bc

Sayap Patah Sang Bidadari

book_age18+
1.0K
FOLLOW
10.0K
READ
revenge
HE
age gap
stepfather
tragedy
like
intro-logo
Blurb

BUKU KETIGA dari Seri Keluarga Blanchard

Gadis cantik itu bernama Seraphine Elaina Blanchard. Sejak remaja, Keifer Limanjaya telah menjadi dunianya. Keifer adalah cinta pertama yang terus Sera kejar selama sepuluh terakhir.

Ketika perjuangan Sera hampir berbuah manis, sebuah malam kelam yang dia alami bersama mantan kekasihnya menghancurkan semua. Ketika kenangan akan malam penuh nista itu terus menghantui, Sera memilih menutup diri, mengubur mimpi, dan mengakhiri cinta yang pernah dia miliki.

Di tengah kehancuran Sera, dua cinta datang untuk menopang dan membantunya menemukan kembali pijakan. Akankah cinta itu mampu membuat Sera bangkit dan menata kembali mimpinya yang telah direnggut demikian kejam?

chap-preview
Free preview
1. Keputusan yang Salah
"Hai, mon beau!" Gadis bernama Seraphine Elaina Blanchard melambai ceria memasuki ruang kerja Keifer Limanjaya di BLC Corp. Tanpa sungkan dia menghampiri si pemilik ruangan. "Lagi sibuk apa kesayangannya aku?" Melihat kedatangan Sera membuat Keifer langsung mendesah lelah. "Sera, sudah berapa kali aku bilang? Jangan sembarangan datang ke sini!" Dua bulan terakhir, intensitas kunjungan Sera ke ruangan Keifer jadi terlalu sering. Tepatnya sejak Sera membawa paksa Keifer untuk menemani gadis itu menghadiri pesta pernikahan kakak tengahnya, Raline Carina Blanchard dengan Noe Camaro. Sebelumnya, Sera memang kerap mengganggu Keifer, tetapi tidak sampai sesering ini. Kini, Keifer merasa Sera terlalu terang-terangan menunjukkan kedekatan mereka kepada semua orang. Gadis itu seolah-olah tidak peduli dengan pandangan semua pegawai di BLC Corp. "Galak banget kamu, Keif!" Tidak ada nada tersinggung sama sekali dalam suara Sera, yang ada gadis itu malah terdengar geli. Dia memutar kursi kerja Keifer, lalu membungkuk mengamati wajah pria itu. "Kalau lihat muka kamu yang seperti ini, kayaknya kamu stres gara-gara banyak kerjaan ya?" "Kalau tahu aku banyak kerjaan, kenapa kamu masih saja ganggu?" Tugas Keifer adalah memegang kendali seluruh sistem keamanan di BLC Corp, baik fisik juga digital. Tentu bukan tugas yang mudah, tetapi Keifer sudah berhasil menjalankannya selama enam tahun. Hebatnya lagi, Keifer tidak hanya bertanggung jawab atas sistem keamanan di kantor pusat, tetapi juga seluruh kantor cabang, serta rumah pribadi Keluarga Blanchard. "Mau aku yang maju menghadap bos kamu?” Sera kembali berdiri tegak seraya mengedarkan pandang ke seluruh ruangan. “Biar aku yang bilang supaya kerjaan kamu dikurangi." Bos yang Sera maksud adalah kakak pertamanya sendiri, Jett Kendrick Blanchard, yang kini menjadi pimpinan tertinggi di BLC Corp, menggantikan ayah mereka Evrard Blanchard. Andai harus maju menghadap Jett, Sera jelas sama sekali tidak takut. Meski ibu mereka berbeda, tetapi kedekatan Sera dan Raline dengan Jett tidak perlu diragukan. "Sera, sebenarnya mau apa kamu terus-menerus datang ke sini?" tanya Keifer lelah. "Keif, kantor ini punya papa aku loh!” seru Sera berlagak protes. “Aku juga masih anak papa yang sah, belum didepak dari kartu keluarga." "Debat sama kamu memang melelahkan, Sera." Keifer memijat pelipisnya yang terasa menegang. Sudah sejak lama dia tahu betapa pandai mulut Sera memainkan kata-kata, bahkan sejak gadis ini masih kecil, kemampuan bicaranya sudah mencengangkan. Segera saja Sera tersenyum jail, lalu bertanya dengan nada menggoda, "Jangan didebat, disayang aja gimana?" Keifer tidak menggubris candaan Sera. Dia malah bertanya dengan dingin, "Kali ini, apa lagi alasan kamu datang?" "Cuma mau mengingatkan kamu soal besok." Kening Keifer langsung berkerut. "Ada apa memangnya?" "Jangan lupa sama janji kamu." "Janji?" Sera berdecak sebal sambil matanya mendelik galak. "Besok itu malam ulang tahun aku. Aku bakal datang ke apartemen kamu. Ingat, siapkan jawaban yang sudah kamu janjikan sama aku." Keifer langsung terlihat paham, tetapi dia tidak menanggapi. "Aku bakal tagih jawaban kamu tepat jam 12 malam," ujar Sera sambil mengedip genit. "Kasih jawaban yang membahagiakan untuk pernyataan cinta aku yang kesepuluh ini, oke?" Keifer sangat tahu janji apa yang Sera maksud. Namun, dia tidak yakin bisa memenuhinya. Begitu banyak pertimbangan dalam benak Keifer. Pertama, dia telah mengabdi untuk Keluarga Blanchard selama 30 tahun. Jika dia menjalin hubungan dengan putri bungsu mereka, bukankah rasanya ini bagai sebuah pengkhianatan? Kedua, usia mereka yang terpaut sangat jauh. Bayangkan, pantaskah seorang pria berusia 43 tahun memacari gadis 23 tahun? Ketiga, Keifer bukanlah seorang pria dengan masa lalu yang bersih. Dia merasa tidak layak untuk gadis sesempurna Sera. Sera seolah-olah tidak memedulikan beban yang menggelayuti pikiran Keifer. Dia malah langsung berpamitan begitu saja. "Aku balik dulu ke Accent." "Sudah selasai?" gumam Keifer bingung. "Aku harus cepat-cepat, banyak kerjaan yang harus aku selesaikan." "Kamu datang hanya untuk bilang yang tadi?" tanya Keifer setengah tidak percaya. Bukan Keifer ingin Sera berlama-lama di sini. Hanya saja, jika sekadar untuk menyampaikan pesan, bukankah bisa dilakukan melalui telepon saja? Sera mengangguk ceria, lalu menjawab dengan tidak peduli, "Memastikan kamu enggak lupa atau pura-pura lupa." Usai meninggalkan BLC Corp, Sera segera kembali ke Accentuate, tempat usaha yang tengah dirintisnya. Accentuate adalah sebuah toko pakaian dengan menyasar kalangan muda sebagai target pasar. Selain menjual pakaian-pakaian yang diproduksi dalam jumlah banyak, Sera juga menerima pesanan untuk rancangan khusus. Semuanya berangkat dari kecintaan Sera akan dunia fesyen. Dia mulai memupuk mimpi sejak usia 19 tahun, saat masih menempuh pendidikan di ESMOD Jakarta. Tekad Sera bertambah kuat saat mendapat kesempatan mengikuti program pertukaran pelajar dengan ESMOD International di negara leluhurnya. Sepulangnya dari Paris, Sera langsung membulatkan tekad untuk merintis Accentuate dengan menggunakan modal sendiri. Awalnya, Sera memulai usaha kecil-kecilan saja. Dia hanya dibantu oleh satu pegawai dan penjualan dilakukan via daring. Melihat tanggapan pasar yang cukup baik, Sera memberanikan diri menyewa sebuah ruko dan menyulapnya menjadi toko pakaian. Tahun lalu, Sera mulai menambah pegawai. Dari awalnya hanya satu pegawai yang membantu Sera dalam segala hal, kini dia memiliki dua orang penjahit dan satu orang yang membantu mengurusi administrasi. Memang masih jauh dari kata sukses, tetapi Sera bangga dengan pencapaiannya sendiri yang berhasil dia raih tanpa bantuan kedua orang tuanya. "Mbak Sera habis gangguin Mas Beau lagi?" canda Kinkin begitu Sera muncul. Lelaki kemayu ini adalah pegawai setia Sera yang mengikutinya sejak awal. ‘Mas Beau’ adalah panggilan kesayangan Kinkin untuk Keifer. Panggilan ini muncul karena Sera sering memanggil Keifer dengan sebutan ‘mon beau’. Beau sendiri artinya tampan, sedangkan mon menunjukkan kepemilikan. "Bukan gangguin Kinkin, aku cuma memastikan kepemilikan aja," bantah Sera angkuh. Jeje segera ikut menggoda Sera. "Tumben baliknya cepat, Mbak." "Banyak kerjaan, Je.” "Perasaan biasa aja, Mbak," sahut Kinkin dengan nada mengejek. "Aku itu lagi persiapan tau,” balas Sera ceria. “Kalau besok kesayangan aku kasih jawaban sesuai harapan, kalian bakal aku kasih libur satu minggu." "Mbak Sera jangan main-main!" seru Saras dari lantai bawah. Sera berdecak geli, lalu balas berteriak, "Kalau ada kata libur kamu langsung dengar aja, Ras!" "Itulah Saras, Mbak,” sahut Saras bangga. “Kuping harus selalu awas." Kuping Saras memang luar biasa tajam. Pasalnya dia selalu berjaga di lantai bawah, sementara ketiga orang lainnya lebih sering berada di atas karena tugas Saras adalah menerima tamu dan melayani pembeli. Sera biasanya akan turun jika ada tamu khusus yang ingin berkonsultasi soal rancangan dan saat jam-jam padat pembeli. Selebihnya, dia lebih sering merancang dan menjahit pesanan khusus di atas. "Mbak, tapi memangnya Mas Beau sudah kasih sinyal positif?" tanya Kinkin dengan wajah usilnya. Sera mengangkat bahu tidak peduli. "Optimis aja sih, Kin." "Mbak Sera, ada yang datang." Kali ini Saras muncul di tangga teratas. "Siapa, Ras?" Dari wajah pegawainya, Sera bisa menangkap sesuatu yang mencurigakan. "Mantan kesepuluh," bisik Saras sepelan mungkin. Langsung saja Sera mendelik sebal. "Mau apa lagi deh dia itu?" "Curiga mau ngajak balikan, Mbak," celetuk Jeje. "Ogah!" desis Sera jengkel. "Tolong bilangin aja kalau aku sibuk, Ras." "Aku juga sudah bilang gitu, Mbak, tapi Mas Abram maksa. Kata dia pokoknya bakal tunggu sampai Mbak Sera ada waktu." "Ya, sudah.” Sera mendengkus malas. “Tolong suruh dia tunggu sebentar lagi." Kinkin menahan tangan Sera yang hendak menuruni tangga. "Mbak yakin mau ketemu sama Mas Mantan?" "Mau enggak mau, Kin,” sahut Sera malas. “Kalau enggak ditanggapi, anaknya bakal ngotot terus." Beberapa langkah sebelum mencapai lantai bawah, Sera sudah bisa melihat tamu penganggu yang datang tanpa diundang itu. Abram Ferdian, mantan kekasihnya yang kesepuluh, yang baru saja dia putuskan dua bulan lalu. Abram adalah kakak kelas Sera saat SMA. Tahun lalu mereka bertemu di acara ulang tahun salah satu teman Sera. Abram yang memang sempat menyukai Sera saat SMA segera melancarkan serangan untuk mendekati gadis itu. Kebetulan Sera belum lama patah hati akibat pernyataan cintanya yang kesembilan kali ditolak lagi. Pada akhirnya, mereka berpacaran. Namun, hubungan itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar delapan bulan saja. "Ada apa, Bram?" tegur Sera dengan nada datar. Abram segera berdiri, lalu menarik tangan Sera. "Jalan yuk!" Sera langsung menepis tangan Abram dengan perasaan risih. "Kamu enggak lihat aku masih kerja?" "Aku bisa tunggu sampai kamu selesai," balas Abram cepat. "Bram, kamu enggak lupa kalau kita sudah putus, 'kan?" tanya Sera lelah. Sejak hubungan mereka berakhir dua bulan lalu, Abram masih terus saja mengganggunya. "Putus bukan berarti enggak boleh saling kenal lagi, 'kan?" sahut Abram diplomatis. "Kenal sama jalan bareng itu beda, 'kan?" balas Sera tidak kalah bicara. Abram tersenyum sedih. "Aku cuma mau kasih kamu hadiah." "Hadiah?" gumam Sera tanpa minat. Abram mengangguk meyakinkan. "Hadiah ulang tahun, sekaligus perpisahan. Setelah ini, aku janji enggak akan ganggu kamu lagi." "Kamu janji?" tanya Sera sangsi. Abram kembali mengangguk cepat. "Apa hadiahnya?" "Ada di studio aku." Abram tersenyum lebar seraya berkata, "Kita ambil sama-sama ya?" Sera mengernyit tidak suka. "Kenapa harus di sana?" "Hadiahnya lagu, Sera. Aku mau kamu dengar langsung di studio." Sera tahu jika Abram memang seorang pencipta lagu. Pemuda ini juga biasa menyanyikan lagu-lagunya, kemudian diunggah di media sosial. Hasilnya, Abram memang cukup terkenal di media sosial. "Hanya dengar, setelah itu aku pulang. Oke?" ujar Sera memastikan. "Oke!" Abram mengangguk senang. Akhirnya, Sera memutuskan untuk pulang lebih dahulu agar bisa mampir ke studio milik Abram tanpa perlu pulang kemalaman. Studio Abram merupakan sebuah rumah tinggal yang disulap menjadi tempat rekaman. Pemuda itu pun tinggal di sana karena keluarganya berada jauh di Medan. "Gimana lagunya menurut kamu?" tanya Abram penuh harap setelah memperdengarkannya kepada Sera. "Bagus," puji Sera tulus. "Bisa menjual enggak?" "Mungkin. Aku kurang paham.” Sera menggeleng tidak yakin. “Enggak berani kasih pendapat." "Sebenarnya aku enggak begitu peduli lagu ini bakal laku atau enggak.” Abram mematikan pemutar lagu, lalu menghampiri tempat Sera duduk. “Aku lebih berharap kamu mau balik lagi sama aku." "Bram, sudah berapa kali aku bilang? Kita enggak akan pernah balikan lagi. Tolong pahami itu, Bram," ujar Sera lelah. Abram duduk di sisi Sera, lalu mengambil tangan gadis itu dengan berani. "Sampai hari ini aku masih enggak mengerti letak kesalahan aku yang bikin kamu tega minta putus begitu aja." "Aku sudah bilang, kita hanya enggak cocok aja, Bram.” Sera mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Abram. “Kamu enggak salah apa-apa, akunya aja yang enggak bisa." Namun, bukannya melepaskan tangan Sera, Abram malah mencengkeramnya makin kuat. "Kamu serius akan terus begini, Sera?" "Maksud kamu apa?" Alarm tanda bahaya dalam otak Sera mulai menyala ketika menyadari mata Abram yang kemerahan. Abram mencondongkan tubuh sambil tetap mencengkeram kedua tangan Sera. "Kamu enggak akan mempertimbangkan lagi untuk kembali sama aku?" "Maaf, Bram, tapi enggak. Aku enggak mau." Sera menggeleng tegas seraya memundurkan tubuh, berusaha menghindar dari Abram. Namun, jarak yang sudah sangat dekat membuat Sera bisa mencium aroma alkohol yang cukup pekat dari mulut Abram. Seketika Sera merasa waswas. Apakah pemuda ini sedang dalam keadaan mabuk? Andai tadi dia bisa menciumnya, tentu Sera akan menolak mati-matian diajak ke sini. Sayang, masker yang Abram gunakan saat berada di luar membuat baunya tersamar. Dia baru membukanya setelah tiba di studio. Abram menggeleng dengan tatapan yang terlihat janggal. Seringai licik mulai tampak di wajahnya. "Aku rasa kamu memilih keputusan yang salah, Sera." "Kamu mau apa?" tanya Sera gentar ketika melihat kilat jahat di mata Abram. Dia berusaha mendorong tubuh pemuda itu menjauh, tetapi sia-sia. "Pertimbangkan lagi sebelum kamu menyesal," ujar Abram dengan nada mengancam. Sebelah tangannya terangkat mencengkeram pipi Sera. "Bram, kamu buat aku takut," bisik Sera benar-benar ketakutan. Abram kembali tersenyum licik. "Kalau kamu berubah pikiran dan mau balik sama aku, aku janji akan jadi baik, tapi kalau kamu tetap keras kepala, aku akan berubah jadi jahat." Usia mengucapkan ancaman itu, Abram menarik rambut Sera dengan kasar. Jari-jari besar Abram mencengkeram rambut cokelat kemerahan Sera yang tergerai indah. "Bram!" desis Sera terkesiap. Seumur hidupnya belum pernah dia menerima perlakuan kasar seperti ini. "Aku enggak main-main, Sera. Aku serius dengan ucapan aku,” bisik Abram penuh ancaman. “Aku bisa jadi sangat jahat dan kamu akan menyesali itu." Saat itu juga Abram merenggut pakaian Sera dengan kasar sehingga setengah bagiannya koyak seketika. "Abram!" jerit Sera ketakutan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.3K
bc

After That Night

read
8.4K
bc

Revenge

read
15.4K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.8K
bc

BELENGGU

read
64.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.2K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook