Kini keduanya keluar dari antrean menuju salah satu meja untuk menikmati makan siangnya masing-masing.
“Apakah mereka sudah baikan? Wah, aku tak menyangka jika manager Lee sangat pandai menaklukan hati wanita yang sedang merajuk.”
“Benar, kali ini aku benar-benar merasa sangat iri. Manager Lee sangat tampan dan pengertian, ia sungguh tipe pria idamanku!”
Suara bisikan-bisikan itu kembali terdengar di telinga Irene yang hendak memulai melahap makan siangnya.
“Bukankah mereka tahu jika kau dan Yer sedang dekat? Namun mengapa mereka masih terus membicarakan kita seperti itu?” tanya Irene pada Aaron yang telah menyantap makan siangnya dengan lahap.
Setelah berusaha menelan apa yang telah dikunyahnya, Aaron menatap Irene, “Mana aku tahu, lebih baik kau tanyakan langsung pada mereka.” jawabnya kemudian.
Irene menghela napasnya sambil menaruh sumpit di atas tray. “Ah, sial. Aku sangat tidak nafsu makan.”
“Karena ucapan mereka? Jika kau merasa begitu terganggu, aku akan menegur mereka.”
Irene menggeleng, “Bukan. Maukah kita kembali minum soju nanti sepulang kantor?”
“Apa kau akan meminum sebanyak 3 botol lagi?” tanya Aaron.
Untuk yang kedua kalinya, Irene menggeleng.
“Bagus lah, kau sangat menyusahkan saat mabuk.”
“Aku akan meminum 5 botol kali ini.”
Aaron hanya bisa menggeleng sambil kembali menghabiskan makan siangnya.
***
Saat jam pulang kantor tiba, Irene yang beranjak keluar dari ruangannya memanggil Aaron yang tengah melangkah di depannya.
“Lee Aaron!”
Saat Aaron menoleh, Irene melemparkan kunci mobilnya yang kemudian segera ditangkap oleh Aaron.
“Kau akan membiarkanku menuntunmu lagi dalam keadaan mabuk menuju apartment?” tanya Aaron saat Irene tiba di sebelahnya.
“Tentu saja. Cepatlah, aku tidak suka orang yang lambat.” sahut Irene sambil tertawa kecil.
Aaron menghela napas pasrah lalu mengikuti langkah kaki Irene yang berjalan keluar menuju parkiran. Sebelum jam pulang kantor tadi, Irene sudah menghubungi Crystal untuk kembali bertemu di restaurant kemarin.
Saat tiba di sana, seperti biasa Crystal telah sampai terlebih dahulu, namun kali ini ia datang bersama Oh Leo, suami Crystal sekaligus sahabat Irene dan Aaron. Keempatnya adalah sahabat baik saat mereka masih sama-sama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Setelah ikut bergabung di meja, tanpa berlama-lama, Irene segera memesan 5 botol soju untuk ia teguk di malam ini.
“Irene, apa kau benar-benar akan menghabiskan semuanya?” tanya Crystal saat Irene mulai meneguk botol pertamanya.
Setelah meneguk dengan cepat, Irene mengangguk ke arah Crystal, “Aku benar-benar akan menghabiskannya!” sahut Irene tanpa ragu.
Crystal mulai menatap Aaron, sementara Aaron yang terduduk di sebelah Irene hanya bisa mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng pelan.
“Apa perjodohannya tidak berjalan dengan baik?” tanya Crystal lagi, namun dengan nada yang pelan.
“Perjodohan siapa?” Leo menatap Crystal bingung.
Irene menghentikan tegukannya lalu mulai menatap Crystal yang terduduk di hadapannya, “Justru karena perjodohannya berjalan dengan baik makanya aku menjadi seperti ini.”
“Bagaimana calon suamimu? Apa ia Pria tua yang kaya raya? Atau seorang Paman berperut buncit yang memiliki banyak harta?” Kini Leo bertanya.
Crystal yang mendengar pertanyaan Leo pun spontan memukul bahunya.
“Kim Noah.” ujar Irene dengan wajah murungnya.
“Apa?!” teriak Crystal dan Leo secara bersamaan sementara Aaron terdiam dengan wajah terkejutnya.
“Bukankah kau sangat menyukai Noah? Lalu mengapa kau terlihat begitu frustasi seperti ini?” tanya Leo yang ditimpali dengan anggukan kepala Crystal.
“Bagaimana bisa aku menikah dengan laki-laki yang tidak mencintaiku? Bahkan kalian tahu jika Noah sangat mencintai Suzy.”
“Choi Suzy? Bukankah mereka sudah lama putus?” Crystal menatap Irene serius.
“Tentu saja, jika mereka belum putus bagaimana bisa orang tua Noah menjodohkannya dengan Irene.” timpal Leo.
Irene kembali meneguk soju pada botol keduanya. Ia bahkan sedang tidak ingin berpikir sehat pada malam ini.
“Padahal aku sangat berharap jika Irene pada akhirnya akan menikah dengan Aaron, seperti aku yang akhirnya menikah denganmu.”
Lagi-lagi, Crystal memukul bahu Leo dengan keras, “Berhenti berkata omong kosong! Kau tidak lihat Irene sedang sekacau itu?”
Saat hendak menghabiskan botol kelima, Irene yang sudah tidak kuat akhirnya pun jatuh tak sadarkan diri dalam pelukan Aaron.
“Ah, tidak. Malam ini ia menghabiskan 4 botol, sudah kupastikan ia akan lebih berat dari malam sebelumnya.” gerutu Aaron dengan wajah pasrahnya.
Tak lama kemudian, langkah seseorang berjalan masuk ke dalam menghampiri meja mereka dan berhasil membuat Crystal serta Leo membuka mulut serta matanya lebar-lebar.
“Kim Noah?! Bagaimana ini?” tanya Crystal khawatir.
“Berikan Irene padaku.” ujar Noah saat tiba di sebelah Aaron.
“Ia pergi bersamaku, maka aku yang bertanggungjawab untuk mengantarkannya pulang." Tanpa menoleh ke arahnya, Aaron menjawab ucapan Noah.
“Aku calon suaminya, jadi kau tak punya hak untuk mengantarnya pulang.”
Aaron terdiam. Noah segera mengangkat Irene dan membawanya ke mobil dan melaju menuju apartment tempat Irene tinggal.
“Kenapa kau membatalkan kontrak itu?” tanya Noah saat berhasil merebahkan Irene di atas kasur.
Irene yang masih dalam pengaruh alkohol pun hanya bisa terdiam dengan mata yang terpejam.
Saat hendak melangkah pergi, langkah Noah terhenti saat mendengar sesuatu dari mulut Irene. “Aaron, maaf jika aku harus merepotkanmu lagi malam ini.” gumam Irene yang kembali terdiam.
Noah menatap Irene yang masih tidak mampu untuk menyadarkan diri lalu kembali melangkahkan kakinya keluar dari unit Irene.
*
Berita mengenai pernikahan Irene telah menyebar luas di Perusahaannya meski Irene belum membagikan kartu undangan pernikahan kepada siapa saja yang akan ia undang nantinya.
Beberapa orang di kantor membicarakan jika Irene akan menikah dengan pria tampan dan kaya raya, sementara beberapa orang lainnya percaya jika yang akan menjadi mempelai pria adalah Aaron, meski telah dipatahkan oleh orang-orang yang percaya jika Aaron benar-benar tengah dekat dengan Yeri.
Menghadapi berita tersebut, Irene hanya bisa tersenyum manis saat beberapa di antara mereka berkata jika mereka sangat tak sabar untuk segera datang menghadiri acara pernikahan Irene nanti. Andai saja mereka tahu jika Irene sangat tertekan dengan acara pernikahannya sendiri. Bahkan Irene lebih memilih untuk hidup sendiri selamanya dibandingkan harus menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak mencintainya, karena hal tersebut sangat buruk bagi Irene.
“Bahkan aku tidak dapat membayangkan bagaimana hari-hari dalam hubungan pernikahanku nanti.” keluh Irene yang tengah bersandar di kursi ruangannya sambil menghadap ke arah langit-langit dengan mata tertutup.
Meski sangat menyukai Noah sejak masa sekolah, tentu Irene tidak pernah ingin membuat Noah terpaksa untuk menyukainya. Irene ingin Noah benar-benar mencintainya tanpa paksaan, seperti bagaimana Noah mencintai Suzy saat keduanya masih bersama.