Berdua Saja

1666 Words
Aku ingin berjalan bersama, berdua saja denganmu, saling bergandengan tangan sekedar mencari nasi uduk di pagi hari, atau mencari sate di malam hari. Kita pulang di rumah kita, merawat keluarga kecil bersama, berkunjung ke rumah mama setiap minggu pertama dan ke tiga, ke rumah ibun di minggu kedua dan ke empat. Lalu kita berjalan bertiga dengan malaikat kecil yang sangat aktif bertanya ini apa, itu apa, aku dipanggil Moma dan kau dipanggil Popa. Lalu suatu hari di usia senja kita telah menjadi orang tua yang dikunjungi setiap sepekan atau dua pekan sekali, kau duduk di teras rumah dengan kopi dan sarungmu, aku memasakkan camilan lalu kita duduk bersama melihat para bocah berangkat sekolah, para remaja saling tertawa entah bahasan masa depan apa yang dianggap kekinian pada masanya. Kita mengenang masa muda kita yang gigih berjuang untuk hari ini. Sayang. aku ingin menua bersama, bisakah? Oiya kita nanti bercerita pada cucu-cucu kita tentang masa sekarang yang akan mereka anggap jaman baheula. Kita bahagia karena kita sudah melewati quarter - quarter hidup yang tidak lurus - lurus aja tapi tidak menyerah. Kita dengan bangga menceritakan keluh kesah kita yang ternyata tak seberapa dibanding kebahagiaan yang kita rasa esok hari. Sayang, mari berjuang. Alana menuliskan hayalan di dalam buku diarinya. Banyak hal tercurah di sana. terutama akhir - akhir ini yang ia tidak menyangka akan terjadi di hidupnya, dijodohkan dengan seseorang yang ia benci. Seseorang yang sengaja datang untuk membalaskan dendamnya. Sebesar apa dendam itu sampai Nic harus mengorbankan kebahagiaannya juga, menikahi Alana yang tidak akan memberinya bahagia. "makan siang, aman ga?" Omar bertanya di telefon "aman, ayuk" jawab Alana "oke aku jalan kesana dengan ketampananku" Omar mengakhiri panggilannya dan berangkat menjemput Alana Sampai di butik, Omar langsung menggoyangkan angkelung seperti tamu - tamu pada umumnya. "langsung masuk boleh lo, ga usah kaya tamu" ucap Alana sembari membukakan pintu untuk Omar "kan tetep aku tamu, ..... tamu di hatimu" Omar membual rayuan gombal "sumpah garing. kaya jokes bapak - bapak tau ga?" Alana berjalan memunggungi Omar "kan bapak -bapak juga, bapak dari anak - anak kita" Omar melanjutkan bualannya "Omar, plis stop! geli!" Ucap Alana sambil mengangkat bahunya geli "ayuk berangkat, nunggu apa?" "nunggu diajak" jawab Alana "aku juga ah" jawab Omar "terus siapa yang mau ngajak?" "aku deh" jawan Omar mengalah "kok pake 'deh'? "aku lah! harus aku!" "kok maksa?" "yaudah, au yang ngajak kamu ya?" "ya ngajak tinggal ajak, pake nanya" "yaudah ayuk kita makan" "kok pake yaudah si, kaya ga ikhlas" "sayang, aku kita makan" Omar yang geregetan langsung menggandeng tangan Alana dan menariknya menuju vespa kesayangannya Alana hanya tertawa mengikuti langkah Omar "naik, tuan putri,yang ada kacanya" Omar menyerahkan helm untuk Alana "terima kasih" Alana mengambil helm yang diberikan Omar dan memakainya "gausah pegangan!" "oke" jawab Alana "peluk aja" "gamau" jawab Alana merajuk "kenapa?" "mau deng" Alana memeluk Omar "ga usah bikin deg deg an bisa?" ucap Omar tersenyum bahagia "ga bisa dan ga mau" jawab Alana menggoda "awas. jatuh hati" "udah" "sakit ga? udah diambil belum?" "apanya?" "hatinya" "engga, aku biarin aja. tak titipin" "kenapa dititip?" "hatiku udah kepenuhan soalnya?" "emang isinya apa aja?" "hatimu, jatuh berceceran di sini" ucap Alana "terus kamu susun lagi ga?" "udah, jadi bentuk kepala" "ada otaknya?" "engga ada" "oiya" "kok oiya, bodoh dong hatiku" protes Omar "iya. kan CINTA INI, KADANG - KADANG TAK ADA LOGIKA" Alana menyanyikan lagu Agnez Monica diikuti dengan Omar menggerak - gerakkan tanganya mengikuti gaya dance-nya Alana dan Omar tertawa bersama. Motor melaju kecepatan 20 km/jam, pelan sekali. menikmati cuaca mendung yang sejuk. Belum ditentukan arah tujuannya, mereka lupa kalau sedang dalam perjalanan mencari makan. Sepanjang jalan Alana dan Omar saling beradu tebak - tebakan lucu, membicarakan pohon yang bisa berbicara, obrolan tikus di rumah, cicak - cicak yang suka menguping mereka ketika berbicara di telefon, dan debu - debu jalanan yang hinggap di sepatu mereka. "kita mau makan apa?" Omar bertanya "apa ya, terserah deh" "oke makan malam aja" "kok makan malam, si. kan ini masih siang" protes Alana "katanya terserah,?" "ya ga makan malam juga" jawab Alana cemberut "makanya aku tanya makan apa?" "emm makan apa ya?" "terserah" "sarapan aja, apa?" Alana ganti menggoda Omar "gimana kalo sarapan yang telat 5 jam?" "jadinya makan siang ga tu?" tanya Alana "ya yang penting jam ini kita harus makan" jawab Omar berhenti di sebuah warung bertenda orange "mau di sini?" Alana bertanya "kan terserah, katamu" jawab Omar melepas helmnya "oke, why not?" jawab Alana bersemangat "pak, biasa ya dua" Alana langsung menoleh ke arah Omar, mengapa dia begitu sok kenal dengan semua orang, "biasa tu apa?" bisik Alana "ga tau" jawab Omar tengil "kamu belum pernah ke sini?" "pernah, ini sama kamu" Alana mencubit pinggang Omar dan memelototinya "pakde, saya mau bakso dua porsi ya, tidak usah pake mie" Alana memesan "aku pake mie tau" protes Omar "tambah satu lagi pake mie, pakde" "kamu pesen dua?" tanya Omar "iya, kenapa?" jawab Alana "laper banget, bu?" canda Omar "nanti juga akhirnya kamu yang ngabisin karena kurang" jawab Alana "oke" "kok oke?" "ya kan kamu suruh" "siapa yang nyuruh?" "kamu" " dih dih" Angin berembus kencang mengibaskan helai demi helai rambut Alana yang terawat wangi, menerbangkan guguran daun yang menambah kesan romantis di siang itu. "mata kamu ga kelilipan?" tanya Omar "engga, kenapa emang?" tanya Alana heran "ya pengen niup aja gitu, biar kaya di filem - filem romantis" Omar menjawab iseng "abis niup mata, nunjuk langit ga?" tanya Alana "iya, kalo langitnya turunin hujan langsung lepas jaket" "kasih ke ceweknya?" "taro plastik aja" "kenapa?" "kan basah kujanan" jawab Omar "oiya" *** "Ini mas, mbak baksonya" pakde penjual bakso mempersilakan tiga porsi mangkok pada dua orang kelaparan di kedainya "terima kasih, pakde" Alana menggeser mangkoknya dihadapkan ke arah Omar yang memakai mie "sama - sama, mbak" "pak de, pacarku cantik ga?" Omar bertanya "cantik, tapi masih cantikan istri saya" jawab pakde penjual bakso bercanda "istri pakde suka makan bakso juga ga?" timpal Omar "suka dong, dia jatuh cinta pas makan bakso bikinan saya" jawab pakde penjual bakso dengan bangga "semangkok atau dua mangkok?" "semangkok cukup si" jawab pakde "pacar saya makannya banyak, pakde. makanya dia lebih cantik di mataku" "istriku anaknya banyak, makanya dia makin cantik di mataku" jawab pakde ""berapa anaknya, pakde?" tanya Alana penasaran "tuju, mbak" "nanti kita delapan aja ya" Omar menoleh pada Alana meminta persetujuan "iya. kamu yang ngelahirin!" jawab Alana kesal "banyak anak banyak rejeki mbak" pakde penjual bakso menimpali "tiga" jawab Alana "tuju? gimana?" tawar Omar "maksimal tiga" "nambah 2 lagi laah" Omar menggoda "TIGA!" "oke deh. kita cari nama nama dulu" jawab Omar "kita makan dulu, keburu dingin baksonya" Alana memulai makan bakso yang ada di hadapannya dengan lahap "bener tu, mas. abis makan bakso ya nikah dulu baru mikir nama" ujar pakde penjual bakso mendengar kata nikah, Alana langsung tersedak dan Omar dengan sigap memberikan air minum kepada Alana "pelan - pelan dong, Al" "terima kasih" Alana meneguk air putih yang diberikan Omar Alana menghabiskan semangkok bakso dengan pikiran melayang ke mana - mana. dia mengambil bakso mangkok ke dua dan memberikan setengahnya pada Omar. Omar menerima dengan senang hati karena memang porsinya satu kurang dua kekenyangan. Tiga mangkok berdua merupakan solusi terbaik. "Omar, ..." Alana membuka percakapan setelah selesai memakan tiga porsi bakso berdua "iya,.." "semalem, ayahnya Nic berbicara tentang lamaran" "lamaran siapa?" "menurutmu?" "kamu mau?" "menurutmu!" "katamu Nic dulu tak seburuk itu" Omar mencoba menenangkan "maksud kamu apa?" "ya artinya, dia begitu karena selalu kamu tolak aja. dia mencari perhatian dengan cara itu" jawab Omar "aku ini laki laki, Alana. aku paham tipe - tipe kaya gitu" "lalu?" "mungkin dia bisa berubah" Omar mengangkat bahunya "maksud kamu apa? coba ngomong yang jelas!" Alana mulai meninggikan suaranya "Alana, aku mencintaimu, tapi jika kamu mendapatkan seseorang yang lebih bisa membuatmu bahagia, ya aku ikhlas" jawab Omar "tapi yang membuat au bahagia kamu" "oke kita berjuang" Omar beranjak dari duduknya dan mengajak Alana untuk berjalan - jalan menikmati siang sampe sore, atau malam. "kamu ada ide?" tanya Alana sambil memakai helm "belum" Omar mengengkol motornya Kembali motor melaju dengan kecepatan 20 km/jam Alana memeluk erat pinggang Omar dan menyandarkan kepalanya pada bahu Omar Omar dan Alana saling diam untuk beberapa saat. Berdialog dengan lamunan sendiri. berdebat dengan isi kepala yang sangat ngeyel. Aku tidak ingin cepat pulang, aku ingin selamanya begini, menikmati hari dengan sederhana,tanpa ambisi kuat, tanpa dihantui tuntutan sosial, dan merek merek branded. Aku ingin memelukmu lebih lama, sangat lama, selamanya. Alana memeluk sangat erat, Omar memegang tangannya dan menolehkan kepalanya ke arah kaca spion, melihat wajah bengong Alana yang tetap cantik. Kamu cantik, Alana. Siapa yang akan sanggup kehilangan kamu. Bahkan rambutmu pun enggan rontok dari kepalamu, jika kau tanya egoku, ia ingin sekali memecahkan cermin - cermin yang bebas menatapmu tanpa permisi itu. Alana, jika kau tanya hatiku yang sangat pengecut ini, ia rela berdarah untuk membahagiakanmu. Ia begitu kuat mencintaimu, namun begitu lemah untuk memperjuangkanmu dan jika kau bertanya pada akalku, dia selalu mencari pembenaran supaya aku melakukan apapun untuk memilikimu seutuhnya. Dan sekarang, Alana. Hati, pikiran, dan badanku sedang tidak berada di tempat yang sama. Aku belum punya ide untuk hubungan kita. "Alana,.. " Omar berusaha memecah keheningan "iya" "lepas aja helmnya" Alana menurut dan melepas helmnya Alana menyandarkan kepalanya ke bahu Omar, kali ini lebih mapan hingga Alana tertidur di bahu Omar. Omar merekatkan tangan Alana pada pinggangnya. menikmati sore hari yang sejuk dalam pelukan Alana "I love you" bisik Alana dengan tetap memejamkan mata "I love you more" sahut Omar mengusap kening Alana Aku ingin berjalan bersamamu, dalam gelap malam, terik sinar mentari, terang bulan, hujan deras, berdua saja. Aku mau apapun, asal bersamamu, Alana tapi aku harus memikirkan kebahagiaanmu. aku tidak ingin memaksamu dengan keinginanku aku ingin bahagia bersamamu tapi aku lebih ingin membiarkan kau bahagia dengan siapapun aku hanya berucap asal aku tidak mungkin bisa tahan membiarkanmu jatuh ke pelukan orang lain. tapi aku tidak punya ide untuk mecegahnya, Alana Aku mencintaimu. baru itu saja modalku untuk mendapat restu ibumu  * * * Bersambung.... .  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD