Patricia

1016 Words
Haiii makasih sudah setia dengan cerita The Boss Mafia and My Husband ya teman teman. . Terimakasih sudah berkenan membaca cerita ini. Ditunggu 500 followers Ig dan 14k followers wp ya. Jangan lupa baca cerita Dee yang lain juga. Cerita Edgar The Boss Devil Dan Cerita Disa Musuh ku seorang CEO xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx Elena memandang nanar dirinya di kaca kamarnya.Bagaimana dirinya memiliki nasib yang amat buruk. Dua minggu lalu dirinya tau jika dirinya sedang hamil anak Damien ternyata. Dan apa? Damien membawa pulang seorang wanita tadi malam. Elena harus apa?. Air mata Elena mulai luruh. Gadis yang sudah tidak lagi gadis itu meratapi nasibnya. Nasib dirinya sudah jelek kenapa Dia harus mempunyai anak yang bernasib sama dengannya?. Elena tak mau anaknya hidup susah nantinya. "El. Siapkan pakaian ku."ujar Damien didepan kamar Elena. Elena cepat-cepat menghapus air matanya. "Baik Tuan."balas Elena berteriak dengan nada halus. Elena lalu keluar dari kamar. Menuju kamar Damien untuk memilihkan pakaian untuk Damien ke kantor seperti biasa. Setelah menyiapkan pakaian kantor. Elena langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.Wanita itu sedikit tidak fokus dengan pekerjaannya. Terbukti saat dirinya memotong wortel, jemarinya ikut teriris pula. Membuatnya cepat-cepat mencuci jemarinya lalu membalutnya dengan plester. "Eh maaf Tuan. Saya tidak sengaja."Elena menghapus noda kari yang menempel pada kemeja Damien. Lagi lagi wanita itu terlihat linglung sendiri. "Tak apa El. Apa Kamu kurang sehat?" sahut Briana cepat cepat membalas permintaan maaf Elena. Karena anaknya sudah melotot. Briana tak mau Damien mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati Elena. "Walau  Dia sakit, Dia tetap harus mengerjakan tugasnya sebagai pembantu."ujar Damien membuat Elena meringis, sakit dalam hatinya. Briana membanting garpunya mendengar omongan Damien. "Apa mulutmu tak pernah bisa berkata manis pada Elena Dam?"sinis Briana. "Aku hanya bilang yang seharusnya Aku bilang Bu." balas Damien tak perduli dengan perasaan Elena. Hati Elena seperti di tusuk ribuan jarum, sakit sekali. "Sudahlah. Ibu sudah tak napsu makan. El, bawa Ibu  ke kamar."Elena mengangguk lalu bersiap mendorong kursi roda Briana. "Nanti Patricia Damien bawa kesini lagi ya Bu."Briana mengangkat tangannya, menyuruh Elena untuk menunggu. Wanita itu melotot pada Damien. "Bawa Dia ke neraka jangan kerumah ini. Ini rumah Ibu Dam. Jangan mengotori rumahku dengan hal hal kotor."desis Briana dengan nada sinis. "Patricia bukan hal kotor Bu."ujar Damien sedikit menaikkan nada bicaranya membuat Briana berdecih. "Dia bahkan membuatmu marah padaku." "Maaf Bu."lirih Damien. "Ayo El. Bawa Ibu ke kamar. Kau temani Ibu dikamar, Kau terlhat lelah. Jangan disini bersama pria tak berotak itu."Damien ingin berkata, namun ia urungkan. dan ia lalu bangkit menuju kamarnya untuk menggani kemejanya yang kotor. Elena mengangguk lalu mendorong pelan kursi roda Briana ke kamarnya. xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx Malamnya, Damien benar benar membawa Patricia ke rumah. Membuat Elena tersenyum kecut. Damien tak ingat kejadian itu dan Damien bahkan sudah punya wanita baru. Untuk apa Elena berada disini?Toh nanti perutnya bertambah besar pastinya. "Tolong bujuk Ibu menemui Patricia."Elena tergugu. Tolong??. Pertama kali Damien meminta tolong pada Elena dan mirisnya Damien meminta tolong untuk Patricia. "Baik Tuan."pasrah Elena. "Ibu. Ada nyonya Particia diluar." kata Elena menuruti permintaan istimewa dari Damien walau hati nya benar benar hancur. "Jangan panggil Dia nyonya El! Dia tidak pantas untuk itu."muak Briana. Tak suka mendengar nama itu. "Tapi Dia kekasih Tuan Ibu." "Persetan dengan itu. Aku tidak merestui mereka sampai matipun!"balas Briana tak memedulikan Damien yang berdiri disamping Elena. "Jangan suguhkan Dia apapun El. Semua yang ada dirumah ini milik Ibu."ujar Briana membuat Elena menatap Damien menggeleng. Namun Damien malah melotot padanya, tanda tak puas. "Tapi Bu..." "Ibu tau kau disuruh anak itu. Kau sini, tidur bersama Ibu El. Biarkan Dia bersama wanita itu."Briana menepuk depan ranjangnya. Wanita yang berbaring menyamping itu terlihat sangat marah pada Damien. "Cepat El!" sentak nya. "Ohh..I..iya Bu."Elena cepat-cepat naik ke ranjang Briana tak memedulikan Damien yang masih menatapnya meminta bantuan. "Temani Ibu disini ya?"Briana menyelipkan anak rambut Elena yang berbaring menyamping didepannya. "Iya Bu." "Tidurlah."Elena menutup matanya, sebelum melihat Damien pasrah dan menutup pintu kamar Briana. xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx Elena terlihat hati hati mengemas barangnya. Sesekali wanita cantik itu menghapus air matanya yang terus keluar dari mata cantiknya. Ia benar benar bingung. Ia menyayangi Briana, namun ia tak mau menjadi seorang perusak dalam hubungan Damien dan Patricia. Ia akan melakukan apapun setelah ini, yang terpenting ia harus keluar dulu dari rumah mewah ini. xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx "Maafin El ya Bu."Elena mengecup pipi Briana lalu turun dari ranjang menuju kamar cilik miliknya. "El harus pergi. Ibu baik baik terus ya. Kau juga, Tuan." Elena menatap sebuah surat dan test pack yang ia letakkan di laca, perlahan barang itu ia dorong masuk ke dalam. Walau Damien tidak tau, pura pura lupa atau benar memang tidak mengingat nya. Elena hanya ingin Damien tau, bahwa Damien merupakan Ayah dari anak nya. Entah kapan waktu nya Damien akan membaca surat itu, atau kemungkinan buruknya Damien benar benar tak tau dan tak pernah membaca surat dari Elena. Setidaknya Elena sedikit merasa lega karena sudah menulis surat itu. "Selamat tinggal." lirih Elena. Wanita itu lalu perlahan keluar dari kamar nya. Ia berjalan perlahan, tak ingin membangunkan Briana yang sedang pulas di kamar nya. Briana pasti tak akan setuju jika tau hal ini, tapi mau bagaimana lagi. Elena lalu membuka pintu utama rumah mewah itu. Wanita itu menghela napas berat. Memang berat, sudah bertahun lama nya dia tinggal di rumah ini, Briana juga menyayangi nya seperti El benar benar anak nya. Elena melangkah pelan. Ia sudah memanggil taksi online tadi saat beres beres. "Mau kemana Mbak?" Elena tersenyum masam pada pak sopir. "Ke hotel terdekat dulu pak." "Baik." Elena tersenyum sembari menatap rumah besar yang kian menjauh dari pandangannya, lama lama rumah itu hilang dan lagi lagi Elena hanya bisa menghirup napas dalam dalam. El belum tau tujuannya, yang terpenting ia istirahat dulu malam ini. Gaji yang selalu Damien berikan rajin ia tabung, dan itu lebih dari cukup untuk tinggal di hotel semalam. GO FOLLOW IG @QUEENDEEII dan @w*****d_DEE
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD