Undangan Makan Malam

1020 Words
“apa yang pengen kamu dengar, Alana?” tanya Omar dengan nada manis “tentangmu” jawab Alana singkat “misal?” “orang tuamu, asalmu, hobimu, sukamu, makanan favoritmu, cita-citamu” jawab Alana mendikte pertanyaan hatinya “orang tuaku ada dua, ayah sama ibun” jawab Omar “hobiku berubah-ubah, pas kecil hobiku main bola, menginjak remaja hobiku bolos sekolah, beranjak dewasa hobiku memotret, begitu ketemu kamu hobiku menatap kamu” “kalau sukaku,...” Omar melanjutkan sambil berpikir “sukaku menatap kamu, makanan favoritku makan apa aja bareng kamu, cita-citaku terus bersama sama kamu” jawab Omar urut “cukup” Omar memastikan Alana yang terdiam “kok diem aja” “aku lagi nyatet” jawab Alana “nyatet apa” “Jawabanmu, biar ga lupa” Alana datar “Mbak Loly ngundang kamu makan malam” “kamu ga cemburu?” “kenapa cemburu?” “kalo aku mau makan malam sama Mbak Loly” Alana tertawa saja mendengarnya * * * “bagaimana kalau nanti kita tidak berjodoh, Omar?” Ucap Alana “ga papa” jawab Omar singkat “apa kamu tidak mencitaiku?” mendengar jawaban Omar, Alana menatap ragu dan saksama “emang kalau aku mencintaimu, aku harus maksa Tuhan buat menjodohkan kita?” “maksudnya?” Alana berusaha memahami apa yang dikatakan Omar “definisi cinta seseorang itu berubah-ubah seiring berjalannya waktu, itu juga memengaruhi cara mereka mengekspresikan rasa cintanya” jawab Omar serius “misal” Alana mendengar dengan saksama “Ketika kita kecil balita mengekspresikan cinta dengan meng-aku-kan semua yang dimiliki, aku, ibuku, ayahku, mainanku. Dia ga akan rela semua yang menjadi miliknya juga dimiliki orang lain, tak peduli itu bagus untuknya maupun untuknya, dia sedang belajar untuk mencintainya dirinya. Untuk mempersiapkan diri menerima cinta yang lebih luas” ucap Omar. Alana masih setia mendengar lanjutannya “Setelah remaja, badan mengecoh dengan hormon-hormon pubertas yang menjadikan seseorang jatuh merasa harus mencintai lawan jenisnya. Mereka mengekspresikan cinta dengan cara yang lebih luas, remaja yang sedang jatuh cinta akan rela melakukan apa yang membuat yang dicintainya bahagia, namun ketika dikecewakan ia akan berbalik membenci orang itu. Beranjak ke cinta dewasa, perkara kecewa sudah tidak dipedulikan, karena maaf untuk seseorang yang dicintai lebih luas dari ruang bencinya. Cinta yang dewasa diekspresikan dengan kerelaan untuk melihat kebahagiaan orang yang dicintainya tanpa mengajukan syarat harus ikut serta dalam kebahagiaan tersebut. “yang lebih dahsyat, cita ibu” lanjut Omar “seorang ibu tidak akan membenci anaknya, meskipun wajahnya dikencingi. Ibu akan selalu memaafkan dan selalu siap untuk jadi rumah untuk anak-anaknya pulang. Anak-anak yang hanya pulang ketika ia butuh ‘rumah’ untuk melepas penatnya dari ingar bingar kesibukan dunia. "cintamu setingkat apa?" tanya Alana . . . * * * Alana dan Omar melanjutkan perjalanan panjang yang tentu arah. Menunggu malam yang tak diharapkan cepat datang. Alana mencatat semua percakapan hari ini dalam kepalanya. Omar selalu menambah PR  catatan-catatan Alana dengan kata-kata manis yang tak ada habisnya. Dua orang yang sedang dimabuk cinta, sedang menimati kebebasan sementara. Perkara Mama Shinta dan Nic sementara dilupakan dulu. *** “mas, ini masaknya pake wajan yang dari mas lo” kata Mbak Loly yang sedang menyajikan sayur tumis buncis “Mbak, bilangin ke Alana suruh makan sayur” Ucap Omar yang berada di samping Alana “Bilangin juga ke Omar mbak, kurang- kurangin rokok” balas Alana “kan kalian bisa obrolkan berdua to, kaya gitu aja nyuruh saya. Saya kan tugasnya masak” omel Mbak Loly pada Alana dan Omar “yuk makan bareng, Mbak!” ajak Alana “saya makan di belakang saja, neng” “sini aja dong, mbak, kita makan bersama” Omar mendesak Mbak Loly “baiklah kalau dipaksa” Malam itu mereka berbincang sangat seru, tentang resep makanan, tentang kisah masa muda Mbak Loly, masa kecil Alana dan aib-aibnya yang dibongkar Mbak Loly, dan lain-lain. *** Alana membuka buku catatannya menuliskan apa yang diingatnya hari ini, sebenarnya tanpa dituliskan pun, hari ini mustahil untuk dilupakan. Semua hari bersama Omar adalah ingatan yang sudah terpatri, mustahil untuk lepas dalam ingatan. Terima kasih untuk hari ini, atas semua kata-kata yang keluar dari mulut manismu. Jangan lupa juga berterima kasih pada semesta yang mendukung semua hal-hal yang terjadi hari ini. Aku yakin, semesta juga akan merestui hubungan kita, dan ia juga akan merayu Mama untuk merestui kita. kita menang, Omar. aku memenangkanmu, kau memenangkanku. Tak ada yang kalah untuk perkara cinta. bukankah begitu, Mar? Tidak ada duka malam ini. Omar sudah tiba di rumahnya, rumah orang tuanya dengan luas satu hektar dengan aneka tumbuhan berbuah yang selalu panen tiap musimnya. Omar memasuki kamar yang sudah hampir sebulan tidak ia tempati. kamar seluas kelas kampus ini dipenuhi dengan lukisan-lukisan Omar yang digantung tak beraturan di setiap dindingnya, ada pula yang dipasang di atap plafonnya. Lukisan bergambar bintang di kanvas hitam. replika malam, kata Omar ketika ditanya arti dari lukisannya. jawaban yang semua orang juga tahu. Namun Omar tidak pernah menjawab jika ditanya arti dari lukisan-lukisan yang ia buat. "Sudah lama aku tidak melukis" kata Omar dalam hati lalu ia mengambil kanvas untuk memulai menggoreskan kuas dengan tangan dinginnya. Omar memang memiliki bakat melukis sejak dini, sewaktu sekolah dasar ia suka menjual hasil gambarannya pada teman-temannya untuk diwarnai. Omar melukis wajah yang selalu ada di kepalanya. Alana. Gadis ke sembilan yang menjadi urutan terakhir setelah delapan nama mantan pacarnya sejak sekolah dasar yang ia coret coret namanya setelah putus. nama Alana tertulis lebih indah dengan gambar kupu-kupu di atasnya. Jika ditanya apa artinya, Omar akan menjawab "kenapa engga". Omar manusia minim penafsiran, atau mungkin dialah yang sebenarnya filosof sejati, ia berfilsafat tanpa teori - teori rumit yang mengikat. Omar memang manusia beda. "Alana, apa kamu bisa dengar suaraku?" Ucap Omar dalam hati -tidak ada jawaban- "pasti sudah tidur" pikir Omar. "baiklah aku akan membicaranmu macam-macam. selagi kamu tidur, kamu ga bisa dengar" ucap Omar. Omar berbicara sendiri, berdebat dengan kemungkinan jawaban yang diberikan lawan debatnya yang mana itu adalah isi kepalanya sendiri.. "kamu cantik sekali Alana, ingin rasanya aku memelukmu hari ini. ahh sayang kita belum halal" batin Omar kecewa * * * bersambung . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD