Malam itu, ia menikmati makan malam untuk pertama kalinya. Katarina memasak beberapa bahan makanan sekaligus, daging dan telur tak lupa ia masak juga. Sepanjang siang tadi, perutnya diisi dengan camilan sehingga ia tidak merasa lapar, malam ini ketika perutnya kosong, ia mengisi perutnya dengan masakan yang dirinya buat sendiri.
Ketika ia tertidur lelap, mimpi yang sebelumnya ia alami kembali terjadi. Ia bermimpi ketika dirinya berada di laboratorium di mana dia menjadi manusia percobaan. Dalam mimpi kali ini, Katarina masih mengambil peran yang sama seperti mimpi sebelum nya.
Katarina bisa menyaksikan ketika langkah-langkah pria yang ia kenali sebagai Dokter Thompson berjalan mendekat tepat ke arahnya, tangan kanannya membawa benda yang setia selalu bersamanya setiap waktu, yaitu clipboardnya.
Karena sering menemani dan seolah menjadi sesuatu yang wajib dibawa, Katarina tak ingat bahwa benda itu lupa atau tak dibawa oleh sang Dokter.
“Katarina, kita bertemu lagi. Bagaimana keadaanmu?” sapa Dokter Thompson. Kalimat yang diucapkannya juga tak berubah, ditambah Pria itu masih berpakaian sama, berjas putih seperti orang-orang yang ada di sekitar sana, memiliki kacamata yang bertengger di atas hidung dan rambutnya yang mulai memutih. Keadaannya masih bugar dan posisi berdirinya juga tegak seolah kemudaan masih berada di dalam tubuh renta itu.
“Aku merasa baik.” Katarina membalas dengan nada yang tak senang.
“Bagus.”
“Apa aku boleh melepaskan kabel-kabel ini? Rasanya gatal.” Katarina mengulang pertanyaan yang sama, tangannya bergerak menuju kabel-kabel yang terhubung pada tubuhnya, tapi ia mengurungkan diri untuk melakukan niatnya.
“Kita sudah membahasnya, Katarina. Kau tidak boleh melepaskan benda-benda itu sampai semuanya selesai.”
“Baiklah, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak mau harus mengangkat benda berat lagi, kepalaku sakit.”
“Aku tahu, yang terakhir adalah salah perhitungan, kau terlalu dini untuk melakukan hal besar.”
“Baguslah, aku tidak ingin melakukannya, sungguh.”
“Tenanglah, itu tidak akan terjadi lagi.”
Setelah kalimat ini, percakapan berlangsung seperti mimpi yang sebelumnya sehingga Katarina bisa menalar setiap kata yang dirinya dan Dokter Thompson katakan.
“Apa kau tahu bahwa dirimu dikaruniai bakat yang luar biasa?” tanya Dokter Thompson ramah. Topik percakapan kini mulai membahas mengenai kekuatannya lagi.
“Ya. Kau sudah mengatakannya, aku adalah satu dari segelintir orang yang memiliki bakat istimewa. Kami disebut Esper dan di luar sana jumlahnya ada lebih banyak lagi, meski dibandingkan dengan jumlah manusia biasa, jumlah esper sangat lah sedikit.” Katarina menjawab lantang, ia sudah berulang kali mendapatkan kalimat seperti itu sehingga mudah baginya mengulang.
“Nah, Esper di luar sana tidak seberuntung dirimu, mereka memiliki kekuatan berbahaya yang tak bisa dikontrol, hal itu membuat mereka menyakiti diri sendiri lalu pada akhirnya mereka mati atas perbuatan mereka tanpa sengaja. Keberadaan kami untuk mencegah hal itu terjadi, kami ingin para Esper bisa mengontrol kekuatan mereka dengan baik demi keamanan semua orang.” Dokter Thompson melanjutkan. “Kau salah satu yang terbaik, kemampuan yang kau miliki bukan hanya sesuatu, tapi itu adalah hal mengagumkan. Itu akan lebih berguna apabila kau mampu mengendalikannya dengan baik.”
“Aku mengerti, apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Katarina sambil memandang pria itu.
“Terakhir kali ketika kau marah, kau bisa membuat sesuatu yang besar meski kau berakhir dengan cedera. Bagaimana jika sekarang kita mulai dengan pikiran yang tenang?”
“Oke, kuharap tidak ada provokasi menyebalkan lagi.”
“Tidak ada. Kali ini kau harus melakukan semuanya dengan keinginanmu sendiri.” Dokter Thompson membalas membuat Katarina merasa agak lega.
“Aku mengerti.”
Pada adegan yang sekarang, Katarina mulai merasa tak senang. Meski ini mimpi, Katarina seolah memiliki kesadarannya sendiri yang mana ia tahu bahwa sedetik kemudian adegannya akan membuat ia sangat marah.
Pasalnya pada adegan ini muncul sosok pria yang tidak dirinya inginkan kedatangannya, sosok pria yang sangat dirinya benci.
Ketika pria itu masuk, Katarina mulai menjerit keras, meneriakkan kalimat-kalimat yang sudah berulang kali dilontarkan pada sosok itu. Adegan juga terulang ketika pada awalnya si pria bersikap sangat ramah dan baik, tapi Katarina terus berteriak dan mengusirnya.
Beberapa detik kemudian, karena kemarahan Katarina, pria itu berubah menjadi ketakutan. Apalagi kemarahan itu berubah menjadi kemurkaan yang amat besar yang membuat banyak orang yang melihatnya pasti akan ketakutan juga.
Si pria memohon pada Dokter Thompson agar dikeluarkan, sementara Katarina seperti orang kerasukan yang terus berteriak murka. Sedangkan sang dokter berusaha membuat Katarina tenang dengan melontarkan kata-kata melalui pengeras suara yang berada di lain ruangan, ruangan yang dibatasi kaca transparan.
Setelah histeris dan panik luar biasa, secara tiba-tiba Katarina menjadi tenang dan tidak melakukan pergerakan apa-apa, kepalanya bahkan tertunduk seolah kesadarannya sudah hilang.
Pada detik ini, Katarina yang mengalami mimpi seolah keluar dari tubuh tertegun dan bergeming itu, kali ini ia bisa melihat keadaan ruangan di mana Dokter Thompson dan para staf lain mulai panik. Sementara si pria yang wajahnya tidak ingin Katarina lihat malah mulai tenang.
Meski masih dilanda ketakutan, pria itu menganggap diam nya tubuh Katarina sebagai kesempatan untuk membujuk dan menenangkan gadis itu.
Katarina asli yang melihat adegan itu segera menggeleng. Ia melihat bahwa sosok yang sedang duduk dengan kepala tertunduk itu adalah sosok orang lain. Ada perasaan mengerikan aneh yang tiba-tiba dirasakannya dari sosok yang sedang duduk itu. Katarina jelas mengetahui bahwa aura miliknya gilak seperti itu.
"Jangan mendekat, perempuan itu akan membunuhmu!" Katarina berusaha memperingatkan pria yang berjalan mendekat. Sayang Katarina sudah melihat ada perubahan ekspresi wajah pada Katarina lain yang sedang duduk, wajah itu sangat jahat dan begitu haus akan nyawa orang lain.
“Kat.” Pria yang tampak masih gemetaran ketakutan itu mencoba memanggil gadis itu.
“Dokter, ada anomali aneh. Ini harus dihentikan.” Seseorang langsung mengusulkan.
“Katarina, dengarkan aku, jangan melakukan hal konyol.” Dokter Thompson berseru keras sambil memukul dinding kaca. Katarina bisa melihat dan mendengar semua adegan itu begitu jelas.
“Kat, aku ....”
“Mati kau!” Katarina bergumam lalu memandang tajam pada pria itu, suara letupan terjadi diikuti darah yang memuncrat.
Katarina asli yang menyaksikan itu memalingkan wajah ketika darah menyembur ke mana-mana, dan tentunya darah itu menembus dirinya.
Dua sosok tubuh langsung jatuh ke lantai. Yang pertama adalah tubuh Katarina yang sebelumnya duduk kini jatuh ke lantai dalam keadaan tak sadarkan diri, lalu tubuh lain adalah sosok pria yang sudah kehilangan seluruh kulitnya ketika seluruh darah ditubuhnya me muncrat ke mana-mana, pria itu sudah tampak seperti gumpalan daging yang mengerikan ketika tubuhnya jatuh di lantai.
Katarina yang menyaksikan itu membelalak tak percaya, ia yang tidak pernah melihat tubuh yang mengerikan itu kini benar-benar merasa ngeri.
Tiba-tiba saja kepala tanpa kulit itu melirik ke arahnya, mata tanpa kelopak yang masih mengucurkan darah memelototi nya.
"Ini salahmu!" teriak sosok pria mengerikan itu.
***
Katarina bangun dari tidurnya ketika adegan terakhir itu kembali terjadi, adegan yang paling mengerikan dari kejadian yang pernah dirinya alami sepanjang hidupnya selama tanggal di tepat itu.
Katarina memandang keadaan seputar, ia memperhatikan bahwa kamar yang diri-nya tinggal masih gelap menandakan bahwa ia terbangun pada waktu masih malam hari. Ia kemudian menoleh ke arah jam yang jaraknya hanya sepanjang tangan kanannya saja sehingga dapat dengan mudah diraih.
"s**l, kenapa sekarang mimpiku jadi begitu mengerikan? Aku tak menyangka kalau pria berengsek itu akan berakhir seperti itu." Ia bergumam sendirian.
Ketika ia melihat jam, di sana menunjukkan bahwa saat ini masih jam tiga pagi, Katarina akhirnya kembali menaruh jam itu lalu lanjut merebahkan tubuhnya. Ini masih beberapa jam lagi waktu tidur, belum waktunya bagi dia untuk bangun.