Pria ini memiliki pistol? Pistol sungguhan pula? Astaga, sepertinya aku telah salah menumpang. Orang ini benar-benar orang yang berniat buruk, kalau ini bercanda, rasanya tidak akan sampai berlebihan seperti ini. Itulah yang Katarina teriakkan di dalam benaknya, ia benar-benar tak percaya bahwa pria bernama Erick ini benar-benar menodongkan s*****a padanya.
Tangan Katarina memegang pegangan pintu, ia berniat membuka pintu lalu meloncat keluar. Daerah ini masih hutan, ia bisa pergi. Tapi ketika melirik jalan, ia melihat bahwa Erick semakin kuat menginjak pedal gas, mobil ini melaju terlalu kencang.
Sialnya, sepanjang mata ia melihat, jalanan terus lurus sehingga tidak ada alasan bagi Erick untuk menurunkan kecepatan, tidak ada turunan atau tanjakan bahkan tikungan.
Dalam kecepatan yang seperti ini, memaksakan meloncat adalah sebuah kekeliruan. Apabila ia memaksa keluar, maka ia akan cedera parah apabila kecepatannya setinggi ini, akhir nya ia malah akan kembali tertangkap dan selanjutnya tidak akan bisa melakukan apa-apa sebagai perlawanan. Jadi, untuk mengalihkan dan mencoba mengulur waktu, maka Katarina mencoba berbicara pada Erick, ia berharap dengan ini ia bisa mencari cara untuk bebas dari situasi ini.
“Erick, itu ... itu pistol sungguhan, bukan? Kau tidak sedang melakukan lelucon padaku lagi.” Katarina berusaha kembali bersikap seperti biasanya. Meski tahu bahwa ini adalah ancaman, ia berpura-pura bahwa Erick masih sedang melakukan candaan.
“Ini pistol sungguhan, aku sudah menggunakannya satu.” Erick membalas menjawab dengan nada yang serius, tangan besarnya masih lurus mengarahkan pistol pada Katarina, padahal ia masih mengemudi dengan satu tangan.
“Sebenarnya aku tidak berniat melakukan ini, aku hanya akan berpura-pura sebagai orang baik yang memberi tumpangan, tapi kau tidak bisa ditipu dan sadar kalau ada mayat di dalam mobil ini, terpaksa aku harus melakukan ini.” Erick lanjut berbicara membuat Katarina menjadi lebih panik. Ia sebisa mungkin tidak ingin mengeluarkan kekuatannya pada manusia biasa, tapi apa yang harus dirinya lakukan apabila situasinya seperti ini?
“Tidak, tolong jangan tembak aku.” Katarina berusaha memohon, berharap pria ini akan luluh lalu melepaskannya sehingga ia tidak perlu menggunakan kekuatannya.
“Aku tidak akan berbasa-basi lagi, aku ingin barang-barangmu tinggalkan di sini.” Di luar harapan, bukannya melepaskan dirinya, Erick malah langsung to the point merampok Katarina.
“Apa? Ini perampokan.” Katarina langsung memprotes dalam benaknya
“Tidak ada barang-barang berharga selain pakaianku di dalam tas ini, andaikan ada uang atau perhiasan, maka aku tidak akan jalan kaki meninggalkan kota ku. Aku bahkan bisa menumpang pada seseorang yang jauh lebih baik darimu andai aku memiliki harta.” Katarina langsung berterus terang memutarkan kejujuran yang mana ucapannya memang masuk akal.
Erick melihat memang Katarina tak mengenakan apa, gelang plastik atau karet pun tidak telihat pada pergelangan tangannya. Berarti ia mengatakan yang sebenarnya.
“Aku akan membuka tasku jika kau tak percaya.” Katarina hendak melepaskan tas punggungnya, tapi Erick malah menekankan todongan sebagai isyarat bahwa Katarina tidak boleh bergerak. Katarina menurut, ia sama sekali tidak bergerak.
“Sayang sekali, aku mendapatkan mangsa yang tidak memiliki apa-apa.” Erick bergumam dengan ke kecewa aan yang jelas. Ini membuat Katarina merasa bahwa ia ada kesempatan untuk dilepaskan.
“Nah, kalau begitu biarkan aku pergi,” pinta gadis itu dengan agak memohon. Ia tidak peduli dengan keadaan jalan sepi atau kaki nya yang harus sakit akibat jalan kaki lagi, yang penting ia selamat dari pria ini dan belajar dari pengalaman agar tidak sembarangan menumpang.
Sayangnya, apa yang Katarina harapkan benar-benar jauh dari kenyataan. Bukannya melepaskan Katarina, Erick malah menempelkan pistol pada pinggang gadis itu. Mendapat todongan langsung membuat Katarina agak tersentak.
“Sayang sekali aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja.” Erick langsung berbicara sambil memasang tatapan tajamnya.
“Tapi aku tidak memiliki sesuatu yang bisa kau ambil!” seru Katarina tegas berusaha menjelaskan bahwa percuma saja mencoba merampok dirinya karena ia tidak memiliki harta yang bisa diambil.
“Ada.” Erick menyeringai lalu dengan ujung pistolnya ia mengangkat jaket dan baju bagian bawah Katarina.
“Apa yang ....” Katarina hendak melawan, tapi ia tahu bahwa pistol itu bisa menembakkan peluru yang bisa langsung kapan saja masuk ke dalam tubuhnya. Ia tidak bisa menepis tangan besar pria itu menggunakan tangannya yang terlalu mungil, ia juga tidak bisa ambil risiko menggunakan kekuatannya, seperti yang dikatakan sebelumnya, pistol ini bisa menembak kapan saja.
“Jika aku tidak mendapatkan uang, maka aku bisa mendapatkan pelayanan.” Erick memasang sorot mata yang haus dan serakah. Tanpa perlu diberi tahu sekalipun, Katarina sudah tahu maksud dari perbuatan pria ini dengan menyibak baju dan jaketnya sedikit.
“Tidak, jangan lakukan ini, kumohon!” pekik Katarina yang memohon pada pria itu.
“Aku akan berhati-hati, membuatmu nyaman tentunya.”
“Aku tidak mau, kumohon jangan!”
“Tutup mulutmu dan lakukan saja apa yang kuperintahkan!” Erick yang merasa tidak senang dengan penolakan langsung memasang wajah yang keras.
Katarina tentu saja mulai merasa marah akibat perlakuan Erick. Padahal ia ingin menyelesaikan semuanya secara baik-baik tanpa ada yang harus terluka, tapi pria ini terlalu memaksakan keberuntungan dan terlalu egois juga serakah.
Mendadak saja ketika ia marah, dorongan membunuh segera muncul dari dalam benaknya, pada saat yang sama aliran kekuatan mulai mengalir dari setiap urat dan pembuluh darahnya. Katarina memasang wajah serius lalu memandang Erick lekat-lekat penuh kekesalan.
Menyerang pria ini bukanlah suatu kesalahan, tidak sulit untuk membunuhnya. Ini bisa dianggap sebagai pembelaan diri. Ya, Katarina bisa menggunakan kekuatannya dalam situasi ini, ia bisa membunuh pria ini.
“Apa? Kenapa memandangku seperti itu? Aku memang seorang penjahat.” Erick langsung membentak ketika melihat ekspresi Katarina yang tiba-tiba saja berubah. Erick seperti ingin menggertak agar mangsanya itu menjadi lebih takut lagi padanya, ia tidak mengharapkan tatapan yang saat ini Katarina perlihatkan padanya.
Katarina tidak menanggapi, bahkan ia masih memasang tatapan itu, ia tak terpengaruh dengan gerakan Erick. Apalagi saat ini ia merasakan ketika kekuatannya semakin lama semakin cepat muncul. Ia bisa menyerang pria ini jika ingin.
“Jika kau sayang dengan nyawamu, maka turuti perintahku!” bentak Erick yang benar-benar tidak senang dengan apa yang ditampakkan oleh Katarina, ia tidak mau mangsanya ini berubah menjadi berani lalu ia terpaksa harus membunuhnya.
“Aku tidak ingin melakukan ini, tapi karena ancamanmu, maka terpaksa aku harus melakukan ini.” Akhirnya Katarina buka suara, nada bicaranya begitu tenang dan mantap. Tentu saja maksud dari ucapannya adalah ia tidak ingin menyerang manusia biasa menggunakan kekuatannya, tapi karena ia harus menyerang untuk membela diri dari kejahatan, maka ia terpaksa harus menyerang manusia yang bukan merupakan pengguna kekuatan atau bukan merupakan esper.
Sayangnya, Erick menanggapi dengan maksud berbeda. Ia mengira bahwa gadis di sampingnya sudah menyerah lalu terpaksa harus pasrah diri untuk diperlakukan seperti apa pun olehnya.