Malam itu, kemewahan rumah Leon terasa dingin, lebih beku dari biasanya. Keheningan yang mencekam menggantung di setiap sudut, menusuk lebih dalam daripada pertengkaran sengit sekalipun. Lopita meringkuk di satu sisi ranjang king-size, punggungnya memunggungi Leon yang terbaring kaku di sisi lain. Udara di kamar itu terasa membeku, tebal dengan kata-kata tak terucap dan tuduhan yang menguar. Mereka berbagi atap, berbagi kamar, namun terpisah oleh jurang ketidakpercayaan yang diciptakan oleh racun Elson. Leon beberapa kali mencoba mendekat, tangannya sempat terulur di udara, ingin menyentuh bahu Lopita, ingin menariknya ke dalam pelukan. Ia ingin duduk dan bicara tenang, dengan kepala dingin, mencoba membuka percakapan. "Lopita, kita butuh—" kalimatnya menggantung, terputus oleh keheninga

