mengincar kita.” Belum sempat ia pergi, Asta mendapat pukulan telak dari kekuatannya sendiri yang tiba-tiba saja menghilang dan menyisakan tubuh lemah Liang Ning yang ia tempati. Asta tersentak dengan hilangnya kekuatannya sendiri dan tak mampu melawan kejatuhannya sendiri. Ia terkulai tak berdaya dengan tubuh Liang Ning yang lemah dan perlahan-lahan kehilangan kesadarannya. *** “Jenderal Zhao, kami semakin dekat dengan kekuatan jahat itu!” Zhao Wei melajukan kudanya semakin cepat untuk mencapai tujuan mereka. Hati dan pikirannya bergetar dalam kecemasan. Setiap detak kuda menggema di telinganya, mengingatkan pada tanggung jawab yang mengintai. Ketika ia tengah bermeditasi di perkemahannya, ia merasakan sebuah kekuatan besar dan jahat yang sangat dekat dengan mereka. Ini bukan sekadar ancaman, tetapi presensi yang mengusik setiap serat ketakutan. Mengingat tugasnya dalam penyelidikan khusus untuk mengungkap sebuah sekte gelap, kekuatan jahat itu mengikatnya dalam rasa urgensi, mendorongnya untuk bertindak cepat. Ia membawa Jin Fan pergi ke tempat dimana kekuatan jahat itu terdeteksi. Saat tiba-tiba ia kehilangan kekuatan jahat itu, Zhao Wei melompat dari kudanya dan melayang tinggi ke pepohonan. Menggunakan dahan-dahan pohon sebagai pijakannya guna mendorongnya untuk lebih cepat sampai, Zhao Wei menemukan sebuah lahan terbuka dengan jasad-jasad yang tersebar. Ketika akhirnya ia mendarat di lahan terbuka itu, pemandangan dihadapannya membuatnya mengernyit. Para jasad yang ia lihat pastilah anggota dari sekte gelap, namun bukan sekte yang ia incar. Ditambah lagi mereka semua mati dalam mengenaskan dan altar serta lingkaran persembahan yang hancur total. Zhao Wei belum pernah mendengar sebuat ritual gelap yang hancur total seperti ini. “Jenderal Zhao, tidak ada seorangpun di sekitar sini. Saya tidak menemukan satupun jejak seorang yang melarikan diri” kata Jin Fan yang sudah menyusul Zhao Wei. “Itu berarti, mereka semua terbunuh dalam ritual yang mereka lakukan.” Ucap Zhao Wei. Hal itu semakin membuat Zhao Wei curiga dan waspada. Namun, saat matanya beralih, ia melihat pergerakan kecil dari seseorang yang berada di tengah lingkaran persembahan. Dengan hati-hati Zhao Wei mendekatinya. Ia menopang tubuh gadis tersebut dan mengamati wajahnya lekat. Ia mengetahui bahwa gadis ini adalah Putri Penasehat Liang, Liang Ning. “Nona Liang?! Bagaimana ia bisa berada di tengah kekacauan ini?” seru Jin Fan penuh tanya. Zhao Wei sudah mendengar beritanya bahwa Nona sulung keluarga Liang telah di culik. Liang Zhen, kepala keluarga Liang telah mengutus beberapa regu pencari untuk menemukan putrinya. Tak ia sangka bahwa ia akan menemukannya di sini. Kekuatan jahat yang terdeteksi mungkin menyebabkan semua ini. “Jin Fan, bersihkan tempat ini dan bawa mayat-mayat itu untuk diidentifikasi. Aku akan membawa Nona Liang ke perkemahan.” “Baik Jenderal.” Jin Fan membunyikan peluit untuk memanggil prajurit lainnya. Zhao Wei menggendong Liang Nin yang lemah dan tak sadarkan diri untuk di bawa ke perkemahan. Dalam pelukannya, ia merasakan pertempuran antara hati dan pikirannya. Ia tidak bisa untuk tidak mencurigai keberadaan Liang Ning dalam kekacauan tersebut. Untuk apa gadis itu ada di sana? Mengapa sekte ini menculik Liang Ning? Apa keterlibatan Lian Ning dalam ritual tersebut? Namun hatinya seolah memaksanya untuk mengesampingkan pikiran-pikiran tersebut dan lebih mengutamakan keselamatan Liang Ning terlebih dahulu. Mungkin sebaiknya, ia menunggu Liang Ning sadar untuk menanyakan pertanyaan dalam pikirannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rebirth of The Queen

read
3.7K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.1K
bc

Rise from the Darkness

read
8.3K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.6K
bc

TERNODA

read
198.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook