Bab 2 : Dia Superhero di Jalanan

2177 Words
Johnny terus melamun, menatap ke luar jendela tanpa berpindah sedikitpun, satu persatu orang mulai khawatir dengan Johnny yang juga tidak bergerak dari kursinya, hanya diam di sana selama beberapa hari. Bahkan, makanan yang dibawakan Axel sudah basi dan pelayan langsung membuang makanan itu, Hani yang melihat makanan itu utuh langsung merasa hatinya terasa sangat sakit, kondisi anaknya semakin hari semakin memburuk. "Bagaimana ini, bu?" Hani membuang nafas, melihat anaknya yang tidak bergerak sedikitpun, "Mau bagaimana lagi, biarkan dia." "Baik bu." Pelayan meninggalkan Hani di sana, dia terus melihat anak putranya dan merasa sangat sedih saat dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan anak satu-satunya itu. Hani melangkah masuk ke dalam kamar Johnny, melihat anaknya yang masih tidak bergerak, dia hanya duduk di dekat jendela sambil menatap ke luar. Tanpa mengatakan apa-apa Hani melangkah lebih dekat dan menarik satu bangku yang kosong di samping Johnny. Dia ikut melihat ke luar jendela dan tersenyum manis, "Langitnya bagus ya, warnanya biru." Kata Hani melihat ke luar jendela dengan senyuman. Anak laki-lakinya terdiam tidak merespon, dia hanya melihat ibunya yang duduk di sampingnya dengan tatapan aneh. Hani langsung menoleh ketika dia tidak mendapatkan respon dari anaknya, "Kamu suka langit ya? Makanya dipandangin terus setiap hari." "Aku benci langit." "Kalau benci, kamu liatin apa?" "Kata orang-orang Luna udah pergi, tapi aku nggak percaya, Luna nggak akan pergi, dia akan ada di sini, di samping aku lagipula dia akan bilang kalau dia akan pergi. Tapi, kenapa semua orang bilang ke aku kalau Luna udah pergi?" Hani terdiam, tidak berani membuka suara untuk saat ini, karena takut kalau dirinya salah berbicara, dia menyentuh tangan Johnny dan langsung ditepis dengan kasar oleh laki-laki itu. "Mama juga, Axel, para pelayan, Papa, semuanyaaa, kalian bilang kalau Luna udah nggak ada, aku yakin dia belum pergi, dia masih ada di sini, sama aku. Jadi stop bilang dia udah pergi, itu jadi beban pikiran aku!!!" Johnny beteriak sambil merasakan matanya memanas, lapisan tipis di matanya sudah siap untuk turun, dia melihat ibunya yang juga hampir menangis. "Maafin mama ya," Kata Hani sambil menghapus air matanya yang jatuh. "Kalian nggak ada yang percaya sama Johnny! Kalian semua sama aja! Luna masih hidup maaa, Luna masih hidup!!!" Hani  menangis lebih kencang saat mendengar anaknya juga menangis lebih kencang, "Lunaaaaa hiksss, Lunaaaaa." Bahkan sekarang Johnny terus memanggil nama gadis itu sambil terisak, membuat Hani merasa sangat sakit hati. "Johnny sayang." Hani langsung membawa anak laki-lakinya itu ke dalam pelukan dan mengusap punggung Johnny, menenangkan anaknya yang menangis sangat kencang di pelukannya. Dia jadi ikut menangis dan ikut merasakan apa yang Johnny rasakan selama ini, putranya itu sangat amat mencintai Luna, bahkan dia rela mengorbankan dirinya untuk Luna, tapi memang semua tidak ada yang indah. Kisah cinta anaknya yang sudah terbentuk bertahun-tahun harus kandas dalam satu malam, malam di mana mereka mengalami kecelakaan dan Luna tidak pernah ditemukan lagi sampai sekarang. *** "Bagaimana bu?" Hani baru saja keluar dari kamar Johnny, dia menutup pintu kamar anaknya dengan rapat, "Dia tertidur, mungkin lelah berhari-hari hanya duduk dan melihat keluar jendela." Para pelayan mengangguk senang mendengarnya, akhirnya tuan muda mereka bisa beristirahat, "Oh ya." Hani melihat ke ruang tengah yang kosong dan melihat beberapa pelayan yang berdiri di hadapannya, "Axel belum datang?" Pelayan itu menggeleng, "Belum bu, mungkin sore, biasanya mas Axel akan datang jam segitu." Hani mengangguk dan kemudian tersenyum. "Saya pulang dulu ya, kalau Axel sudah ada di sini tolong nanti kabari saya, oke?" "Baik bu." Hani tersenyum dan kemudian langsung pergi dari hadapan pelayan itu, kini dia harus pulang ke rumah utama dan mengerjakan beberapa tugasnya yang terus tertinggal karena dia harus mengunjungi anaknya setiap hari. Sedangkan dilain sisi, seorang gadis sedang asik membaca buku di dalam kamarnya, buku novel romance yang berjudul, Love at First Sight karya Haniaalufi. Gadis itu terlarut dengan alur cerita yang sangat ringan dan menyenangkan, bahkan dia sudah hampir selesai membaca novel ini. Tapi, konsentrasi bacanya langsung buyar saat ada seseorang yang menelepon dirinya, membuat suara berisik dari ponselnya dan Jeha langsung menutup buku itu kesal. Tanpa melihat ponsel, dia tau siapa yang menghubunginya saat ini. "Sesi." Gumam Jeha dan saat dia mengambil ponselnya semua tebakannya benar, gadis itu menghubunginya di siang bolong seperti ini. Ponselnya terus berdering karena Jeha tidak segera mengangkat telepon itu, dengan kesal dia langsung mengangkat telepon Sesi dan menempelkan ponselnya ke telinga. "Apa?" "Gue ada lowongan buat lo, mau nggak?" Jeha langsung membulatkan matanya saat mendengar bahwa Sesi ada info lowongan pekerjaan untuknya, "Demi apa Si?" "Bener, sekarang lo ke rumah gue okay? Gue bakal kasih tau nanti, gue tunggu Jeha, see u." Sesi langsung memtuskan sambungan dan Jeha masih terdiam di atas kasurnya, rada sedikit syok karena akhirnya dia menemukan info lowongan pekerjaan yang sangat dia butuhkan selama ini. Dengan kecepatan kilat, Jeha langsung bangun dan kemudian bergegas menuju lemari pakaian, berganti pajamas yang dia pakai dengan baju santai dan akan segera menuju ke rumah Sesi. *** Laki-laki yang ditunggu kedatangannya oleh Hani malah mengalami hal yang tidak menduga, mobilnya mogok di tengah jalan dan kini dia harus berjalan kaki menuju rumah kediaman Johnny karena sedari tadi tidak ada taxi yang lewat dan dia pun tidak mengerti bagaimana cara memesan taxi secara online, bisa dibilang Axel tidak terlalu mengerti teknologi. "Ah, capek." Dia berhenti sejenak, karena kakinya terasa sangat sakit, dan juga dia haus. "Tolongg!! Copettt!" Axel langsung mengangkat kepalanya ketika mendengar suara seorang wanita yang berteriak meminta tolong, dia melihat seorang ibu-ibu yang sedang berteriak dan juga seorang pria dengan pakaian serba hitam yang lari sambil membawa tas dari ibu tersebut. Axel yang merupakan anggota keamanan yang pekerjaanya adalah memberantas para penjahat merasa terpanggil untuk segera menolong ibu itu, dengan cepat dia ikut berlari dan mengejer pencuri itu yang ternyata larinya juga cukup cepat. Tapi tunggu, Axel menghentikan larinya saat melihat ada seorang gadis yang menghadang jalan penjahat itu dan kemudian melempar botol yang masih berisi air tepat mengenai kepala pencuri itu. "Aa-akh." Pencuri itu terjatuh dan meringis kesakitan sambil memagang kepalanya yang sangat sakit akibat botol berisi air itu. "Oom, kalau mau nyari duit tuh yang halal, jangan suka mencuri barang orang sembarangan." Kata gadis itu dan pencuri itu bangun, mengalungkan tas itu di leher nya dan berdiri di hadapan gadis itu. Axel terdiam, melihat mereka berdua, posisinya tidak terlalu dekat dengan mereka. "Neng, kalau mau mati jangan di sini, saya bisa ngehabisin kamu di sini, sekarang juga." kata pencuri itu dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, dia mengeluarkan pisau lipat dari sana dan menodongnya kepada gadis yang ada di hadapannya. Axel terbelalak, saat pencuri itu mengeluarkan pisau lipat yang bisa saja melukai gadis ini, dia ingin menghampiri mereka saat pencuri itu hendak melayangkan pisaunya, namun langkahnya langsung terhenti saat gadis yang ada di hadannya menendang rahang dari pencuri itu. Axel terkejut saat melihat serangan dari gadis itu secara tiba-tiba. "Akhh-akhh." Pencuri itu memegang rahangnya dan kembali melayangkan pisau lipat itu namun dengan kecepatan gadis itu, dia menahan tangan pencuri itu dan kemudian menatapnya dengan tatapan yang menyeramkan. "Walaupun saya cewek, saya bisa ngelakuin ini." Gadis itu memelintir tangan pencuri itu secara perlahan, membuat pencuri itu menjerit kesakitan. Dia tersenyum dan menganbil pisau lipat dari pencuri itu dan melepaskan tangan yang tadi dia pelintir. "Payah, kok main pakai senjata." Pencuri tadi meringis kesakitan dan melihat gadis itu dengan tatapan takut, dengan segera dia berlari dan meninggalkan gadis itu. Axel kaget saat ternyata pencuri itu kabur, bagaimana bisa gadis ini membiarkan pencuri itu kabur, bahkan tas ibu itu masih ada dengan pencuri itu. "Aiss merepotkan." Gadis itu menoleh ke belakang dan kemudian langsung berlari mengejar pencuri itu, Axel pun ikut mengejar dan melihat gadis itu melangkah dengan mantap dan dalam beberapa langkah dia melompat tinggi. Hal itu membuat Axel ternganga dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat, gadis itu seakan seperti melayang, dia melompat sangat tinggi dan kemudian menendang bagian kepala pencuri itu sampai pencuri itu tersungkur jatuh. Pencuri itu mengalami mimisan karena dia tersungkur ke depan dan hidungnya menyentuh aspal. Axel sangat terkejut dengan apa yang gadis itu lakukan,. Gadis itu menginjak punggung pencuri itu dan mengambil tas yang dia curi dengan cepat. "Cari duit yang halal ya oom." Katanya dan kemudian menoleh ke arah Axel, "Hei, jangan diem aja. Bisa panggil polisi?" Katanya dan Axel langsung terkejut, dia mengangguk ragu dan kemudian segera menghubungi polisi. *** "Jehaa datang." Sesi langsung ke arah pintu setelah mendengar suara Jeha yang masuk ke dalam rumahnya, dia melihat gadis itu datang dengan pakaian yang kotor dan juga wajahnya yang terlihat sangat kusam. "Main panas-panasan di mana Je?" Kata Sesi dan Jeha langsung menggeleng, gadis itu langsung duduk di atas sofa kesukaanya ketika dia datang ke rumah Jeha. "Si." "Hm?" "Kayaknya barusan gue pakai kekuatan gue lagi deh." Kata Jeha melihat gadis itu dan Sesi langsung membuka mulutnya lebar tak percaya, dia melihat Jeha dan menggelengkan kepala. "Maksud lo? Lo ngehajar orang lagi? Lo  nggak ngehajar orang sembarangan kan Je? Jawab Je!!!" Jeha menggeleng pelan dan terkekeh, dia menunjukkan kepalan tangannya kepada Sesi, "Gue ngehajar orang yang emang pantas buat di hajar, dia pencuri bahkan bawa pisau lipat pula ta-" "WHAT? LO NGGAK APA-APA KAN JE? NGGAK ADA YANG LUKA KAN JE?" "Duhhh Sesi apaan sihm gue nggak apa-apa, lo kayak nggak tau gue aja sihh, gue nggak apa-apa dan masih baik-baik aja!" Kata Jeha dan Sesi langsung menghela nafas panjang, dia merasa lega saat temannya bilang kalau dia tidak apa-apa dan masih sehat sampai sekarang. "Lo tuh, syukurlah." Jeha tersenyum lebar dan kemudian dia melihat Sesi dengan tatapan berbinar, "Jadi, gimana lowongan pekerjaannya?" Sesi menghela nafas sebal dan langsung melihat Jeha yang sekarang sudah memasang wajah sok imut dan rasanya dia ingin meninju Jeha saat ini juga. *** Axel sudah sampai di halaman rumah kediaman Johnny, sedari tadi dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana caranya dia mendapat kontak gadis tadi. Taktik dan cara gadis tadi melawam pencuri yang membawa senjata cukup keren. Sayangnya mereka harus berpisah karena gadis itu sedang buru-buru pergi ke suatu tempat dan Axel tidak bisa mengantarnya karena mobilnya mogok dan sedang ada di bengkel. "Axel, sudah datang? Saya udah nunggu kamu di sini untuk membahas anggota baru." Axel langsung tersadar dari lamunannya dan melihat Hani yang sekarang berdiri di depan pintu melihat Axel yang sedari tadi jalan sambil melamun. "Di mana mobil kamu?" "Ah, mogok bu." Hani hanya menggeleng dan segera masuk ke dalam rumah diikuti dengan Axel, mereka berdua duduk di sofa dan saling berhadapan, :Jadi, bagaimana kamu sudah menemukan anggota baru?" Axel menggeleng, "Belum, masih dalam pemantauan." Katanya dan tersenyum ramah saat pelayan memberinya sebuah teh dan menaruhnya di atas meja. "Keamanan di rumah Johnny harus diperketat, saya harap kamu segera menemukan orang yang tepat dan cepat ya." Axel mengangguk dan kemudian meminum teh nya, menyesap teh itu pelan dan kemudian sesuati terlintas di pikirannya. Gadis tadi dengan tendangan melayang dan dengan mudah melawan serta mengalahkan pencuri itu terlintas di pikirannya, dia langsung menaruh tehnya cepat dan melihaTt Hani. "Bu?" Hani yang sedang menyesap tehnya dengan pelan langsung berhenti dan melihat Axel yang sedang menatapnya, seperti ada sesuatu yang akan disampaikan oleh laki-laki itu, "Iya ada apa?" Axel terdiam dan kemudian mengulum bibirnya, "Saya ada calon, kita bisa merekrutnya sebagai anggota keamanan, tapi maslahnya.." Hani melihat Axel yang sedikit gugup, dia jadi penasaran dengan apa yang akan Axel katakan. "Masalahnya apa?" Axel terdiam sebentar dan kemudian mengangkat kepalanya, menatap Hani, "Dia seorang perempuan." "Perempuan?" Axel mengangguk. Hani menghela nafas dan kemudian menyandarkan tubuhnya pada sofa, "Axel, maaf tapi kamu tau kan? Ini bukan pekerjaan yang mudah, bahkan bagi laki-laki saja ini masih terlihat berbahaya, bagaimana kalau wanita yang menangani ini? Kamu yakin?" Axel menatap Hani dan kemudian mengangguk mantap, "Saya yakin." katanya sedangkan Hani menatap Axel tak yakin. "Apa yang buat kamu sangat yakin?" Katanya sambil bersandar di sofa dan melihat Axel yang sepertinya sangat yakin dengan pendirian dan apa yang sudah dia katakan tadi. "Tadi saya bertemu dengan dia, dia mengejar pencuri bersama saya, tapi saya ternyata kalah cepat engan gadis itu, bahkan saya juga kalah tangkas dengannya, dia berhasil melumpuhkan pencuri itu dengan sekejap mata, dan juga pencuri itu membawa senjata tapi," Axel merasa sangat senang saat menceritakan gadis yang dia temui tadi, dan Hani menungggu Axel meneruskan ceritanya. "Dia berhasil mengambil pisau itu, tanpa luka sedikitpun. Dan nyonya, dia melompat tinggi bahkan hampir melayang itu wahh, saya langsung terpana dan bahkan tidak melakukan apapun, dia yang sepenuhnya menghajar pencuri itu." Hani mengangguk-angguk, dia merasa yakin dengan semua yang Axel katakan.Hani lantas tersenyum dan mengangguk, "Baik kalau begitu, saya setuju dengan wanita itu, saya yakin kamu tidak pernah mengecewakan saya." Katanya dan Axel tersenyum. "Bawa dia ke saya lusa nanti, saya akan mewawancarai dia, apakah dia pantas untuk bergabung dengan kita, atau dia tidak akan lolos." Kata Hani dan Axel langsung terkejut. Hani berdiri dan mengambil tasnya, "Saya pamit, sampai bertemu lusa." Katanya dan kemudian segera pergi dari hadapan Axel. Axel menunduk dan langsung berdiri, dia meringis pelan saat Hani sudah tidak ada. Bagaimana dia akan membawa gadis itu lusa? Bahkan sekarang saja dia tau apa-apa mengenai gadis itu. Axel menghela nafas, dia harus mencari tau gadis itu sekarang juga, ya sekarang juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD