Bersandiwara

1052 Words
“Oh, pria ini sudah sadarkan diri.” Katarina buru-buru buka suara untuk membalas bahwa pria yang dikira oleh Lindsay dan Leslie pingsan kini sudah sadarkan diri. “Benarkah?” tanya Leslie, sebelumnya ia hanya menoleh sedikit, tapi setelah mendengar ucapan itu, ia memajukan badannya untuk melihat keadaan si pria lebih jelas lagi. Pria itu pura-pura mengerjapkan mata lalu meringis menyentuh kepalanya seolah ia masih merasakan sakit akibat luka yang dideritanya. Sandiwaranya tampak seolah ia baru saja sadarkan diri lalu merasakan sakit pada cedera yang dimilikinya. “Lihat? Apa kubilang?” ujar Katarina. “Wah, benar. Dia sudah bangun.” Leslie berucap saat melihat pergerakan dari pria itu. “Kau tidak apa-apa? Apa ada yang terasa sakit?” tanya Leslie pada si pria yang seperti sedang mencoba memperjelas penglihatan. Pria itu menggeleng pelan sebagai tanggapan. “Baguslah, kupikir kau terluka parah, tabrakan itu sangat kuat. Katakan saja apabila ada yang sakit.” “Kurasa dia baik-baik saja,” gumam Katarina sambil memandang Leslie dan si pria secara bergantian. “Ya. Kupikir dia baik-baik saja.” Setelah memandang Katarina untuk membalas ucapannya, Leslie mengalihkan perhatian pada si pria lagi. “Kau tak sengaja ditabrak oleh saudaraku, kami hendak membawamu ke klinik terdekat, tapi sepertinya itu tidak diperlukan lagi kalau kau sudah merasa lebih baik.” Leslie buru-buru memberitahu menjelaskan apa yang terjadi, padahal belum tentu pria itu bertanya dan belum tentu ingin tahu. “Aku tidak menabraknya, dia yang menabrakkan diri pada mobil ini.” Lindsay menyangkal keras, ia masih tidak mau menerima bahwa dirinya yang telah menabrak. “Aku tidak apa-apa, hanya sedikit pusing.” Pada akhirnya pria itu berbicara pelan sambil memegangi keningnya. Katarina sendiri agak menggeser memberi jarak, ia tidak buka suara, saat ini lebih baik baginya untuk menyimak saja. “Baguslah, omong-omong siapa namamu? Kenapa kau ada di hutan sepagi ini?” tanya Leslie yang sepertinya sangat penasaran terhadap orang baru. Sangat jelas bahwa dia adalah gadis yang banyak berbicara, berbeda dengan saudaranya. Sejak pertemuan dengan Katarina, ia benar-benar banyak berbicara sehingga tidak aneh ketika bertemu dengan penumpang baru, tingkahnya juga seperti ini. “Lebih tepatnya kenapa menabrakkan diri pada mobil yang sedang melaju kencang? Apa kau berniat bunuh diri? Lebih baik lakukan pada kereta bukan pada mobil tua seperti ini.” Lagi-lagi Lindsay mengoreksi, ia malah melanjutkan dengan mengejek dan melontarkan kalimat yang menunjukkan bahwa ia tidak senang. “Lindsay!” Leslie kembali menegur. Lindsay cuek saja, ia kembali fokus menyetir. Pengalaman sebelumnya mengajarkan dirinya agar tidak mengalihkan fokus dari jalan ketika sedang mengemudi. Sementara Leslie yang sesaat memandang kakak laki-lakinya itu segera mengarahkan tatapannya kembali pada pria itu lalu berbicara. “Jangan dengarkan ucapannya, dia susah menjadi orang baik kalau sedang lapar.” “Alasan macam apa itu?” gumam Katarina pada dirinya sendiri. Lindsay yang menjadi topik ucapan Leslie tampak tak memedulikannya. “Yang terpenting apakah kau oke? Apa ada yang perlu diobati?” tanya Leslie lagi yang masih ingin tahu mengenai kondisi si pria yang tampak masih lelah. Meski sudah dikatakan kalau keadaannya baik-baik saja, bahkan pria itu tidak memberikan keluhan apa-apa, tapi Leslie sepertinya tidak percaya akan itu sehingga dirinya masih mengajukan pertanyaan itu. “Tidak, terima kasih. Biarkan aku beristirahat sebentar, kondisiku akan lebih baik.” Si pria menjawab lemah, sepertinya dia tidak ingin mengatakan apa-apa untuk saat ini sehingga hanya kalimat itu saja yang dirinya ucapkan. “Oh, oke. Katakan padaku jika memerlukan sesuatu.” Setelah itu, terlibat percakapan kecil antara Lindsay dan Leslie yang dikeluarkan secara pelan sehingga si pria dan Katarina tidak mendengar apa yang sedang mereka bahas. “Sandiwara yang bagus,” bisik Katarina yang sedikit mengejek. “Terima kasih.” Pria itu membalas tanpa rasa kesal atau semacamnya. Ia malah seperti tersanjung. Katarina berdecak karena rasanya ia akan kesal sendiri apabila terus berbicara dengan pria yang seperti ini. “Mereka berdebat?” tanya pria itu ketika menyaksikan Lindsay dan Leslie yang sedang beradu mulut hampir tanpa suara. “Abaikan saja, mungkin itu tentang membawamu.” “Mungkin saja.” “Jangan terlalu keras bicara, mereka bisa mendengar,” bisik Katarina yang menegur ketika pria itu agak keras berbicara. “Mereka selesai.” Pria itu berbicara lebih pelan lagi. Apa yang ia katakan memang benar, Lindsay dan Leslie sudah selesai dengan perselisihan mereka. “Omong-omong kita akan pergi ke mana?” tanya si pria yang merasa penasaran dengan arah laju kendaraan yang ditumpanginya. Pertanyaan itu juga langsung membuat Leslie mengalihkan tatapannya pada pria itu sementara Lindsay kembali mengemudi sambil memasang ekspresi tak senang. “Kota Coldwater, kita belum lama memasuki portalnya. Kenapa memangnya?” Leslie mewakili menjawab. “Tidak apa-apa.” Katarina tahu bahwa pria ini bisa bersandiwara dengan baik. Untunglah ia tidak merasakan ada niat bahwa pria ini hendak melakukan sesuatu yang buruk pada mereka dan pada dirinya. Katarina juga sudah tahu bahwa pria ini sudah merencanakan perbuatannya agar bisa menumpang pada dua orang adik kakak yang sepertinya terlalu baik untuk mengabaikan seseorang yang terluka. Meski sebelumnya Lindsay memiliki niat untuk meninggalkan pria itu karena merasa ketakutan bahwa ia sudah melakukan kejahatan dengan menabrak seseorang, tapi pada akhirnya pria itu juga setuju untuk membawa korban yang tertabrak secara sengaja ini pergi. Katarina belum tahu apa tujuan yang pria ini miliki sehingga sengaja bersandiwara dan melakukan semua ini. Yang jelas, untuk saat ini ia harus terus waspada karena mungkin saja pria esper ini memiliki kekuatan yang lebih besar dari dirinya, pria ini bisa membahayakan. Selama beberapa lama tidak ada yang berbicara di antara Katarina dan pria yang namanya masih belum diketahui itu. Sementara Lindsay dan Leslie sudah adu mulut karena mereka bertengkar akibat saling memperebutkan saluran radio. Lindsay bersikukuh ingin mendengarkan lagu rock, sementara Leslie ingin mendengarkan berita pagi yang kebetulan kedua hal itu disiarkan dalam waktu bersamaan. Leslie segera meminta suara pada Katarina dan si pria yang sedang memejamkan mata. Katarina ambil jalan aman, ia tidak keberatan harus mendengar berita pagi atau musik rock, sementara si pria memilih tidak mendengarkan apa-apa. Pada akhirnya radio dimatikan karena mereka satu sama lain tidak ingin mendengarkan apa yang diinginkan lawan bertengkarnya. Tidak terasa, sudah cukup jauh kendaraan melaju, hutan yang sebelumnya menjadi pemandangan utama berangsur lenyap. Pepohonan yang berjajar di sepanjang sisi jalan mulai digantikan dengan lahan kosong dan kebun. Lalu beberapa waktu kemudian pemandangan berganti dengan bangunan-bangunan yang berdiri di sepanjang daerah itu, mereka sudah memasuki daerah pinggiran kota Coldwater.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD