Telepon berdering, Alana mengernyitkan matanya yang masih lengket lantaran baru tidur belum ada 3 jam yang lalu, dilihatnya foto pasangan pengantin di layar Ha Pe nya, Alana mengusap tombol hijau di layarnya.
“hmmm” sapa Alana setengah sadar
“Al, bangun! Subuh dulu!” Anna mengingatkan seperti biasa
“iya” jawab Alana masih malas
“lo begadang lagi ya? Kebiasaan deh lo Al. Ngapain si lu ngapain?
Alana menjauhkan ha pe nya dari telinganya, karena tidak mau ,mengawali pagi dengan keberisikan Anna sahabatnya
“Al, Al, AL, Lo punya kontak fotografer yang di acara gue kemarin ga?” pertanyaan Anna sontak membuat Alana terbangun
“hah? Gimana gimana?” Alana bertanya memastikan
“Lo punya kontak fotografer yang di acara gue kemarin ga, ALANAAA?” ulang Anna dengan nada kesal
“fotografer? Buat apa? Lo mau kawin lagi?” racau Alana
“sepupu Sam mau foto pra wedding, dia tanya tu rekomendasi fotografer yang bagus buat out door, dan aku mau saranin abang abang yang kemarin aja, kan oke tuh kita lihat portofolionya kemarin” jelas Anna
“ada ada” jawab Alana
“oke nanti ajak ketemuan ya, di kafe depan butik. BYE” Anna menutup sambungan teleponnya sepihat tanpa persetujuan Alana.
“kebiasaan” gerutu Alana
Halo. Selamat pagi, fotografer handal. Sibuk kah? Hari ini bisa ketemu di kafe Autentic? Ada bisnis kecil yang harus dibicarakan.....
“dih apaan si gua” Alana geli sendiri membaca ulang ketikan formalnya
Alana mengetik lalu dihapus lagi
Hari ini sibuk?
Dihapus lagi dan lagi
Hari ini ketemu di kafe Autentic, bisa?
Akhirnya Alana menekan tanda panah hijau di ruang chatnya, tak berapa lama dua ceklis abu-abu dan terlihat kontak sedang online. Alana memanting ponselnya tidak siap menerima balasan dari Omar, namun beberapa detik ia ambil dan cek lagi.
“ sial, online tapi kenapa ga berubah warna dari tadi. Sibuk chat sama siapa dia” batin Alana
“kenapa juga gua peduli” Alana tersadar dan segera beranjak dari tempat tidurnya
***
“ma, Alana berangkat dulu ya” Alana pamit kepada mama Shinta setelah menghabiskan sarapannya.
“tunggu, Al!. Mama mau bicara sebentar” mama Shinta memasang wajah serius
“ada apa ma? Serius amat?” Alana sudah menduga arah pembicaraan mamanya
“mama hari ini ada janji sama mamanya Nic. Nanti malam susulin kami makan malam di kafe depan butik ya” mama Shinta meminta persetujuan yang tidak mungkin ditolak Alana
“oke, ma” Alana menyanggupi, tidak punya Alasan untuk menolak
Alana melihat layar ponselnya ada beberapa notif pesan baru salah satunya dari laki-laki menyebalkan yang ia tunggu balasannya
Oke siap nyonyah
Alana langsung menuju butik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang kemarin sempat terbengkalai. Disambut dengan Anna yang lebih dulu tiba di butik.
“Al, lo udah ngubungin abang fotografernya? Gimana? Bisa ga? Mau ketemu di mana kalo doi bisa?” Anna memborong pertanyaan
“sudah, bisa, nanti ketemu jam 3 di Autentic” jawab Alana singkat, padat, dan urut
“eh by the way kalo diinget – inget abang fotografer itu boleh juga ya Al, matanya itu lo, tajem gila” Anna mengenang sambil mendefinisikan wajah Omar.
“apalagi kalo lagi fokus sama kameranya, ah! Lakik banget ga si Al?” Anna meminta persetujuan diiringi dengan tatapan geli Alana
***
Ponsel berdering
“gue udah di Autentic ni” suara laki – laki yang sudah lebih dulu tiba di kafe seberang butik.
“oke, 2 menit gue sampe” Alana dan Anna yang sudah menunggu segera bergegas ke seberang butik untuk menemui Omar
“haii, how are you?” sapa Anna dengan senyum sumringahnya memberi kode genit ke Alana mengingat obrolan sebelumnya
“great.. never been better” jawab Omar sambil menatap Alana yang berdiri di belakang Anna
“Halo, Alana, how are you?” sapa Omar mengulurkan tangan kanannya
“Hai, great, fine” jawab Alana datar
“silakan duduk, ladies” Omar membukakan dua kursi untuk duduk dua wanita yang ada di hadapannya
Anna memberikan tatapan mata genit pada Alana. Alana tahu betul maksud tatapan sahabatnya itu.
“gimana? Pesen menu dulu ya?” Omar menawarkan
“oke, good idea” jawab Alana datar salah tingkah
“mau apa?” Omar dan Alana berbicara secara bersamaan
“ciee” Anna spontan meledek kejadian awkward itu
“kita emang udah se sobi ini, girl” Omar mengimbangi candaan Anna lalu mereka asyik tertawa
Alana yang canggung diam saja sibuk memilih menu seakan tidak mendengarkan
“aku mau hot capuchino satu, sama salad buah satu mbak” Alana cepat – cepat memesan untuk menghilangkan suasana canggung
“samain mb” sahut Omar diikuti dengan tatapan Alana bergantian ke arah Omar dan Anna yang lagi – lagi tersenyum meledek
“ehhem, kalo saya mau spagethy sm mango float satu ya mbak. Oiya sama french fries satu mbak. Eh mbakk tambah air mineral satu lagi ya” pesan Anna bertubi- tubi
“oke, sambil nunggu makanan datang, kita mulai bahas tipi ya maksud perjumpaan kita ini” Anna mengawali pembicaraan
“good. Good idea” Alana menyetujui Anna agar tidak tampak canggung
“Gimana, boy?Oke?” Anna meminta pendapat ke Omar
“oke siap. Gimana – gimana?” jawab Omar santai
“sebelumnya.. gue mau ucapin terima kasih banyak e elo, Mar. Hasil jepretan lo memuaskan banget. Keluarga gue, suami gue, keluarga suami, sepupu, sahabat, tetangga, tukang ketring, tukang sound system, dan seluruh kecoa di rumah turut senang sama hasilnya.” Puji Anna mengawali obrolan. Anna memang selalu pandai membuat suasana jadi cair
“oke, gue emang keren. Kata orang – orang” sahut Omar sambil mengibaskan rambut panjangnya
“Alana single” Anna berdehem dan mengatakan dengan cepat dan singkat seolah tidak berkata apa-apa
Alana yang mendengarnya menatap sinis ke sahabatnya itu.
“gue juga” sahut Omar cepat
“terussss!!?” Alana bergantian menatap Anna dan Omar dengan wajah datar
“ya diterusin, jalan mungkin” sahut Anna asal
“aku suka pantai si” Omar menimpali sambil menaikkan alisnya ke Anna
“nah kebetulan tuh, Al. Kemarin lo bilang penat dan pengen liburan” Anna yang sangat peka menerima kode gerakan alis Omar yang baru ia kenal.
“gimana, nona? Besok jam 7 aku jemput di rumah. Ga perlu sharelock. Aku pastikan jam 07.00 akan ada orang yang menekan bel rumahmu” Omar menawarkan pesonanya
“iya. Kebetulan mar, Alana besok FREE” Anna mengompori Alana agar tidak bisa menolah ajakan Omar
“kenapa kalian ga pergi aja berdua si?” sahut Alana kesal merasa dikeroyok oleh dua temannya
“ide bagus si, gimana kalo kita double date? Anggap aja ini hadiah pernikahanku” Anna menawarkanide briliannya
“setuju!” Omar menanggapi ide Anna kurang dari sepersepuluh detik dengan diiringi tos tanda jadi antara Anna dan Omar
“Oke besok kita ketemu di rumah Alana jam 7 ya” Anna menyimpulkan tanpa meminta pertimbangan dari Alana
“OKE, jam 7 no telat! telat semenit gue gagalin” Alana memberi persetujuan dengan syarat yang sulit dilakukan Anna yang super ngaret janjinya
***
Omar memarkirkan motor vespa di depan rumah asri bernuansa putih disambut oleh mbak Loly yang baru saja kembali dari pasar pagi. Omar tampak asyik berbincang dengan mbak Loly sampai mbak Loly tertawa terbahak. Alana bisa melihat dari jendela kamarnya Omar bisa akrab dengan mbak Loly seorang asisten rumah tangga yang baru saja ia temui. Hal seperti ini tidak mungkin ditemui di diri Nicholas.
Pukul 07.00 Omar segera menekan tombol bel rumah yang diikuti oleh rasa keeranan mbak Loly
“mas, ngapain mencet tombol bel? Kan saya yang bukain udah ada di sini” tanya mbak Loly polos
“kan itu ada tulisannya mbak, TEKAN SEKALI UNTUK TAMU DAN TEKAN 2 KALI UNTUK PAKET” Omar menunjuk tulisan yang tertera di atas tombol bel rumah
“ya kan saya yang bukain udah ada di belakang mas e” mbak Loly kesal dengan candaan Omar
“ga usah dibukain, saya mau tunggu di sini aja mbak” pinta Omar
“loh la gimana to mas e? Kalau ndak mau masuk kenapa mencet bel? Aneh –aneh aja mas e ki” mbak Loly tanya keheranan
“nyonyamu galak” bisik Omar di telinga mbak Loly yang lagi- lagi membuat mbak Loly tertawa geli
“ada apa mbak Loly? Dirayu apa sama masnya?” Alana yang tiba- tiba muncul dari dalam lengkap dengan kacamata hitamnya
“loh neng Alana mau kemana? Belum sarapan kok sudah pergi?” mbak Loly bertanya tanpa menjawab pertanyaan Alana sebelumnya
“mau main mbak, tolong bilang sama mama ya mbak. Alana mau main sm Anna dan temen-temen yang lain” pesan Alana bertepatan dengan kedatangan mobil Anna dan suaminya
“oke neng, siap” mbak Loly menyanggupi permintaan Alana
“kalau bilang dari semalem kan udah tak buatkan sarapan neng” omel mbak Loly
“kalau bilang dari semalem, mamahnya pasti tau rencananya, bisa keluar taring nanti” bisik Omar pada mbak Loly
Mbak Loly tertawa celikikan mendengar bisikan Omar yang disetujui mbak Loly
“dirayu apalagi mbak Loly?” Alana bertanya sinis
“rahasia!” sahut Omar sambilmemberikan kode alis terangkat satu pada mbak Loly
”berangkat dulu mbak Loly” Alana mencium tangan mbak Loly
Diikuti oleh Omar yang juga mencium tangan mbak Loly dengan gaya seperti sedang mencium tangan pasangan di pelaminan membuat mbak Loly tersipu- sipu geli
Alana tidak menghiraukan adegan kocak itu, langsung saja ia menghampiri Anna dan Sam yang tidak turun dari mobilnya
Berangkatlah mereka berempat setelah beradu argumen perkara tempat duduk.
Alana duduk di kursi belakang bersama Anna. Sedang Sam menyetir dengan Omar di samping kirinya.
"by the way, mar, lu tadi ngobrol apa aja ke mbak Loly" Anna memulai obrolan pada Omar
"mbak Loly bilang, kalo mamahnya neng Alana itu galak, kaya singa" Omar berbicara pelan ke arah Anna, agar tidak terdengar Alana
"gue denger kali, lu orang parah, pagi -pagi ghibah in emak gua" sahut Alana santai. memang dia menyetujui kalo mama Shinta segalak singa
"lu tau ga mar, kenapa kalo kita telat satu menit acara digagalin sama Alana?" Anna memberi tebakan
"kenapa?" tanya Omar
"lewat semenit aja tante Shinta turun ke bawah dan bakal panjang nanti pengantar liburannya" Anna melanjutkan ghibahnya sambil tertawa
Alana bukan marah justru membenarkan dan ikut tertawa.
di sepanjang jalan Omar dan Anna selalu mengeluarkan celetukan dan topik- topik yang membuat seisi mobil tertawa riang.
Hari itu Anna melihat Alana tampak tertawa lepas, hal yang sangat jarang terjadi pada Alana yang dalam kesehariannya selau serius dan kaku.
Bersambung