* * *
“Ma, sudah OK belum?” Alana berulang kali memastikan bahwa tampilannya tidak memalukan. Hari ini ia memang terlihat sangat gugup mengingat selama enam bulan ini Alana menghabiskan waktu dan pikirannya untuk hari ini. Iya, hari ini adalah hari di mana pagelaran fashion dilaksanakan.
“oke, kok” Mama Shinta melihat Alana dari atas ke bawah untuk memastikan tidak ada detil yang tertinggal
“ma, aku nerveus banget, ni” ucap Alana memegang tangan Mama Shinta
“it’s OK Alana. semua akan berjalan lancar, kamu hanya perlu fokus dan melepaskan bebanmu” Mama Shinta menasihati Alana yang cemas
“baik, ma” sahut Alana lirih dan ragu
* * *
Jangan lupa nanti jam 10 datang ke acara sebagai tamu spesial aku, ya. Alana mengirimkan pesan dan emot hati berwarna putih.
Omar membaca pesan singkat hanya dari notif mengambang layar ponselnya di dalam sebuah ruangan gelap yang bahkan sinar mentari tidak menemukan celah untuk memberi kabar bahwa matahari sudah memasuki waktu dhuha.
“Aku harus bersikap praktis, mempelajari semua kemungkinan yang ada, menerima apapun yang memang disajikan untuk cerita hidupku; menyadari bahwa dalam hidup terkadang melepaskan dan membebaskan itu lebih baik daripada harus menggenggam kebebasan dan kebahagiaan. Bagaimanapun kehidupan harus tetap berjalan. Aku bukan laki-laki pertama maupun terakhir yang patah hati” Omar menyangga kepala dan memijat mijat rambutnya berusaha untuk menguatkan diri.
“tapi haruskah kesadaran ini terjadi pada suatu hari cerah? Ketika seseorang yang sangat aku cinta sedang di jalan tersenyum riang dan burung-burung berkicauan. Ketika tanda-tanda pertama musim semi di wajah ayunya mulai menampakkan diri, matahari bersinar, langit sangat biru, dan para pengemudi menghentikan kendaraannya di penyeberangan jalan. Memberi waktu beberapa detik untuk pejalan kaki yang waspada kanan kiri.” Omar membuka jendela kamar studionya yang disambut dengan silau cahaya mentari yang dengan sombongnya kesal pada Omar yang baru saja menyapanya.
Omar mengambil buku catatan yang berada di atas meja kerjanya di bawah vas bunga yang oleh Omar dialih fungsikan menjadi sebuah asbak untuk menyimpan abu rokok. “Akan kucatat semua ide yang ada di kepalaku. Sisihkan dulu perasaan, dan lihat apa yang bisa kulakukan” Omar yang dengan napas tersengal-sengal bertekad dalam hati. .
* * *
“ini sudah jam 11, Al. Banyak undangan yang menunggu lo, kita mulai ya” Mama Shinta berkali kali melihat jam tangan rolexnya.
Alana menggerak gerakkan kakinya, kecemasan melanda di sekujur tubuh Alana tidak bisa disembunyikan lagi rasa cemasnya itu.
Berkali kali, puluhan kali ia menelfon Omar namun tak ada jawaban. Kecemasan dan wajah kesal beberapa tamu undangan yang lama menunggu, Anna yang sibuk mengisi acara untuk memecahkan suasana dingin ketika menunggu acara dimulai.
“Al, kita mulai sekarang, ya, sudah setengah dua belas ini, apapun yang terjadi, acara ini sudah kamu persiapkan enam bulan lamanya, kamu tidak akan merusak hari indahmu ini, kan? atau bisa jadi ada tamu undangan yang memiliki janji lain” ucap Anna derngan sangat hati hati
“oke, kita mulai” Alana memulai acaranya dengan tepuk tangan meriah para tamu undangan, dan beberapa lengkuk anggun model yang memperagakan busana hasil rancangan Alana.
Acara berjalan sangat lancar, tidak ada yang keluar dari konsep yang sudah dipersiapkan matang matang.
Namun raut wajah Alana tidakl menunjukkan aura kelegan. Memang seperti ada yang kurang, ada yang tak lengkap, ada yang mau tidak mau diterima oleh Alana, kecewa. Omar tidak datang sampai pada para tamu undangan dan gedung yang sudah sterill.
Mama Shinta menjadi pendiam di sepanjang jalan pulang, sepertinya ia sedang mempraktikkan pelajaran toleransi yang diterima sejak sekolah dasar. Ia bertoleransi pada Alana yng ia tahu sedang kecewa, khawatir, dan luka. Mama Shinta memeluk Alana dan mengusap kening Alana. Diam saja, tanpa sepatah kata.
* * *
Suka atau tidak suka aku harus membuat keputusan, seperti pekerjaan kecil yang selalu ada risiko di setiap upah yang ia terima, dalam hidup juga pasti harus menerima risiko untuk kebahagiaan yang akan diperoleh. Alana, aku tidak sembarangan memutuskan ini. Pertimbangkan kemungkinan kamu akan bahagia tanpaku, aku akan tenang tanpa gangguan selainmu,kemungkinan bahwa hidupmu akan berada dalam bahaya jika kita ngeyel bersama. Dan, bahwa aku, sebagai laki laki yang ngaku mencintaimu dan bertekad untuk menjadi teman hidupmu,harus menjungkirbalikkan bumi dan langit untuk memilikimu. Dugaan jawaban atas kemungkinan yang sudah aku pertimbangkan tadi adalah bahwa kamu memang akan bahagia dengan keluargamu, selainmu juga akan bahagia tanpaku, dan jawaban terpenting adalah ‘hidupmu aman’.
Kesimpulannya adalah bawah kau dan aku tak perlu menjadi kita lagi. Muak dengan hati yang manja ini.
Omar menutup catatan hariannya dengan lemas dan putus asa di wajahnya, lingkar matanya semakin cekung, rahangnya semakin tampak tajam akibat berat badan yang perlahan menurun. Akibat pola hidup dan waktu tidur yang berantakan. Terlebih beberapa minggu terakhir ini Omar selalu melamun di malam hari, setelah Alana terlelap di dalam panggilan video yang tidak dimatikan sampai lama.
Kalaupun dia tidur, itupun hanya memindahkan ketakutan alam bawah sadarnya ke dalam sesuatu yang disebut mimpi. Antara mimpi indah bertemu dengan kekasihnya atau mimpi buruk karena mengingat kekasihnya itu menjadi sumber penderitaan beberpa bulan terakhir ini, terlebih beberapa minggu ini. Tak apa jika dia melepas seseorang dengan orang yang bisa menjamin bahagianya dan jatuh cinta padanya. Tidakkah orang tuanya sudah menimbang-nimbang seluruh waktu yang telah mereka jalani bersama dan hal-hal yang telah mereka taklukkan sebelum Omar memulai petualangan yang tidak menawarkan tujuan yang bahagia dan tidak menjanjikan jalan untuk kembali? Mereka berhak bepergian ke mana pun dia ingin, dia hidup dikelilingi kebahagiaan versi mereka, Omar bukanlah serdadu serdadu tentara yang sudah bertahun·tahun tidak bertemu perempuan, ia bisa menahan hasrat yang terpendam, ia bisa memendamnya lebih dalam dari lubuk hati sekalipun. Itu sebabnya, Omar tak penah mengajukan pertanyaan, dan dia tak pernah menceritakan apapun. Hubungan mereka sama-sama bebas, atau Omar yang tidak ingin membuat kerangkeng pada kesedihan Alana dan mereka baik baik saja akan hal itu.
Jika hujan memberi isyarat melalui awan yang gelap, atau para hewan di pegunungan mulai menjauh dari tempat tinggalnya sebelum gunung api meluapkan isi perutnya, jika harus ada rincian sebab musabab untuk menjelaskan akibat,Omar lenyap dengan tanpa meninggalkan petunjuk petunjuk, yang tak dinyana oleh Alana. Seakan-akan Omar hanya pergi untuk menyiapkan surprise besar untuk Alana, seakan kepergiannya adalah sebuah perjalanan untuk melaksanakan misi rahasia. Alana masih berharap Omar datang dengan membawa kabar baik.
* * *
"semoga kamu sehat" ucap Alana lirih
* * *
“aku mau kita udahan” Omar berucap lirih pada dirinya sendiri setelah mengemasi pakaiannya untuk pergi ke luar negeri.
Kedengarannya aneh: lebih baik kujalani saja deritaku ini. seperti kisah kisah di masa-masa lalu. ketika Layla menikah dengan pria lain dan Qais si Majnun tetap mencintai dan mendoakan kebahagiannya. Lebih baik kurawat saja luka luka ini, luka yang menganga tak ingin kuperlihatkan pada siapapun. seperti yang dilakukan orang orang pecinta di masa-masa lampau. Untuk beberapa lama, pikiranku akan terobsesi olehnya, hidupku akan terasa pahit, aku akan membuat bosan para teman- temanku. karena yang akan kubicarakan tidak lain kepergianku tanpa pamit padamu. Aku akan mencoba mencari pembenaran atas peristiwa ini.
Alana, walaupun jika aku jadi kau, aku akan sangat membenci keputusan ini, tapi aku tetap berpikir kalaupun kau beranjak membenci dan menginjak wajahku, aku akan menerimanya sebagai wujud rasa cinta darimu. Aku akan merawat bekas luka dari gigitan bencimu di lenganku, aku akan menghabiskan hari-hari dan malam-malam mengingat ingat setiap detik waktu yang kuhabiskan bersamamu, aku akan mengambil alasan jika ditanya orang mengenai kandasnya hubungan kita, aku akan katakan pada mereka bahwa kau terlalu banyak menuntut, walaupun aku telah berusaha sedapat mungkin membahagiakan dan mewujudkan tuntutanmu. Aku akan bertemu wanita-wanita lain yang mencintaiku dengan tanpa risiko sebesar mencintaimu yang tak seberapa ini. Saat berjalan di kota negara maju ini, aku akan selalu melihat wanita wanita yang kupastikan lebih cantik.
Tapi Alana, kupastikan semua yang menemaniku selepasmu adalah wanita yang hanya mencari kesenangan bersamaku, supaya aku tidak bisa benar-benar jatuh cinta pada mereka.
Aku akan menderita berhari-hari dan bermalam-malam. bermalam-malam dan berhari-hari. ltu bisa berlangsung sampai beberapa minggu. bulan, mungkin tahun, windu,dekade atau bahkan lebih dari selamanya.
Sampai suatu pagi. aku bangun dan mendapati diriku sudah terpisah dengan ragaku tidak berada di pangkuanmu karena saat itu kau telah sibuk mengurus bayi kembarmu bersama laki-laki yang membahagiakanmu dan membuatmu lupa bahwa pernah ada lali-laki yang rela luka yang menganga karena orangmu.
Aku berpikir tentang hal lain, dan aku tahu bahwa yang terburuk sudah atau akan lewat. Hatiku mungkin masih sakit. tapi akan pulih, dan akan mampu lagi melihat keindahan hidup. Patah hati itu pemah terjadi, dan akan terjadi lagi, dan akan selalu terjadi menimpa setiap insan setidaknya seumur hidup sekali. Aku yakin itu, Bila suatu saat anakmu lahir dan tumbuh dewasa, secantik atau setampan apapun mereka pasti, kupastikan mereka akan mengalami patah hati.
Ini bukan sumpahku, Alana. Aku hanya sedang menghibur diri karena aku sedang di fase patah hati.
* * *
Bersambung . . . .