* * *
Alana tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk malam nanti, mungkinkah ia harus kabur, atau dia harus menuruti kemauan Mama Shinta. Alana menyadari satu hal, ia mencari ponsel pintarnya yang dari semalam dimatikan. Alana mendapati puluhan panggilan tak terjawab dan pesan yang menumpuk pada layar ponselnya.
Beberapa pesan menyebalkan dari Nic, kabar baik dari Anna, dan pesan kecemasan Omar yang merindukan Alana serta banyak pesan dari customer Alana
Alana membuka satu persatu pesan itu, lalu membalas yang penting seperlunya.
Sudah siapkah calon tunanganku? Nic menanyakan pertanyaan yang membuat Alana sangat kesal dan enggan menanggapinya
Sayang, kamu kenapa nomornya tidak aktif"
Sayang kamu di mana?
Sayang, ada apa?
Sayang, kamu tidak apa - apa kan?
Omar mengirim pesan banyak sekali karena mengkhawatirkan Alana sampai ia memghubungi Anna untuk memastikan Alana baik - baik saja
Aku harus bagaimana? balas Alana
Alana, I have a good news for you Anna sangat bersemangat memberi kabar Alana, Alana merupakan orang kedua yang Anna beri kabar bahagia ini, namun menjadi orang yang ke sekian karena tidak mengaktifkan ponselnya.
Kabar baik apa, Ann?
I am pregnant, kamu kemana aja si kok ga bisa dihubungi?
Keluarga Nic malem ini mau ke rumah, Ann
Ngapain?
Menurutmu ngapain, Ann?
Jangan bilang mau melamar,Al. Al jangan ngaco! Anna langsung menelfon Alana memastikan semuanya tidak benar. Ia sangat tidak rela kalau sahabatnya bakal bertunangan dengan Nic yang sangat bengis dan kejam.
"iya" jawab Alana singkat
"Al, ga bisa gitu dong. kamu harus melakukan sesuatu"
"ya apa, Ann. kasih aku saran. apa ?" Alana meninggiikan suaranya, ia sudah kehilangan harapan
"Omar sudah tau hal ini?"
"sudah, kemrin dia datang menemui Mama, lalu diusir sama Mama"
"Al, .. " Anna menyayangkan hal ini
"aku harus bagaimana, Ann?" ucap Alana putus asa dan kembali merebahkan tubuh ke kasurnya
Anna yang juga berteman dengan Nic tentu tidak menyetujui perjodohan ini, mengingat reputasi Nic yang dikenal suka mempermainkan perempuan. Alana tidak rela sahabatnya itu menjadi korban dari kekurang ajaran Nic.
* * *
Suara adzan magrib berkumandang, bersahutan dari surau satu ke surau lainnya, dari masjid satu ke masjid lain, alarm serta nyala televisi juga menyerukan adzan sebagai pengingat memang inilah waktu untuk menghadap sang Ilah. Waktu yang sangat sedikit memang perlu peringatan yang lebih ekstra, agar umat tidak menunda - nunda waktu. Alana mengambil air wudhu untuk membasuh wajah murungnya, ia menghadap, memohon ketenangan agar bisa melalui aral melintang panjang dan menyakitkan yang ada di hadapannya.
"Alana, segera siap - siap keluarga Nic sudah di jalan" Mama Shinta tiba - tiba memasuki kamar Alana dan melihat sekeliling yang semuanya tertata rapi seolah tak pernah bergeser dari tempat semula. Itu merupakan satu - satunya kesamaan yang dimiliki ibu dan anak, untuk sifat, sikap, dan perangai Alana sangat jauh berbeda, bahkan bertolak belakang dengan mamanya.
"iya, ma" jawab Alana melipat mukena dan sajadahnya
"Alana, kamu harus sadar dan paham. mama melakukan ini semua untuk kebaikanmu" ucap Mama Shinta
"iya, ma" tak ingin memperpanjang masalah, Alana mengiyakan apa yang dikatakan Mama Shinta
Alana tidak berniat untuk berdandan berlebihan.
"anggap saja ini makan malam biasa, ya memang hanya makan malam biasa. tidak akan terjadi apa - apa" Alana terus meng - afirmasi dirinya sendiri .
I'ts OK, Alana. ini hanya makan malam, bicaralah apa yang seharusnya kamu ingin ungkap. Apapun reaksi mereka, bicarakan. ungkapkan, kamu harus berjuang untuk pendapatmu sendiri sekuat tenagamu, lakukan sesuatu sekecil apapun itu, setidaknya jangan diam saja. Kalimat Omar ini lah yang membakar semangat Alana untuk memperjuangkan suaranya.
"hai jeng, selamat datang. gimana perjalananannya" Suara Mama Shinta yang sangat ceria dengan sahutan jawaban yang samar terdengar di bawah. Keluarga Nic sudah tiba. Alana menghirup napas panjang lalu membuangnya secara perlahan. Alana memakai dress berwarna hitam polos dengan model basic, namun tetap membuat Alana tampak elegan meski tanpa riasan yang tebal.
Alana menuruni tangga satu per satu dengan penuh keraguan dan keterpaksaan.
"bismillah" ucap Alana lirih
* * *
"cantik sekali, kamu Al" ucap wanita paruh baya sambil memeluk cium pipi Alana
"terima kasih, tante Sonia" jawab Alana
"halo, Om sehat?" Alana berbasa - basi dan melewatkan Nic begitu saja tanpa sapaan
"sudah lama ya jeng kita ga ngumpul keluarga gini, hangan sekali rasanya bisa kumpul lagi" ucap Mama Shinta melanjutkan pembicaraan yang sempat terpotong dengan kedatangan Alana dari atas tadi
"iya, jeng. akhir - akhir ini kami sibuk bolak - balik dari USA indoneisa atau sebaliknya. Maklum, ayahnya Nic baru saja buka ekspansi perusahaan dan mulai eksport peoduk ke sana. Mama Sona sangat bersemangat membuat Mama Shinta semakin mengagumi harta benda keluarga Nic yang sepertinya tak akan habis tujuh turunan.
"Mbak Shinta, .." Ayah Nic memulai pembicaraan
"Terima kasih sudah menerima kami sebagai tamu, dengan jamuan yang sangat hangat. saya ingin mengutarakan maksud kedatangan kami ke sini. seperti sudah kita tahu Alana dan Nic memang sudah dekat dari kecil, mereka sangat cocok dan saling mencintai. sudah sama - sama dewasa juga. Tidak baik kalau kelamaan berada dalam hubungan yang tidak tahu kejelasannya mau di bawa ke mana. Maka kita sebagai orang tua, mari kita bicarakan arah hubungan anak - anak kita ini mau di bawa kemana?" ucap Ayah Nic
"benar, Mas Roy. Alana dan Nic sudah sangat cocok, sudah sama - sama dewasa. saya percaya sekali Nic lah yang bisa menjaga dan membimbing Alana untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Terkait arah hubungan, saya ini yang sekarang balik tanya ke Mas Roy dan Jeng Sonia, baiknya bagaimana? mau dibawa ke mana?" Mama Shinta menanggapi dengan mata berbinar dan pandangan yang berbeda pada Papa Roy.
Sementara itu Alana hanya terdiam memakan salad yang ada di hadapannya.
Nic memperhatikan dengan senyum kemenangan, selangkah lebih maju dari Omar.
"bagaimana kalau segera melangsungkan tunangan agar jelas ikatannya?" Tante Sonia menyumbangkan ide membuat Alana yang sedang makan tersedak. Alana tidak menduga akan secepat itu rencana yang dibuat para orang tua.
"hati - hati, Alana" dengan sigap Nic menuangkan air minum untuk Alana. Sebuah pencitraan yang sangat halus
"beruntung sekali kamu Alana jika berjodoh dengan Nic" ucap Mama Shinta terharu dengan sikap reflek Nic yang menuangkan air untuk Alana
"bagaimana, jeng" Tante Sonia kembali mempertanyakan
"kalau saya si setuju - setuju saja, jeng. apapun yang terbaik untuk Alana dan Nic" ucap Mama Shinta
"bukan begitu, Mas Roy?" Mama Shinta mengarahkan pandangannya pada sosok pria bertubuh tinggi besar dengan wajah bule yang masih terlihat lebih muda dari usianya.
"bagaimana denganmu, Alana?" Om Roy satu - satunya orang yang menanyakan pendapat Alana
"dia pasti akan setuju, mas Roy" jawab Mama Shinta terburu - buru
"benarkan, Alana" Om Roy memastikan kembali dengan senyum yang tidak bisa didefinisikan
"Alana ikut apa yang terbaik untuk semua aja" jawab Alana dengan senyum lebar yang dipaksakan.
"kalian itu bersahabat sejak kecil, kalian memang ditakdirkan untuk bersama, unruk saling melengkapi satu sama lain" ucap Mama Sonia dengan senyum yang susah didefinisikan.
Lalu mereka membicarakan tentang masa kecil Alana dan Nic dengan gelak tawa yang terkesan dibuat-buat, tidak natural, tidak tulus, dan sama sekali tidak ada kehangatan. Alana tahu bahwa semua ini hanya untuk kepentingan masing-masing. Mama Shinta dengan uangnya, Mama Sonia demi keselamatan rumah tangganya, Papa Roy dengan rencana dendamnya, dan Nicholas dengan ambisinya. Semua yang ada di sini hanyalah kepentingan-kepentingan yang kebetulan sejalan.
hanya Alana yang ingin menyimpang dari jalan itu. Alana yang tidak memiliki peta tersesat di tengah jalan.
Acara malam itu berlangsung sangat lama bagi Alana. Belum ada keputusan untuk kapan diselenggarakn acara pertunangannya, namun yang pasti akan dilangsungkan dalam waktu dekat.
Omar, acranya sudah selesai, aku tidak bisa berkata apa - apa, aku payah, Omar
Alana mengutuk dirinya sendiri yang tidak pandai mengungapkan isi hatinya
It's OK Alana, everything is going to be O K" jawab Omar menenangkan
Kamu lagi di mana?
di rumah ibun
Ibun sehat?
Ibun sehat, dia makan salad lagi hari ini, kubujuk buat makan gorengan dia malah marah, coba. kan aku nawarin makanan yang enak daripada cuma sayuran mentah
ya itu yang membuat Ibun sehat, Omar!
Ayah gimana?
Ayah abis nonton
nonton film action, ya?
bukan
terus apa?
tebak!
emmm film dokumenter?
bukan
film horor?
bukan
lalu?
Spongebob The Movie
hah?ngarang
serius
kamu udah makan?
belum
kenapa?
kenyang
belum makan kok kenyang, emang makan apa?
makan rindu
enak?
pahit
pahit ko dimakan?
ya gimana?
dibuang lah
sayang
sama?
kamu!
Alana tersenyum tak bisa berkata kata mendengar kata sayang diiringi dengan kata kamu ditujukan kepadanya.
seketika ia lupa bahwa sejam yang lalu ia ingin hilang ingatan saja agar tidak merasakan momen menyebalkan seperti tadi.
Alana melakukan obrolan via WA sampai larut malam.
* * *
bersambung . . . . . . . .