“Maaf, Sayang. Maafin saya. Saya yang harusnya bangun lebih awal, saya yang harusnya lebih peka. Saya seharusnya lebih siaga dan bantu kamu jaga mereka, saya seharusnya nggak biarin kamu kayak gini dan merasa capek sendiri.” Alvar menatap sendu Aroha di sisinya yang mencoba memberikan pengobatan pada Dewa masih dengan tangisnya. Wanita itu, kini semakin merasa bersalah, juga semakin dipenuhi dengan perasaan yang bercampur aduk. Tidak becus, tidak peka, tidak tanggap, tidak sigap. Menyalahkan anak-anaknya dan mengeluarkan berbagai macam keluhan sejak tadi, tanpa sadar bahwa yang anak-anaknya butuhkan adalah solusi, bukan kata-kata memohon ataupun isak tangisnya. Bagaimana ini? Bagaimana dengan Aroha? Wanita itu rasanya tidak siap, Aroha belum siap menjadi orang tua, merasa tidak mampu da

