* * *
Pada suatu sore malam yang cerah, Alana pergi dengan Omar kali ini dia pergi ke mall karena 'kenapa engga' adalah jawaban yang kompak untuk mereka malas menanggapi suatu pertanyaan.
"kamu mau aku ceritakan sesuatu?" ucap Omar pada suatu ketika di dalam sebuah bioskop yang sudah dimatikan lampunya.
"kan kita mau nonton, Omar. jangan ngobrol! berisik!" bisik Alana
"yaudah aku kasih suratnya aja" jawab Omar dengan suara berbisik tapi terdengar sampai 4 krusi di sebelahnya.
"surat apaan?"
"ya nanti kamu baca, tapi bacanya setelah aku ceritain" jawab Omar masih berbisik
"mana?" Alana yang lama lama penasaran juga, akhirnya menanyakan surat itu.
"ini" Omar merogoh kantongnya, mengambil dompet kulit dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya.
"apa ini?"
"surat yang kuceritakan tadi" jawab Omar
"emang kamu udah cerita?" tanya Alana
"o iya belum jadi"
"mau aku simpen apa aku baca sekarang juga?" tanya Alana memberikan pilihan
"terserah kamu. .." Omar masih berbisik hingga menimbulkan rasa tidak nyaman kursi sebelahnya
'mas, bisa diem ga? ini bioskop bukan pasar" ucap tante - tante yang merasa terganggu dengan obrolan Omar dan Alana yang 'bisik-bisik'
"baik, tante. kami diam"
* * *
Lampu bioskop sudah dinyalakan, orang-orang sudah beranjak dari kursinya. Alana sudah tidak sabar ingin membaca dan mendengarkan kejutan apa yang ia temukan di surat itu. surat yang entah memakai konsep apa.
Tapi cukup membuat Alana merasa sangat penasaran setengah mati karenanya.
"jadi, mau mulai kapan?" Alana menagih janji ketika sedang bergandengan tangan menuruni eskalator.
"kan udah selesai?" jawab Omar
"apanya?"
"filmnya"
"aku ga tanya film, Omar"
"aku mau cerita deh, Al. kamu siap dengerin?" Omar berkata-kata seolah olah tidak mengindahkan pertanyaan Alana.
Alana hanya diam saja mendengarkan apa yang akan diceritakan Omar.
"sog, dimulai kang" ucap Alana setelah sepersekian menit terpaku heran
"ini kisah tentang si Mawar dan si Hitam yang dulu menjalin cinta."
"terus-terus?" desak Alana penasaran
"baik, aku mulai ya, pokoknya ada Mawar dan ada laki-laki yang disebut si Hitam oleh Mawar. begini ceritanya:"
"ehmmm" Omar berdehem menyiapkan diri dan tenggorokannya untuk membuka cerita itu.
Alana siap menunggu
Omar masih butuh untuk menghela napas panjang.
"jadi, ..." Omar mengawali dengan sangat pelan membuat Alana semakin kesal karenanya.
"oke, begini mulanya, ..." Omar mulai serius
* * *
Pernah suatu ketika Mawar jatuh cinta sejatuh-jatuhnya lalu tiba-tiba hilang rasa, hambar, pudar lalu ia tinggal begitu saja. Perasaannya? Entahlah. Kala itu ia masih usia 17 an…egonya terlalu dini untuk berkeputusan dewasa.
Penggalan kisah cinta picisan sekuntum mawar yang lemah untuk bertahan namun tak sanggup melanjut panjangnya perjuangan.
Tapi yang namanya bekas luka, sulit hilang bukan?
Mawar si gadis polos yang selalu dihantui rasa bersalah. Terhadap diri sendiri, kenangan dan sang mantan yang ‘entah dimana’.
"coba gih baca isi suratnya!" Omar menunjuk kertas yang dipegang Alana, surat yang Omar maksud.
Nomor : Sekian
Lampiran :-
Perihal :Klarifikasi dan Permintaan Maaf
Kepada Yang terkenang
Karim di masalaluku
Sehubungan dengan kabar bahagia yang ku dengar dari sahabatmu, si Alan. Izinkan aku memaparkan beberapa pengakuan yang selama ini hanya kau kira-kira saja.
Betapa sakit hatimu atau seberapa buruk aku di matamu…aku tidak tahu takarannya.. baiknya mungkin tidak perlu tahu.
Tam, si Hitam begitu ku memanggilmu dengan segenap sayangku,dulu…entah berapa ribu kali nama itu kusebut ketika ku butuh pun saat ku panjatkan doa.
Tam, aku ingat kata guru ngajiku dulu dan kini juga ku terapkan pada anak didikku (semoga aku tidak menyesatkan mereka).. ‘kamu harus terbiasa membaca lafadz- lafadz jalalah dengan suara, agar matamu terbiasa membaca,lidahmu terbiasa mengucap,telingamu terbiasa mendengar apa yang kau ucap, maka mau tidak mau otakmu pun harus memikirkan apa yang dilakukan oleh mata, lidah dan telingamu sehingga lafadz2 itu melekat dalam segenap inderamu’ begitu katanya
Tam…
Tanpa sengaja, kuterapkan pula pada kata ‘Tam’ ..
Kau tahu itu,Tam
Nama ‘Tam’ sudah melekat pada segenap inderaku…
Tapi bukan ini inti yang ingin kusampaikan, Tam.
Tam…
Kamu ingat tahun pertama kita bertemu, aku lupa persisnya
Yang ku ingat hanya bagian-bagian yang tak ingin ku lupa saja
Tam….apakabar kaos biru doraemon itu? Aku benci sekali ketika dengan bangganya kamu memakainya, ‘gemas’ katamu.
Oiya…si Rela apakabar? Masih sering mogok tidak? Pacarmu, sering kamu ajak dorong juga tidak? Dulu… kita sering , aku lebih tepatnya menjadi korban, tapi aku menikmatinya…sungguh. Aku menulis ini dengan tak berhenti nyengir..
Tam,,,,,,,,,,,,,
Aku salah ya?
Aku bahkan tidak tahu apakah kamu masih sudi membaca surat ini…
Aku juga tidak memintamu untuk memaafkan
Aku hanya ingin menjelaskan,Tam
Tam…
Selalu ku ingat tentang kisah picisan kita.
Setiap menelusuri kota yang ku kenal sejak 7 tahun silam. Tersirat kenangan disetiap sudut jalan dari persimpangan hingga ujung timur kota. Masih ku ingat saat-saat kita berburu takjil untuk berbuka,masih aku ingat ada lubang di pojok kanan warung makan langganan kita,tentu saja aku ingat,kamu pernah terperosok disana dan tanpa menyesal aku menganggap itu hiburan yang menyenangkan,maafkan aku Tam, aku masih bahagia mengingat aibmu.
Masih aku ingat air mancur di taman kota yang kamu mencoba berpose didepannya. Toilet gajah yang aku tidak pernah berani masuk, masjid Taqwa yang sekarang jadi spot foto anak-anak Hits yang katanya kekinian. Ah..kau tau aku Tam..aku masih secupu dahulu.
Jalanan ini masih sama,Tam. Masih sama seperti 3 tahun lalu, hanya saja caffe dan butik bertebaran di kanan kiri jalan. Sungguh itu menjadi godaan berat bagi perempuan sepertiku, tapi bukan itu inti yang ingin aku ceritakan. Sepanjang sore tadi aku melintasi kota kecil yang besar cerita ini,warnet-warnet yang dulu sering kita gunakan tempat nongkrong kini menjelma menjadi rumah makan dan toko busana. Ah tapi tetap saja kenangannya masih tertinggal.
Senja menjelang,lalu lintas semakin sepi aku masih terpaku di jalanan kampus kita dulu,menanti jemputan yang sebentarnya molor seperti karet memanjang menahun. Ku lihat langit semakin menguning,dan ingatanku kembali menggiringku pada kenangan tentangmu.
Cara bicaramu padaku masihkah selembut dulu? Apa kau masih sesabar dahulu? Apa kau masih selucu dahulu?dan se menyebal kan dahulu? Lalu ku penasaran bagaimana kamu memperlakukan wanitamu sekarang?
Lampu-lampu jalan mulai menderang,aspal hitam,selokan,sampah dan suara nyaring tukang kue putu,bahkan suara angin menyapu debu jalanan semua menjelma menjadi kata puitis yang kuibaratkan lagu romantis menostalgia perasaan rindu mendramatis.
Tam….
Bacalah,aku tidak menyuruhmu mendengar ceritaku, aku sungkan untuk bicara denganmu,Tam.
Mungkin ketika bertemu aku tak berani menatapmu.
Terlalu malu,terlalu salah, terlalu rindu atau terlalu takut kalo tiba-tiba aku ingin memelukmu
Tam….mataku berkaca-kaca LLL
Tam, kamu pernah tidak bertanya pada Tuhan..
Kenapa Ia menumbuhkan rasa cinta tanpa diiringi dengan takdir mempersatukannya?
Kenapa ia tidak mencintakan hati makhluk-Nya hanya pada jodohnya saja?
Beberapa kasus ku dengar dari ghibahan ku bersama ibu-ibu rekanku mengajar.
Aku mendengar,mencerna,mengamati dan menyimpulkan sendiri…
tidak tidak…
Aku membuat ribuan daftar pertanyaan yang kucoba raba sendiri jawabannya tentu saja melalui kasus2 yang selalu jadi bahan ghibah kami.
Ada dari mereka yang masih bertahan banting tulang mencari nafkah untuk keluarga sedang suaminya hanya duduk di teras minta dilayani dengan jatah rokok dan kopi setiap pagi,demi gelar istri sholilhah, katanya..
Ada yang tiap hari berantem di depan anak tapi menolak cerai, sayang anak, katanya….
Ada suami yang banting tulang siang malam demi skincare istri, eh istrinya selingkuh dengan tetangganya,eh lagi., suami memaafkan, maklum katanya
Tapi Tam….demi apa apa yang belum ku mengerti…sejauh ku memahami aku belum sampai pada pemahamanku mengapa mereka begitu kuat mempertahankan apa yang sudah hancur
Mereka bertahan dalam keadaan super menyebalkan itu, aneh bukan???
Ada pula yang sudah menikah, kadang masih bisa berselingkuh,Tam
Bukankah selingkuh itu penghianatan paling jahat ,Tam?
Bahkan,Tuhan yang maha pengampun pun yang mengampuni seluruh dosa makhluk-Nya Ia tidak akan mengampuni dosa orang yang telah menyekutukannya kan?
Mirisnya setelah bercerai ada yang menikah dengan mantan kekasihnya dahulu lalu mereka hidup bahagia. Begitulah Jodoh, katanya
Jika begini Tam, siapa yang bisa disalahkan?
Jodoh itu misteri ya Tam…
Kamu sudah menemukan misterimu dan menjadikan ia isterimu… semoga kau bahagia,Tam
Tam…misteri itu belum kupecahkan…
Kok jadi panjang gini?he
Maafkan aku Tam, aku tak ingin menyesalinya,memang sudah jalannya
Kamu tidak salah, tidak pernah salah
Kamu tidak kurang bahkan lengkap
Tam…
Aku yang salah Tam..
Apa itu membuatmu luka?(bodoh sekali pertanyaanku)
Tam,,,seluka apa?
Si Hitam sayang...hampir setiap malam di 4 tahun ini kita selalu mengenang hari- hari yang sama. Kota kecil ini,saksi bisu keremajaan kita dan aku tumbuh dewasa melewati gang-gang kecil kota ini.
Tam,begitulah dan hanya itu
Dulu aku begitu naïf
Mendiamkanmu tanpa sebab…
Begitu pula ku akhiri hubunganku dengan (yang kukira) penggantimu, nyatanya ternyata hanya kamu yang selalu kukenang.
Aku begini Tam,
Tam…sudah bacakah kamu kisah Qais dan Layla?
Dua remaja yang dilanda cinta namun terhalang restu, hingga akhirnya mereka saling memendam rasa hingga akhir hayatnya
Mereka yang masih remaja dan hanya pasrah ketika cinta menyerangnya…
Tam… ketika kita diserang oleh rasa bernama “cinta” kita tidak akan berdaya melawannya..
Begitulah kisah mereka Tam..mereka terlalu remaja untuk harus menahan beban cinta itu Tam, ..bedanya Tam…Qais berani memaklumatkan perasaannya di khalayak ramai bahkan seluruh dunia tahu dia sudah dibuat gila oleh cintanya terhadap Layla..dia benar-benar gila Tam, seluruh dunia menyalahkan Layla yang dianggap tidak punya hati dan menyalahkannya atas kegilaan Qais putra mahkota kebanggaan sukunya yang berubah menjadi gila bahkan Qais tidak mengenali dirinya,karena apa yang ada dipikirannya hanyalah Layla ,Layla dan Layla..sedangkan Layla hanya bisa memendam dalam hati tanpa berani mengungkapkan perasaannya bahkan pada dinding kamarnya pun ia merahasiakannya.Layla punya perasaan yang sama lukanya,Tam. Dan ia memendamnya sendiri tanpa pelampiasan….
Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, Tam? Qais si Gila atau Layla gadis yang malang.
Kuharap kamu paham arahku…
Maaf telah membuatmu luka.
Tam…selamat berbahagia dengannya
Kenangan, 05 Desember 2020
Yang tersalah
Mawar
Alana membaca surat yang diberikan Omar. Ia tidak berkomentar apa-apa tapi Alana membayangkan betapa sakitnya rasa masih cinta yang terhalang kondisi.
Betapa menyebalkannya cinta itu. "Apakah cinta juga akan menyebalkan untuk semua orang?" bisik Alana lirih pada dirinya sendiri.
Tidak ada Mawar, tidak ada si Hitam. Mereka dan suratnya adalah wujud dari imaginasi Omar yang dikhayalkan dalam surat orang lain.
* * *
Bersambung