Hanya Itu Usahamu

1568 Words
        Sesampainya di lobi hotel, Carol pun duduk di sofa yang tersedia disana. Masih dalam keadaan menangis Carol menumpahkan semua rasa sakit dan sesaknya, tak pernah membayangkan semua ini akan terjadi padanya. Ibu Mike sengaja menghampiri Carol yang dilihatnya sendirian duduk di sofa, tak mau kehilangan kesempatan untuk mengganggu menantunya itu.          "Apa yang kau tangisi Carol, bukankah ini bisa membuka jalan bagimu juga?" suara ibu Mike terdengar dalam keheningan         "A, apa maksud mom?" mengernyitkan kening dalam dan menatap heran kepada sang mertua         "Tak perlu menampakkan wajah lugu mu Carol, kau pun memiliki seorang laki laki di belakang Mike bukan?" pertanyaan ibu mertuanya itu makin membuat Carol bertanya tanya, apa maksudnya         "Aku sungguh tak tahu mom, laki laki? Siapa aku tak pernah selingkuh dari Mike, laki laki mana yang mom maksud?" Carol kini pun berdiri mensejajarkan tubuh nya dengan ibu Mike, kembali memberikan tatapan heran siapakah laki laki yang di maksud oleh ibu mertuanya.         "Kau bisa saja mengelak nya Carol karena aku punya buktinya, sebaiknya kalian bercerai secepatnya!" memberikan kecaman nya kepada Carol yang menatapnya tak percaya, bisa bisa nya ibu Mike meminta nya untuk bercerai dengan Mike.         "Apa yang mom katakan, bagaimana bisa mom meminta kami bercerai?" Air matanya kembali mengalir mendengar perkataan yang di ucapkan oleh ibu mertuanya         "Kenapa tidak Carol, kau tak melihat apa yang di lakukan Mike kepada Jeniver? Dia adalah seorang anak gadis dari sahabat daddy Mike, namun Mike sudah merenggut hartanya yang sudah di jaganya. Apa yang akan di katakan oleh kedua orang tuanya jika mengetahui kejadian ini dan jika Mike tak bertanggung jawab padanya lalu siapa yang akan bertanggung jawab?" memandang menantu nya dengan rasa tak suka         "Apa yang tante katakan, apa yang harus Mike pertanggung jawabkan pada gadis itu? Dia bahkan tak tahu apa yang sudah di lakukannya" Suara Rico menyela pembicaraan keduanya         "Kau sudah melihat bukti di tubuh gadis itu tadi Rico, dia bisa saja menuntut Mike menggunakan bukti tadi. Aku akan segera mengejarnya dan meminta nya untuk berdamai" melangkah pergi tanpa melihat Carol yang kini tampak menyedihkan, entah apa yang salah pada dirinya sehingga mertuanya sungguh tak menyukai dirinya.         "Jangan menangis lagi Carol, ayo aku antar kau pulang dulu. Bicarakanlah masalah ini dengan Mike dengan kepala dingin. Ingatlah Carol, aku akan selalu mendukung keputusanmu apapun itu. Kau sudah ku anggap sebagai adikku, walaupun Mike adalah sahabatku tak akan mengubah itu" mengelus rambut Carol yang sudah tak beraturan, wajahnya sembab dan masih ada air mata yang menetes di sana.         Tak ada jawaban dari nya, hanya anggukan yang di berika lalu Rico memgang kedua bahunya dan di bawa nya Carol ke dalam mobilnya. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah nya, Carol hanya diam dan bersandar pada sandaran jok mobil. Rico pun tak ingin mengganggu nya, dia tahu Carol membutuhkan waktu menyendiri. Rico pun tahu, ini adalah masalah terberat bagi rumah tangga Carol saat ini. Tak pernah dia duga, bahwa ibu Mike ternyata ingin memisahkan mereka berdua. Rico sungguh terkejut saat mendengarnya langsung dari mulut ibu Mike, apakah selama ini Carol sudah di incar untuk bercerai dengan Mike oleh sang mertua? Pertanyaan itu muncul setelah mendengar nya tadi. Dia memutuskan akan membicarakan nya kepada Mike saat masalah tadi sudah mulai reda.         Setibanya di rumah, Carol langsung berpamitan masuk ke dalam. Rico pun tak ingin menahan nya lebih lama lagi, malam ini sungguh malam yang melelahkan bagi Carol pastinya. Dia berjalan dengan gontai ke dalam rumah nya, menaiki tangga dengan perasaan asing di dalam rumah yang bercahaya temaram tak juga gelap. Carol memilih tidur di kamar tamu setelah membersihkan dirinya, dia akan beristirahat di sana untuk menenangkan dirinya. Carol belum juga terlelap, hanya tubuhnya yang berbaring di kasur saat ketukan terdengar di liar pintu kamar.          "Sayang, kau di dalam. Tolong buka pintunya, aku ingin bicara" suara Mike yang terdengar di ikuti ketukan perlahan, namun Carol tak juga bangkit untuk membukakan pintu nya         "Sayang, aku mohon buka pintunya. Kita harus bicara, aku tak tahu apa apa dengan kejadian tadi. Sungguh aku tidak dalam keadaan sadar" suara yang kembali terdengar di luar sana, tak dapat mengalihkan tubuh Carol untuk membukanya. Mata Carol yang tadi terbuka kini di pejamkannya, sehingga air mata nya kembali berjatuhan. Tak mendengar jawaban dan pintu yang masih tertutup membuat Mike tak lagi mengetuknya, dia juga merasakan lelah yang teramat sangat sehingga dia memilih untuk beristirahat dahulu. Tak mendengar suara di luar sana lagi, Carol membuka matanya memandang langit langit kamar dan tersenyum miris 'hanya itu saja usaha mu untuk mempertahankan ku Mike, apa selama ini hanya aku yang selalu bertahan melawan setiap masalah agar tetap bisa bersamamu..?'           Pagi harinya Mike terbangun saat Carol sudah berangkat kerja, melihat ke arah jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 9.30 Mike pun bergegas keluar dari kamarnya menuju kamar tamu mereka. Saat di buka nya pintu kamarnya, diapun tak mendapati siapa siapa di sana. Kasur yang sudah rapih, dan tak ada tanda tanda seseorang di kamar mandir. Mike kembali menutup pintu dan bersandar di sana "Apa yang sudah ku lakukan kenapa aku bisa ketiduran dan terlambat bangun. Bagaimana aku mengurus kesalah pahaman ini dengan Carol, apa aku minta bantuan Rico saja aah..." Meremas kepalanya yang kembali terasa sakit memikirkan masalahnya dengan Carol yang belum menemui jalan keluar.         Carol sudah mulai pekerjaannya sejak tadi, dia datang pagi pagi sekali saat karyawan lainnya belum ada yang datang. Bawahannya yang datang belakangan pun heran melihatnya sudah mulai pekerjaannya, dia hanya mengucapkan salam kepada Carol kemudian langsung sibuk dengan kerjaan nya juga. Tak lama kemudian, tampak Rico berjalan melewati ruangan Carol dan berhenti sejenak saat melihat Carol yang sudah di ruangan dan sedang sibuk bekerja. Dia tak mau mengambil pusing dengan dengan kehadiran Carol, Rico pun berfikir mungkin inilah cara Carol untuk mengalihkan pikirannya dengan masalah yang sedang menimpanya saat ini.         Sampai di ruangan nya, Rico melakukan panggilan menggunakan telepon kantor ke ruangan Carol "Halo Carol, tolong kemari sebentar" Panggil Rico saat sambungan telepon sudah terdengar suara Carol "Baik.." Jawab Carol setelahnya, Carol pun segera membawa berkas yang akan dia serahkan kepada Rico juga.         "Pagi Pak Rico, ini berkas yang anda minta kemarin" menyerahkan berkas ke meja Rico         "Terima kasih Carol, oh iya nanti siang kita akan bertemu Mr. Kaleid di restoran hotel tempat dia menginap kemarin" Menejelaskan alasan nya memanggil Carol ke ruangan nya         "Baiklah tuan, aku akan bersiap nanti" menatap Rico sejenak dengan mata yang masih sembab dan mengalihkan nya kemudian.         "Carol... Apa kau sudah berbicara dengan Mike?" Memperhatikan pergerakan Carol yang kini mulai menatapnya dengan mata yang tak dapat di artikan oleh Rico         "ehhmm,, belum pak, aku belum bertemu dengan nya" bohong Carol yang sebenarnya enggan untuk mengatakannya, Rico tahu itu dan dia pun tak ingin melewati privasi Carol yang cukup tertutup.         "Begitu.... Baiklah, nanti jam 11.30 kita akan berangkat ke restoran tempat pertemuan kita dengan Mr. Kaleid" Rico Memutus pembicaraan mereka agar Carol dapat kembali ke ruangan nya, dia tampak tak nyaman berlama lama di ruangan nya Rico.         "Baik pak, saya permisi dulu" Carol pun undur diri untuk pergi dari ruangan Rico, diapun berjalan menuju ke ruangan nya dan kembali mengerjakan pekerjaan agar cepat selesai sehingga saat keluar melakukan pertemuan nanti dia tak memikirkan pekerjaan nya yang belum juga selesai.         Rico dan Carol saat ini berada didalam mobil menuju tempat pertemuan mereka, Carol hanya diam selama perjalanan nya. Rico memilih mengendarai mobil sendiri, jadi hanya mereka berdua yang ada di dalam mobil sekarang ini. Rico sedang mencari bahan agar bisa mencair kan suasana yang tak menyenangkan ini, akhirnya pun dia mendapatkan pembahasan yang bagus menurutnya.         "Ehhemm... Apa kau tegang karena akan bertemu fans mu Carol?" mendengar perkataan Rico, Carol mengalihkan pandangan padanya merasa bingung siapa yang di maksud.         "Jangan bersikap seperti itu, kau lupa pada penggemar mu itu haha..?" kembali melanjutkan kalimat nya di selingi dengan tawa, Carol kembali bingung siapa sebenarnya yang di maksud oleh Rico         "Dia akan menyesal sudah mengidolakan mu Carol, ternyata kau pelupa... Mr. Kaleid, dia adalah penggemarmu kan?" Carol langsung melayangkan pukulan yang lumayan keras ke lengan Rico, yang kemudian di sambut tawa oleh keduanya         "hahaha... aku benar kan? Dia adalah fans mu dari awal pertemuan kalian" sambil memperhatikan perubahan wajah Carol, Rico kembali menggodanya          "Apa yang kau katakan Rico, dia terlalu tampan untuk jadi penggemar ku haha.." Akhirnya dia pun kembali tertawa lepas, setelah tangisan pilu yang sempat di lihat Rico kemarin malam. Sesaat sekarang ini wajahnya kembali ceria dan lebih berwarna, bukan tanpa alasan dia menggoda Carol tadi. Dia hanya ingin Carol terlihat biasa tak seperti sedang ada masalah, karena jika wajah nya tak seperti biasa pasti akan menimbulkan pertanyaan nantinya.         Sampai di restoran hotel tempat mereka membuat janji, mereka langsung naik ke lantai tempat pertemuan mereka. Mr. Kaleid yang terlebih dahulu sampai, dia pun sudah duduk dengan menghadap ke arah datang nya Rico dan Carol. Sepanjang jalan Carol dan Rico tampak tersenyum bercanda, membuat Kaleid yang melihat pun ikut tersenyum.         "Selamat siang tuan Rico, Apa kabar?" Kaleid berdiri dan menyalami Rico         "Selamat siang Mr. Kaleid, seperti yang anda lihat sekarang ini tentu sangat baik" jawab Rico         "Senang bertemu dengan mu nona Carol..." Gilirannya menyalami Carol dengan senyum manis nya memberi sapaan kepada Carol, ketampanan nya sungguh tak bisa di ragukan. Saat ini semua wanita terpanah menatapnya tak berkedip         "Terima kasih Mr. Kaleid, senang bertemu dengan mu" Memberi senyum yang tak kalah manisnya, sehingga kini Kaleid yang terpesona hingga tangan yang menyalami Carol pun masih menggenggam tangan Carol dengan erat disana         "Ehheeemmm...Mari kita duduk" Rico melihat tatapan memuja dari Kaleid kembali, dia pun menghentikan tatapan itu dengan mengajak mereka duduk
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD