Rico tak dapat menyembunyikan kekesalannya saat melihat temannya yang tertidur, apalagi melihat kondisi Carol saat ini yang sangat menyedihkan. Rico dapat merasakan bagaimana perasaan Carol sekarang ini, karena Rico tahu betapa cinta nya Carol kepada Mike. Rico berusaha membangun kan sahabatnya itu, namun Mike tak kunjung juga tersadar.
"Apa yang terjadi kepada Mike? Mengapa dia tak sadarkan diri?" Rico bertanya kepada Jeniver, dia tampak kaget karena tak menyangka Carol akan datang dengan sahabat Mike yang di kenalnya juga. Jeniver tampak mengenakan gaun tidur yang cukup terbuka sesaat sebelum Rico berhamburan masuk, diapun bergegas mengenakan juga tidur untuk menutupi pakaian nya yang terbuka.
"Ti, tidak tahu. Aku tidak tahu apa apa, a, aku hanya datang saat di telepon oleh Mike tadi. Dia mengatakan ingin di temani oleh ku, makanya aku, aku bergegas kemari" jawab Jeniver dengan tergagap, dia bingung harus mengatakan apa. Karena dia pun di telepon oleh ibu Mike untuk datang ke hotel, dan merayu Mike yang sudah setangah mabuk.
"Jangan bohong Jen, kau akan menyesal jika kau berbohong dan di ketahui oleh Mike tentang masalah ini" memberi kecaman kepada Jeniver yang sudah ketakutan, Jeniver sebenarnya tak menyangka bahwa ibunya Mike akan melakukan hal yang tak masuk akal seperti ini kepada anaknya.
"Be, benar aku tak tahu apa apa, aku hanya di telepon untuk kemari" Menundukkan kepalanya dan mulai menitikan air mata nya, dia sungguh menyesal sudah membantu rencana ibunya Mike. Sekarang satu satunya hal yang dia pertahankan untuk suaminya kelak pun telah hilang, karena tadi Mike sempat menggila dan melakukan nya dengan paksaan kepada Jeniver.
Mengalihkan pandangan nya kepada Mike kembali, dan memikirkan cara untuk membangunkan Mike yang masih tak sadarkan diri. Rico pun menemukan cara dengan menyirami Mike dengan air yang terletak di atas nakas.
"Rico,,,jangan.... " Carol berusaha menghentikan gerakan Rico dengan menahan lengan nya, namun terlambat air di dalam gelas sudah berpindah ke wajah Mike yang kini mulai menggeliat karena siraman yang Rico lakukan.
Rico melihat Carol yang masih memegang tangan nya pun langsung memindahkan tangan Carol "Biar aku yang akan mengurusnya sekarang, kau tak perlu takut Carol. Aku akan menginterogasinya untuk mu, tenangkan dirimu. Ok!" Rico berusaha menenangkan Carol yang masih sesegukan, dia tahu Carol tak kan berbicara dengan Mike sekarang karena rasa syok nya.
"eng.. ahh.. ada apa ini" Mike mengerjapkan mata nya, menekan kepalanya yang terasa berdenyut hebat. Rasa pusing masih menyelimutinya saat ini, dengan perlahan dia menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Sementara itu, Jeniver kembali merasa tegang, dengan meremas kedua tangan nya yang sudah basah sedari tadi berharap bisa menenangkan nya.
Beberapa saat kemudian, Mike sudah dapat melihat sekitarnya sekarang walau masih dengan keadaan kepalanya yang berat. Diapun sedikit bingung dengan keadaan nya "Rico, aku dimana?" masih sambil menekan pelipisnya dia terduduk sambil bersandar di headboard tempat tidur.
"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan Mike. Ada apa dengan mu, hahhh?" Dengan geramnya Rico berteriak kepada Mike yang masih tampak linglung, Carol dari belakang menahan langkah Rico dengan menarik bajunya.
"Apa maksudnya Rico, aku tadi sedang ada pertemuan tapi..." mengedarkan pandangan nya, Mike pun melihat Jeniver yang tertunduk dengan pakaian tidur, dia melihat dirinya sendiri dan mendapati sedang tak memakai satupun pakaian hanya selimut yang menutupinya.
"Jeniver, apa yang sudah terjadi. Bagaimana kau bisa ada disini, tadi aku sedang makan malam dengan klien... Tidak... aku sudah akan menjemput Carol, iya benar. Carol...." Mike mendengar suara sesegukan Carol pun menghentikan perkataan nya, Mike kini semakin gugup entah apa yang terjadi. Dia tak mengingatnya sama sekali bagaimana bisa ada Jeniver di sini, Rico yang tampak marah, Carol yang sedang menangis juga dia yang tak memakai busana. Seketika Mike tersadar bahwa sedang ada salah paham di sini, dia pun memanggil istrinya kembali.
"Carol, dengarkan aku ini semua salah paham. Ini tak seperti yang kau fikirkan sayang, aku akan menjelaskan padamu tolong percayalah padaku" bujuk Mike kepada Carol yang masih menangis di belakang Rico, dia tak sanggup melihat wajah sang suami saat ini.
"Apa yang akan kau katakan Mike, apanya yang salah paham. Aku sungguh menyesal membiarkan mu menikahi Carol jika akhirnya dia harus merasa sedih dengan menyaksikan mu yang seperti ini" membawa Carol ke hadapan Mike, memperlihatkan bagaimana sedihnya istri sahabatnya itu saat ini.
"Carol, aku mohon percayalah ini semua tak seperti yang kau fikirkan. Aku akan menjelaskan nya padamu, sungguh aku tak melakukan apa pun pada nya. Kau bisa bertanya langsung pada Jeniver, tolong katakan pada istriku Jen..." menatap ke arah Jeniver yang tertunduk dan memintanya menjelaskan apa yang terjadi, namun Jeniver hanya diam dan masih menunduk kan kepalanya.
Dari arah pintu kamar tampak ibu Mike masuk dengan terburu buru tanpa mengetuk, dia pun melihat keadaan yang cukup menegangkan di sana.
"Mike apa yang kau lakukan? Tadi kau menelpon Jeniver dan dia segera pergi saat menyelesaikan telepon dengan mu, dan sekarang kenapa dia hahh...?" Ibu Mike seolah membela Jeniver yang tadi di buru beberapa pertanyaan oleh Mike, Ibu Mike memegang kedua bahu Jeniver dan seolah melihat Carol yang menatap tak percaya kepadanya.
Bagaimana bisa seorang ibu mertua tak memperdulikan menantunya saat ini, melihat ada yang salah dari sikap ibu Mike, Rico pun angkat bicara.
"Bibi aku harus meminta penjelasan kepada Mike, dia melakukan hal yang tidak benar!" Mencoba mencari keadilan untuk Carol yang tak dianggap oleh ibu Mike
"Apa yang tidak benar Rico, bibi juga ingin meminta penjelasan nya. Tadi saat tante bersama Jeniver, Mike tiba tiba menelpon nya dan meminta Jeniver untuk menemui nya..." Mike menyela kalimat ibunya yang belum selesai
"Tidak benar, itu tidak benar mom. Aku tidak pernah menelponnya, aku mengingatnya sangat mengingatnya" bantah Mike tak ingin Carol salah paham lebih dalam lagi
"Bagaiman kau bisa yakin kau tak meminta nya kemari, apa kau sadar sekarang huh.. Apa kau juga yakin tak melakukan apa apa pada Jeniver saat bersamamu tadi?" mencoba memojokkan Mike
"Aku yakin mom, aku tak mungkin melakukan hal yang tak sesuai dengan yang aku inginkan. Aku tak menyukainya mom, jadi aku tak akan melakukan hal yang boleh ku lakukan padanya" dengan yakinnya Mike berkata demikian
"Apa ini yang kau sebut tadi Mike, kau bilang tak akan melakukan hal yang tak benar begitu kah?" juga tidur Jeniver pun di buka paksa oleh ibu Mike, menampakkan bekas cumbuan Mike yang masih terlihat sangat jelas di bagian leher hingga d**a atas Jeniver yang tak tertutupi gaun tidurnya.
Carol membelalakkan matanya melihat bagaimana kondisi Jeniver saat ini, air mata Carol pun mulai tumpah kembali tanpa dapat di tahan sedikitpun. Sungguh dalam semalam dunianya hancur berkeping keping, hatinya teriris bahkan sakitnya kini tak lagi dapat di tahan oleh Carol. Mike terdiam melihat apa yang di tunjukkan oleh sang ibu, dia menggelengkan kepala dan menoleh ke arah Carol yang terisak perih.
Carol pun berlari keluar dari kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun, Rico yang melihat Carol keluar pun akan mengejar nya namun dia berhenti sejenak dan berkata kepada Mike.
"Aku benar benar kecewa pada mu Mike, kau mengkhianati kepercayaan ku. Ahhh....." Rico menendang kasur dan berlari keluar mengejar Carol, kini tinggallah Jeniver, Mike dan ibunya. Dengan cepat Jeniver berlari ke kamar mandi untuk mengganti pakaian nya agar dia dapat segera pergi dari sana.
"Mike kau bukan seorang pengecut kan, kau tahu harus bagaimana jika melakukan kesalahan bukan? Ibu percayakan Jeniver padamu, dia adalah anak sahabat ayahmu" Mike menyugar rambutnya dan menggenggam erat rambutnya, agar dapat menghilangkan rasa pusing yang teramat dengan adanya masalah malam ini.
"Apa yang sudah kulakukan, bagaimana aku menjelaskan semua ini kepada Carol. Aku tak mau kehilangannya, begitu bodohnya aku tak bisa mengendalikan diri. bruk,,bruk.." memukul kasur dengan kerasnya, kini Mike hanya tinggal sendiri di kamar itu. Merasakan frustasi dan tak tahu harus melakukan apa, akhirnya dia beranjak dan membersihkan diri agar dia bisa segera pulang menemui Carol.