anggota baru

2973 Words
beginning after end 8 Kekuatan adalah segalanya, dengan kekuatan semua orang bisa melakukan apa saja, bahkan berbuat sesuka hati mereka. Hanya saja Abigail tidak seperti itu. Tepat saat pria itu tak bisa bertahan karena tekanannya. Dia menekan kembali aura kekuatan dalam dirinya. Dia menyeringai kecil. "Bagaimana, paman?" Suaranya sangat santai, nada congkak dan sombong itu membuat tatapan setiap orang tertuju kearahnya, mereka yang baru saja merasakan tekanan yang sangat kuat dari Abigail hanya bisa diam dan melihat. Melawan atau menentang Abigail sama saja dengan mati. Dan mereka masih menyayangi nyawanya itu itu. "Aku mengaku kalah." Ucap pria besar tadi dengan suara rendah, napasnya masih tersengal karena tekanan yang dia dapat tadi. Sungguh dia tidak menyangka jika anak ini bisa mengeluarkan kekuatan sebesar itu. Jika saja anak ini serius saat bertarung dengan dirinya, mungkin dia akan mati sedari tadi, beruntung dia tidak berbuat nekat semacam itu. "Jadi?" "Aku akan mengikat janji setia dengan mu." Setidaknya mengabdi setia dengan orang yang memiliki kekuatan luar biasa seperti ini tidak akan rugi. Walau dia akan menjadi b***k sekalipun, dia tidak akan menyesal. Abigail tersenyum, dia mengulurkan tangannya untuk membantu pria itu bersisi. Hanya saja pria besar itu dengan sungkan menerima uluran tangan dari Abigail. Malu rasanya saat seusia dirinya malah kalah hanya dengan makhluk kecil seperti Abigail, sosok yang akan menjadi tuannya saat ini. "Selamat bergabung paman." "Te-terimakasih...." "Panggil saja Gail." "Tuan Gail." Abigail menggeleng pelan. "Tidak usah sungkan seperti itu, aku jelas masih muda dari paman, jangan panggil aku tuan. Itu terlalu memalukan." Dia terkejut pelan, padahal jika dipikir dia merasa geli karena harus kembali ke masa ini. Hanya saja dengan ini dia bisa menyusun ulang rencananya. Dan sebelum itu, Abigail harus membuat sesuatu untuk meyakinkan satu hal, tapi bukan di tempat ini, tempat yang bisa saja mengundang banyak perhatian umum. Abigail mendongak. "Tuan pengawas, bisakah kau memindahkan kami si sebuah tempat untuk mengambil taruhan ku?" "Tentu saja!" Abigail tersenyum kecil lalu menatap pria besar itu dan memanggil Frey datang mendekat. "Kita akan kemana?" "Tenang saja, kita hanya akan pergi sebentar untuk mendapat hasil taruhan ku." "Terserah kau saja." Lalu tak lama setelahnya, sebuah portal cahaya muncul di hadapan mereka. Abigail sudah beberapa kali meminta tolong pada tuan pengawas di masa depan untuk memindahkan dirinya dan menjual barang yang memiliki harga sangat mahal pada pria itu. Pria dengan kekuatan yang sangat misterius. Tapi bersikap netral dan tidak peduli dengan pertikaian di luar labirin pasar gelap, dia hanya akan mengendalikan tempat ini, tempat yang dia sebut dengan rumah. Mereka yang ada di sana hanya diam saat anak yang bahkan terlihat masih sangat muda itu mengetahui rahasia yang tidak diketahui oleh mereka di sana. Sesuatu yang baru mereka dengar kali ini. Sungguh aneh rasanya, dibanding mereka, Abigail terlihat baru pertama kali datang ke tempat ini, tapi dia bisa mengetahui rahasia besar seperti itu. Abigail melangkah masuk. Diikuti oleh Frey dan juga pria besar tadi. Mereka sama-sama melewati portal dan masuk ke sebuah aula yang sangat besar dan gelap, hanya cahaya redup yang menyinari tempat itu. Lalu begitu kaku mereka menginjak lantai dan portal tadi tertutup. Cahaya di ruangan itu mulai menyala perlahan seperti sebuah aula kerajaan saja. Tempat yang sangat megah dan hanya ada satu kursi di ujung lorong, di sana ada sesosok pria dengan jubah hitam menutupi wajahnya. Membuat mereka tidak bisa melihat wajah dari pria itu. "Kau," sosok itu tak menyangka jika bocah kecil itu bisa mengetahui keberadaan dan rahasia yang sudah dia sembunyikan selama ini. Abigail langsung berlutut di tepatnya. "Maafkan saya tuan pengawas, saya sudah lancang meminta bantuan anda atas hal ini." Tuan pengawas hanya mengibaskan tangannya, dia merasa bosan jika mendapat perlakuan seperti itu, setidaknya jika anak ini mengetahui keberadaanya, maka ada hal menarik yang akan dia berikan. Dan kebetulan, Abigail sebenarnya tidak berniat datang ke tempat ini. Jika saja dia tidak terlibat keributan dengan pria besar ini maka dia sama sekali tidak terpikirkan untuk memanggil tuan pengawas. "Apa yang kau inginkan?" "Hanya sebuah permintaan kecil." "Segel sumpah setia?" "Ya tuan." Tuan pengawas berdiri dari duduknya, aura yang dia keluarkan sangat pekat hingga membuat pria besar di sampingnya langsung menunduk dak berdaya, di paksa berlutut saat itu juga, hanya saja Frey tidak terpengaruh oleh tekanan tuan pengawas. Sungguh anak-anak yang menarik, pikir tuan pengawas. "Apa yang akan kau berikan sebagai imbalan?" "Maaf tuan karena saya sudah lancang. Terlebih saya hanya bisa memberi anda sedikit imbalan atas harus segel yang saya minta." "Katakan." Abigail meraih kantung di sisi kanannya, lalu dengan kekuatannya dia mengeluarkan sebuah bola kecil yang bersinar dari sana. "Maafkan saya karena sudah lancang. Dan hanya bisa memberikan inti kristal blue dragon pada tua pengawas." Dan a mengangkat tangannya di atas kepala dan memberikan bola kristal itu pada tuan pengawas. Sosoknya h saat ini hanya bisa diam saat melihat apa yang anak ini berikan atas imbalan. Bukankah ini terlalu berlebihan? Bahkan segel sumpah setia hanya berharga setidaknya seratus kristal inti saja. Dan pria itu malah mendapatkan bila kristal inti blue dragon yang harganya hampir seribu kristal inti. "Apakah tidak berlebihan hanya dengan segel sumpah setia?" "Maaf sekali tuan, saya hanya memiliki ini sebagai imbalan." Tuan pengawas berdeham pelan. Dia tidak akan terkecoh, dia juga tidak ingin berhutang budi dengan bocah ini karena mengambil bola kristal inti blue dragon itu. "Katakan apa yang kau butuhkan selain segel sumpah setia." Abigail tersenyum di tempat, seperti buang dia perkirakan sebelum ini. Tuan pengawas tentu tidak akan mau berhutang Bu pada dirinya dan meminta lebih untuk sebuah pertukaran. "Jika di izinkan, maka saya ingin meminta beberapa item untuk membuat senjata dan beberapa mana beast untuk meningkatkan kekuatan." "Hanya itu?" Tentu saja tidak hanya itu, karena Abigail akan meminta item yang seharga dengan imbalan yang dia berikan. "Masih ada beberapa tuan, hanya saja saya ingin mengambil segel sumpah setia sekarang, apakah bisa?" Tuan pengawas berpikir sejenak, tidak masalah untuk memberikan sekarang, toh dia akan mendapat bola kristal binti blue dragon yang bisa menguntungkan dirinya. "Berdirilah." Abigail mengangguk pelan, lalu berdiri dan menatap pria yang wajahnya sama sekali tidak terlihat itu. Dia memperhatikan apa yang dilakukan oleh tuan pengawas, menggambar sebuah pola dengan energi yang dia keluarkan dari unjung jarinya. Pola sihir yang akan dia gunakan untuk mengikat pria besar itu. Bukan tidak percaya, hanya saja dengan segel ini dia bisa mengendalikan dan mencegah mereka menghianati mereka di kemudian hari. Kejadian seperti Fluxy tidak akan pernah terulang lagi. Tidak akan pernah. "Teteskan darah mu ke atas segel, lalu ajak orang yang ingin memiliki segel sumpah setiap kepadamu." Abigail melangkah. Lalu melukai jarinya dengan kuku runcing yang dia miliki. Dan mengarahkan jari itu keatas lingkaran pola sihir. Cukup tiga tetes saja dan pola itu terlihat mengeluarkan aura. Sungguh kuat dan luar biasa. Bahkan cahaya ungu yang muncul membuat dirinya terdiam sejenak. Jadi seperti ini pola sihir segel sumpah setia. "Masuklah kedalam Lingkaran sihir itu." Abigail menoleh. Menatap pria besar yang sedari tadi hanya diam dan berlutut. Melihat tatapan daru Abigail tentu saja pria itu mengerti. Dia berjalan merangkak dengan posisi berlutut, untuk berdiri dia tidak berani, biarkan saja dia memperlakukan dirinya sendiri, karena menatap wajah tuan pengawas saja sudah membuat dirinya merinding. Abigail tersenyum kecil saat melihat kelakuan pria itu. Hingga saat pria itu masuk kedalam Lingkaran segel sumpah setia. Cahaya ungu itu semakin terang. Dan tanpa Abigail sadari, Frey juga ikut masuk kedalam lingkaran, sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh Abigail. "Frey ... Apa yang kau lakukan?" Pria itu tersenyum kecil. "Setidaknya hanya ini yang bisa aku berikan pada mu." "Ta-" Terlambat. Karena setelahnya cahaya itu perlahan menghilang. Meninggalkan sebuah tanda di pergelangan tangan Frey dan pria besar tadi. [Sistem : ada telah berhasil melakukan ikatan pada dua orang. Melakukan sumpah setia sama saja menyerahkan hidup mereka untuk anda. Ada bisa melihat Serayu. Kekuatan dan skill dari dua orang yang melakukan sumpah setia pada anada.] Abigail terdiam, apakah ini keuntungan lain dari sistem yang dia miliki. Bahkan dari tempatnya dia bisa melihat siapa nama-nama dua orang ini, Frey dan juga Osman, mereka adalah orang yang telah melakukan bulatan dengan dirinya. [Sistem : anda mendapat keuntungan dari ikatan sumpah setia, setiap bawahan Anda naik level, maka anda akan naik level, peningkatan kekuatan mereka akan berpengaruh besar pada anda. Begitu juga sebaliknya, kenaikan kekuatan pada anda akan berpengaruh 30% pada dua orang bawahan anda. Anda juga bisa melacak keberadaan bawahan anda di manapun anda berada.] Abigail tidak pernah mengerti hal ini sebelumnya, ini keuntungan yang luar biasa, bahkan dia bisa melihat semua status dari dua orang ini. Membagi kekuatan sama dengan membangun sebuah pasukan yang akan berpihak pada dirinya hingga ujung nyawa mereka. [Peringatan : kematian dari orang yang mengikat sumpah setia pada anda akan berusaha pengaruh pada kekuatan anda sendiri. 50% kekuatan anda akan hilang bersama dengan kematian bawahan anda, begitu juga sebaliknya, kematian ada akan membuat orang-orang yang memiliki segel sumpah setia pada anda juga ikut mati." Ada keuntungan, pasti akan ada kerugian, itulah hukum alam yang umum terjadi. Tapi tak mengapa, setidaknya dia bisa melakukan rencananya dengan setelah ini. Rencana untuk mengumpulkan lebih banyak stone dan menyingkirkan orang yang berniat buruk di benua ini. "Tu-tuan...." Abigail menoleh saat pria besar itu memanggilnya dengan sebutan tuan, dia ingin marah, hanya saja saat melihat bagaimana aura kekuatan Osman membuat dirinya terdiam. Apakah pembagian kekuatan 30% itu langsung berlaku saat segel sumpah setia terjalin. Terlibat jelas bagaimana kekuatan Osman yang naik beberapa kali lipat dari sebelumnya. "Ke-kekuatan apa ini." Osman masih bingung dengan kekuatan yang dia dapat tiba-tiba hanya saja saat dia menanyakan hal itu, Abigail langsung mengangkat tangannya, terlebih bukan hanya Osman, Frey juga terlihat mendapat peningkatan kekuatan yang sangat pesat. Sungguh luar biasa. Ingatkan dia untuk melihat bagaimana perkembangan seratus mereka nanti. Karena sekarang. Dia hanya ingin melihat apa saja yang dimiliki oleh tuan pengawas. Setidaknya barang-barang dan item, serta bahan material yang dia miliki akan berkualitas sangat bagus. Walau harganya yang mahal tidak akan masalah untuk dirinya. Menjadi lebih kuat untuk masa depan adalah impiannya, terlebih. Dia yakin setelah ini musuh yang ada dia hadapi bukan orang sembarang, melihat dia orang yang menyerang blue dragon itu saja sudah membuat Abigail merasa akan kewalahan jika bertarung dengan mereka seorang diri. "Jadi apa yang kau inginkan selain dua segel yang sudah kau dapatkan itu?" "Boleh aku melihat daftar barang yang tuan miliki?" "Untuk pelanggan terhormat, silahkan pilih saja apa yang kau inginkan." Abigail mengangguk, dia maju beberapa langkah ke depan kau berlutut untuk menyerahkan batu kristal inti blue dragon tadi kepada tuan penjaga. Setelah menerima itu, tuan penjaga menjentikkan jarinya, lalu dinding sebelah kirinya perlahan berbahan menjadi sebuah rak yang berisi beberapa item di sana. Abigail langsung tersenyum lebar. Sepertinya apa yang akan dia inginkan akan segera dia dapatkan sebentar lagi. Tinggal memilih dan membayar biaya yang dia perlukan setelah ini. Dan bejalan mendekat, melihat barang-barang yang tidak asing di kepalanya, semua item, material dan bahan lainnya semua ada di sana. Berkualitas dan memiliki energi kekuatan yang sangat besar. Bahkan ada beberapa martial langka yang terpampang jelas di sana. Sungguh surga dan barang yang bukan sembarang lagi. Dia bisa membuat sebuah senjata dengan semua ini. Dan sepertinya, Abigail harus merogoh kocek lebih banyak untuk membuat setidaknya tiga senjata untuk dia orang yang bersamanya kini. Dia melihat beberapa material, seperti contohnya sisik naga hitam, dan kayu tak berguna. Material yang sangat langka dan hanya bisa di dapat oleh orang yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Atau keberuntungan juga bisa membuat mereka mendapatkan benda itu. Hanya saja, siapa orang yang memasok dua benda langka ini. Satu sisik naga hitam sama dengan seratus sisik naga biru, dan material dari sisik naga hitam bisa membuat sebuah pedang yang sangat tajam, belum lagi kayu tidak berguna, material itu bisa menjadi pondasi yang kokoh untuk mengimbangi sisik naga hitam, sayangnya. Sisik naga hitam yang ada di sana hanya ada dua buah saja. Sungguh di sayangkan. Tidak sebanding dengan kayu tidak berguna yang ada cukup banyak di sana. "Aku akan mengambil sisik naga hitam dan kayu tidak berguna." "Tentu saja, aku akan memberi harga spesial untuk mu." "Dan apa lagi yang bisa aku dapat?" "Seharga lima sisik naga hitam dan sepuluh kayu tak berguna." "Tunggu, memang berapa harga sisik naga hitam." Tuan pengawas terkekeh pelan. "Anggap saja harga perkenalan untuk mu." Sebenarnya Abigail tidak mengerti kenapa tuan pengawas yang terkenal pelit dan alot itu memberi harga spesial untuk dirinya. Tapi tidak masalah, dia bisa memanfaatkan ini untuk mengambil beberapa material uang mereka butuhkan. "Dan, apakah kau membeli sisik naga biru?" Tanya Abigail, dia mengingat sisik naga biru yang dia miliki. Dan dia berniat untuk menjadikan koin emas agar bisa membantu penduduk desa. Seingatnya, di tempat ini dia bisa mendapatkan harga yang berkualitas lumayan tinggi untuk sebuah sisik naga biru. "Lima koin emas untuk satu sisik naga biru. Apa itu cukup?" Tentu saja lebih dari cukup. Satu koin emas sama dengan seratus koin perak, dan satu koin pelan sama dengan sepuluh Kon perunggu, satu Koin perunggu bisa membeli gandum yang cukup untuk satu bulan. Untuk satu keluarga tentu membutuhkan beberapa karung gandum. Abigail melirik Frey dengan senyum di wajahnya, dia bisa melihat raut tenang dari sahabatnya itu. Frey jelas tahu arti dibalik senyum itu, senyum yang seolah mengatakan. 'tenang saja' Dan Frey yakin, yang dilakukan Abigail jelas untuk orang-orang yang ada di desa mereka. "Aku tidak masalah untuk itu." Karena bagi Abigail material seperti sisik naga biru masih bisa dia cari lagi, terlebih sekarang dia bisa mendapat material yang langka, dan jelas dia tidak membutuhkan terlalu banyak sisik naga biru. "Jadi berapa banyak yang akan kau jual?" "Seratus sisik naga biru." Tuan pengawas terdiam seketika, sepertinya dia terkejut dengan ucapan Abigail. Tentu saja dia memiliki banyak sisik naga biru karena sudah berhasil membunuh satu ekor. Dan dia tidak menyia-nyiakan material yang ada pada naga biru itu. "Te-tentu tidak masalah." "Baiklah, aku akan menjual pada mu, dan beberapa kristal ini sebagai bonus karena kau sudah berbaik hati padaku." "Ta-tapi apa itu tidak terlalu banyak?" Abigail tersenyum kecil. "Tidak masalah. Aku berharap kita akan bertemu lagi dan aku bisa mendapat akses untuk mencari beberapa material yang aku butuhkan di masa depan." Memberi untuk mendapatkan, saling menguntungkan di kedua sisi tentu saja akan terjalin sebuah kerja sama yang mempermudah dirinya di kemudian hari. Abigail tahu, material yang di miliki oleh tuan pengawasan bukanlah material yang mudah di dapat. Maka dengan menjalin kerja sama dengan tuan pengawas adalah satu pilihan yang terbaik. Tuan pengawas terlihat berpikir untuk sejenak. Sepertinya tengah mempertimbangkan apa yang akan dia lakukan setelah ini. Lalu Abigail dapat mendengar helaan napas dari tuan pengawas. "Baiklah. Sepertinya kau seorang anak yang memiliki pemikiran cerdas." "Terima kasih atas pujiannya." "Dan untuk menghargai keputusan mu maka Aku akan memberikan tiket VVIP di tempat penjualanku ini. Kau bisa datang kapan saja saat kau butuh." Boom! Ini lah yang Abigail tunggu, sesuatu yang benar-benar bisa memberi dirinya akses masuk dengan leluasa. Merendah untuk mendapat keuntungan, bukankah itu hal yang luar biasa. Setelah beberapa waktu dan perjanjian serta pembayaran yang mereka lakukan, Abigail bisa langsung berlaku, dengan kartu VVIP membuat dirinya bisa pergi ke lokasi yang memiliki akses masuk ke wilayah tuan penjaga. Kini mereka sudah sampai di sebuah hutan yang tak jauh dari gua yang Abigail dan Frey masuki. Setidaknya ini adalah pintu rahasia pengguna kartu VVIP. "Akhirnya kita keluar dari tempat yang memiliki aura merekam itu." Frey merentangkan kedua tangannya. Dia bisa bernapas lega setelah beberapa kali menahan napas ketika berhadapan dengan aura milik tuan pengawasan. "Dan lagi." Frey menjeda kalimatnya, dia menoleh kearah Osman dengan kerutan di keningnya. "Dia siapa namamu paman?" Tanya Frey, sebenarnya dia sudah menahan rasa penasarannya sejak tadi. Hanya saja baru saat ini dia bisa mengungkapkannya. "Ah iya." Pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal merasa rikuh dengan tingkah dua anak ini. dia lebih terlihat seperti pengasuh ketimbang rekan atau bidan dari tuan barunya kini. "Aku Osman, putra dari ketua suku Ford yang sudah lama menghilang, aku pergi dari desa karena memiliki tujuan untuk membangun desa kami yang sudah lama hancur. Dan mencari seseorang yang mau bekerja sama untuk desa, sayangnya, pengrajin di desa sudah mulai berkurang karena tidak dapat menjual senjata buatan mereka." "Dan karena alasan itu kau berbuat seenaknya di pasar gelap?" "Em, ya seperti itulah...," Ucapnya dengan nada bersalah. "Maafkan aku." Frey tersenyum, dia menepuk punggung Osman dengan cengiran di wajahnya. "Tidak masalah paman, sekarang kau sudah menjadi bagian dari kami." "Ah, terima kasih untuk itu." "Berterimakasihlah pada Abigail. Karena dia yang sudah memberimu kesempatan." Osman tidak tahu apakah dia harus senang atau sedih. Teruskan segel sumpah setia. Berarti sudah membuat dirinya tak bisa meninggalkan tuannya, apapun yang terjadi dia harus berada di sisinya, lalu entah apa yang akan terjadi pada desanya, dia berharap jika dirinya bisa membantu banyak untuk desa. Namun kini, hidupnya sudah menjadi milik Abigail, anak yang sudah mengalahkan dirinya, dan memberi kekuatan yang luar biasa ini. "Lalu, kemana kita akan pergi setelah ini, Gail?" Abigail tak langsung menjawab. Dia masih melihat sebuah kertas hologram yang hanya bisa dilihat oleh dirinya. Hologram yang menampilkan status dan level kekuatan dari dua orang yang memiliki segel sumpah setia. Frey memiliki level yang hampir mendekati dirinya, level 37, sedang Osman memiliki level yang terbilang masih kecil, hanya 30 di usianya yang sekarang, sepertinya dia tidak berkembang selama ini. Pantas saja dia hanya tinggal di pasar bawah dan hanya menekan orang-orang baru yang datang ke tempat itu. Sepetinya Abigail membutuhkan banyak waktu untuk menaikan status kekuatan dan level dari Osman. Sebelum itu. Dia harus membuat beberapa senjata untuk mereka dan item yang bisa menambah kekuatan mereka, setidaknya itu lebih berarti untuk sekarang. Namun sebelum pergi, Abigail akan pulang ke desa dan memberikan apa yang sudah dia dapat ke kepala desa agar semua pengabulannya bisa berguna untuk mereka. Lalu tempat selanjutnya adalah desa Ford, tempat dirinya membuat senjata dan item untuk dua orang yang sekarang mengikutinya. Memberi mereka kekuatan maka akan menguntungkan dirinya juga. Terlebih setelah ini mereka akan memulai perburuannya untuk mendapatkan stone dan meningkatkan kekuatan dalam diri mereka. Hal yang menyenangkan akan segera terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD