3. Penantian Sepuluh Tahun

1600 Words
Keifer meninggalkan Accentuate dengan banyak tanya memenuhi kepalanya. Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan Sera sampai sikap perempuan itu bisa berubah demikian drastis? Selama ini, Keifer terbiasa dengan Sera yang selalu mengejar-ngejar dirinya. Menunjukkan perasaannya dengan terang-terangan tanpa malu sama sekali. Seperti itulah Sera yang Keifer kenal. Bukan sosok yang tiba-tiba berubah dingin dan terkesan tidak terjangkau seperti yang baru saja ditemuinya. Bukan Keifer kecewa karena Sera kini seolah-olah tidak memiliki ketertarikan lagi kepadanya, hanya saja dia terlalu mengenal perempuan itu. Keifer kenal betul seceria apa sosok Sera. Dia hafal betul dengan kecerewetan dan sikap seenaknya Sera. Namun, tiba-tiba saja Sera berubah dewasa dalam semalam. Bukankah ini merupakan sesuatu yang patut dipertanyakan. Belum lagi sikap tidak peduli Sera terhadap jawaban Keifer setelah penantian bertahun-tahun. Semalam seharusnya Sera datang ke apartemen Keifer untuk menyatakan cintanya tepat pukul dua belas malam. Pernyataan cinta kesepuluh yang Sera lakukan selama sepuluh tahun terakhir setiap kali perempuan itu berulang tahun. Tiba-tiba saja Keifer teringat akan kejadian sepuluh tahun silam, ketika Sera menyatakan cinta untuk pertama kali. "Keifer." Sera tampak malu-malu menanti di belakang sosok Keifer yang tengah berdiri sendirian pada halaman depan rumah Keluarga Blanchard. Suara gadis remaja itu pun kedengaran sama malunya. Tubuh tegap Keifer berbalik. Dia menunduk ke arah Sera, lalu tersenyum samar. "Kamu panggil aku?" Sera mengangguk gugup. Keifer yang jangkung harus membungkuk di hadapan Sera agar gadis itu tidak perlu terlalu mendongak. Padahal, untuk ukuran gadis berusia 13 tahun, tubuh setinggi 160 cm sudah tergolong di atas rata-rata. Namun, Keifer masih jauh lebih tinggi lagi. Kepala Sera bahkan masih jauh dari bahu Keifer. "Kenapa hanya panggil nama aku?" tanya Keifer heran. "Mulai sekarang aku enggak mau panggil kamu uncle lagi," balas Sera berani. Wajah Keifer tampak makin heran. “Kenapa begitu?” "Memangnya enggak boleh?" Keifer tersenyum lebar. Gadis remaja bermata cokelat terang ini terlihat sangat menggemaskan. "Bukan tidak boleh, hanya agak aneh.” “Apa anehnya?” cecar Sera tidak terima. “Aku ini jauh lebih tua dari kamu, Sera." "Tapi selama ini aku panggil Jett hanya nama," bantah Sera. Perlahan Keifer mengangguk. Ucapan Sera memang benar. Beda usia antara gadis itu dengan kakak tertuanya memang jauh, tepatnya 18 tahun, dan Sera hanya memanggil Jett dengan namanya saja. Jadi, wajar kalau gadis itu keberatan memanggilnya ‘uncle’ karena Keifer hanya dua tahun lebih tua dari Jett. "Kalau begitu terserah kamu saja," ujar Keifer mengalah. "Keifer, aku mau bilang sesuatu." Tiba-tiba saja Sera memberanikan diri menyentuh lengan Keifer dengan sebelah tangannya, sementara tangan yang satu lagi tersembunyi di balik punggung. "Apa itu?" "Makasih sudah jagain aku semalam ya. Temani aku waktu tidur sampai aku enggak takut sama suara hujan lagi," ujar Sera senang. Semalam, kedua orang tua Sera memang tidak ada di rumah. Itulah sebabnya Keifer diminta berjaga untuk menemani Sera dan Raline. "Sama-sama." Keifer tersenyum samar, kemudian menepuk lembut kepala Sera. "Ada lagi yang mau aku bilang," ujar Sera cepat sebelum keberaniannya hilang. "Apa?" “Hari ini kan aku ulang tahun, umur aku udah 13,” bisik Sera gugup. “Kamu mau minta sesuatu?” tebak Keifer. Sera langsung mengangguk senang. “Apa yang mau kamu minta?” “Kamu mau jadi pacar aku?" tanya Sera dalam sekali embusan napas sambil menyerahkan setangkai bunga yang sejak tadi dia sembunyikan di balik punggung. Keifer terenyak mendengar pernyataan cinta dari gadis kecil di hadapannya. Bagi Keifer, hal ini jelas konyol. Mana mungkin dia memacari gadis kecil yang usianya lebih muda 20 tahun darinya? Apa kata orang? Lagi pula, bagaimana bisa Keifer memacari gadis yang saat bayinya saja dia gendong-gendong? Melihat Keifer termangu, Sera melangkah maju dengan berani, berjinjit, kemudian mengecup pipi pria itu. "I love you, Keif!” Keifer termangu beberapa saat. “Sera?” bisik Keifer saat dirinya mulai pulih dari keterkejutan. “Gimana? Kamu mau jadi pacar aku?” Sosok gadis kecil di hadapannya terlihat menanti penuh harap, membuat Keifer jadi serba salah. Ingin langsung menolak, dia tidak tega. Akhirnya, Keifer mencoba bertanya hati-hati, “Sera, kamu ini bicara apa?” “Kurang jelas ya?” Cepat-cepat Keifer menggeleng. “Bukan kurang terdengar, Sera. Tapi ucapan kamu itu mengejutkan.” “Kaget karena perempuan berani menyatakan perasaan duluan?” ujar Sera bangga. “Bukan soal itu juga.” “Terus apa?” tanya Sera bingung. “Karena kamu menyatakan perasaan kepada orang yang salah.” “Kenapa salah?” Wajah Sera terlihat tidak mengerti. “Kamu masih kecil, Sera. Seharusnya kamu menyatakan perasaan kepada anak laki-laki yang sepantar kamu. Bukan aku.” “Tapi aku sukanya sama kamu,” ujar Sera keras kepala. “Tapi aku terlalu tua untuk kamu. Kamu lebih pantas jadi adik aku.” Keifer mencoba memberi pengertian kepada gadis kecil yang terlihat sangat berkeras mempertahankan perasaannya ini. “Salah, mungkin lebih cocok jadi keponakan aku, bukan pacar.” “Aku enggak peduli, Keif. Cinta itu enggak lihat umur,” balas Sera sok bijak. Perkataannya sudah bagai orang dewasa saja. “Tidak bisa, Sera.” Keifer menggeleng tegas. “Kamu enggak suka aku?” Seketika wajah Sera terlihat sedih dan kecewa. “Aku enggak cantik?” “Kamu cantik, Sera. Aku juga suka kamu, tapi bukan sebagai pacar. Kamu terlalu kecil buat aku.” Keifer mencoba menyampaikan penolakannya sebaik mungkin dengan harapan Sera akan mengerti dan tidak sampai kecewa. Namun, reaksi Seraphine sungguh di luar dugaan Keifer. Gadis kecil itu sama sekali tidak tampak sedih. Sera malah menanggapinya dengan tenang dan tetap ceria. “Oke! Kalau sekarang aku masih terlalu kecil, suatu saat aku bakal jadi besar juga,” ujar Sera optimis. “Dan aku enggak akan bosan minta kamu jadi pacar aku.” Awalnya, Keifer mengira jika semua itu hanya keisengan semata, atau letupan perasaan yang sifatnya sementara. Namun, ternyata Sera benar-benar menepati perkataannya. Gadis itu terus mengulangi pernyataan cintanya setiap kali dia berulang tahun. Meski selalu ditolak, Sera tidak pernah menyerah. Dia tetap berjuang dengan gigih. Selama menanti Keifer, Sera bukan tidak pernah berpacaran. Sebanyak dia menyatakan cinta, sebanyak itu pula jumlah mantan kekasihnya. Setiap kali mengalami penolakan dari Keifer, Sera akan berpacaran dengan siapa saja yang mendekati dan menyatakan cinta kepadanya. Kemudian, satu atau dua bulan menjelang hari ulang tahunnya, Sera akan memutuskan sang pacar dengan harapan Keifer akan menerimanya. Begitu banyak hal yang Keifer pertimbangkan sehingga dia selalu menolak Sera. Bukan saja karena usia mereka terpaut jauh dan Sera masih kecil. Ketika Sera telah melewati usia 19 tahun, pandangan Keifer mulai berubah. Namun, masih banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan. Sebut saja hubungan Keifer dengan Keluarga Blanchard. Di samping itu, masih ada hal lain yang membuat Keifer begitu menutup diri. Bukan hanya terhadap Sera, tetapi semua perempuan lain yang mendekat. Pengalaman kelam dalam pernikahannya membuat Keifer enggan berurusan lagi dengan wanita. Segala kemelut pikiran Keifer harus terhenti karena kini dia telah tiba di rumah Keluarga Blanchard. Hari ini diadakan acara makan malam dalam rangka merayakan ulang tahun Sera yang ke-23 dan seperti biasa Keifer selalu diundang. Bukan hanya saat ulang tahun Sera, tetapi hampir dalam setiap acara keluarga. Hanya saja, terkadang Keifer yang merasa sungkan dan mencari alasan untuk tidak hadir. Suara orang bercakap-cakap dari dalam rumah sudah terdengar begitu Keifer mencapai teras. “Di mana anak itu?” tanya Jett yang terlihat bingung. “Ada di kamarnya,” balas Aubrey. Cheri memasang raut wajah sok tahunya. Putri kembar Jett ini segera berbicara dengan bahasa campur-campurnya yang masih juga belum hilang meski sudah berusia 15 tahun. “Kenapa the star of this party malah enggak turun?” “Sera kelihatan pucat saat pulang tadi dan sampai saat ini belum meninggalkan kamarnya sama sekali,” ujar Aubrey menjelaskan. Jujur saja dia sedikit khawatir melihat putrinya yang cerewet mendadak pendiam. Kini Raline mulai tampak khawatir. “Apa dia sakit?” “Mungkin dia kelelahan,” sahut Evrard berusaha tetap tenang. “Akhir-akhir ini sepertinya dia bekerja terlalu keras untuk Accentuate,” gumam Raline. Evrard mengangguk setuju. “Semalam saja dia tidak pulang.” “Dari malam sebelumnya sudah menginap di rumah temannya,” imbuh Aubrey. Begitu melihat kedatangan Keifer, Jett langsung bertanya tanpa ragu, “Keif, kamu tahu Sera kenapa?” “Sikapnya aneh sejak pulang tadi,” ujar Aubrey. “Sebenarnya itu juga yang ingin saya tanyakan,” jawab Keifer tidak enak hati. “Saya menemuinya di Accentuate tadi siang dan sikap Sera memang terlihat tidak seperti biasa.” “Apa terjadi sesuatu dengan kalian semalam?” tanya Evrard hati-hati. Perbincangan terakhirnya dengan Sera membuat Evrard tahu betapa dalam perasaan putrinya untuk Keifer dan seberapa besar harapannya terhadap pria ini. Jett langsung ikut bertanya, “Sera menemui kamu, ‘kan?” “Apa mungkin dia kecewa karena penolakan kamu lagi?” gumam Raline khawatir. Sejak Sera mengajak Keifer menjadi pendampingnya di acara pernikahan Raline dua bulan lalu, Keluarga Blanchard akhirnya tahu mengenai hubungan mereka yang aneh. Sebenarnya, Sera memang sengaja mengajak Keifer untuk memproklamirkan rasa cintanya untuk pria itu. Semua keluarga jadi tahu tentang kenekatan Sera yang menyatakan cinta sejak usia 13 dan mengulanginya setiap tahun. Hubungan mereka tidak ditentang, tetapi belum juga mendapat restu. Lagi pula, apa yang mau direstui jika resmi saja belum? Keifer menggeleng lesu. “Sera seharusnya memang menemui saya semalam, tapi dia tidak datang.” Tiba-tiba saja perhatian mereka teralih oleh ucapan Sebastian. “Bau apa ini?” “Alarm kebakaran!” seru Cheri menanggapi ucapan saudara kembarnya. “Saya akan periksa,” ujar Keifer sigap. "Noe, tolong bawa semua orang keluar, aku akan membantu Keifer!" seru Jett cepat, kemudian segera mengikuti Keifer. Keduanya berjalan tergesa menyusuri lantai bawah, berusaha menemukan sumber asap yang menyebabkan bau dan alarm berbunyi. Ketika tidak menemukan apa-apa di lantai bawah, mereka segera menaiki tangga. Tiba-tiba saja Keifer menyadari sesuatu. “Kamar Sera!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD