Stone

1946 Words
Beginning after end 3 Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, tapi ada kalanya seseorang yang malah mengkhianati dan menusuk hasil yang sudah kita usahakan. Manusia memang seperti itu, tidak masalah, karena sejatinya setiap orang pasti akan memiliki kesalahan yang mereka perbuat. Begitu juga Abigail, belajar dari pengalaman dan ingatan yang masih tertanam jelas di kepalanya, dia mulai bersikap biasa saja dan tidak terlalu menaruh rasa percaya pada setiap orang yang ada. Bahkan dia masih ingat siapa-siapa saja yang di masa depan memiliki potensi yang akan membahayakan dirinya. Maka dari itu, mulai dari sekarang Abigail akan bergerak dengan sangat hati-hati. Abigail tidak akan bergerak dengan ceroboh lagi, kali ini dia akan benar-benar berhati-hati untuk tidak melakukan tindakan yang gegabah. Jangan sampai satu pergerakan kecil membawa dirinya bertemu dengan orang-orang yang menyalahkan keadaan dan mencari keuntungan di setiap keadaan. Abigail harus bisa menahan serangkaian itu, contohnya saja dua orang yang melawan blue dragon tadi, dia yakin mereka adalah anggota organisasi yang mungkin saja mengumpulkan stone untuk disalah gunakan, mencari keuntungan untuk kepentingan mereka sendiri. Jika hal itu benar adanya, dia akan berusaha untuk mengumpulkan lebih dahulu stone itu sebelum mereka. Jangan sampai kekuatan maha dahsyat itu jatuh ke tangan yang salah, terlebih, Abigail sudah mengetahui di mana tata letak semua stone yang ada di benua ini, jadi tinggal menunggu waktu untuk dirinya mengumpulkan semua batu stone itu. Lupakan masalah stone itu, kini Abigail bisa tersenyum puas saat berhasil mengambil begitu banyak sisik blue dragon, sebuah item tingkat tinggi yang bisa dia tukarkan dengan uang yang berlimpah, sepertinya dia tidak akan kesulitan lagi untuk beberapa bulan ke depan, bukankah Dewi Fortuna seolah berpihak kepadanya kali ini. Semoga saja seperti itu. "Setidaknya aku dan anak-anak di desa tidak akan kelaparan untuk lima bulan ke depan." Dan lagi, Abigail bisa membuat senjata yang sempurna dari sisik naga ini, siapa sangka, hanya dengan bersabar saja dia bisa mendapatkan sesuatu yang sangat berharga ini. Berterima kasihlah dengan kesabaran dan pengalaman, bersyukur saat dirinya kembali ingatan di kepalanya masih ada, jika tidak, entahlah, sepertinya Abigail akan menjalani hidup seperti dulu lagi. Dia selesai, saatnya pergi dari tempat itu sebelum anggota organisasi dari dua orang ini datang dan menemukan dirinya. Sangat berbahaya jika sampai hal itu terjadi. Namun sebelum pergi, dia menyempatkan diri untuk melihat apa saja yang di bawa oleh penyihir dan tengker tadi, siapa tahu mereka memiliki item yang luar biasa dan bisa dia gunakan di kemudian hari. Lalu saat mulai memeriksa tubuh dua orang itu, dia merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuh blue dragon, ada energi yang seolah memancar dari sana. Abigail tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Ada energi Stone berada di tubuh blue dragon, tapi apakah itu mungkin. Karena sejatinya selama dua hidup di masa depan seekor monster tidak pernah ada yang bisa menggunakan apalagi memiliki kekuatan dari stone. Lalu apa yang terjadi saat ini. Dia bergerak mendekat, melihat dengan seksama dan merasakan bagaimana energi itu terpancar dari tubuh blue dragon, sungguh ini terasa sangat aneh. Tak mau berpikir panjang. Dia langsung meraih pedangnya, menebas ke arah d**a blue dragon yang saat ini sudah tak dilindungi sisik. Satu tebasan berhasil menyayat daging tebak itu, dan benar saja, seperti yang Abigail duga, ada sebuah stone di dalam blue dragon. Sebenarnya apa yang terjadi di tempat ini. Diam merenung, Abigail merasa ada beberapa orang mendekat, kekuatan mereka sangat terasa hingga di tempat dirinya berdiri. Kelompok dari dua orang ini sepertinya sudah datang. Dia harus cepat bergegas sebelum semuanya melihat dirinya. Abigail langsung lari dari sana dengan membawa barang buruannya, beruntung dia belum sempat menyentuh ataupun menggeledah dua orang tadi. Jika hal itu terjadi, mungkin dirinya akan ketahuan saat itu juga, terlebih, salah satu di antara mereka memliki kekuatan yang sungguh luar biasa. Sepertinya ini bukanlah sesuatu yang mudah. Secepat yang dia bisa, Abigail harus lari dari tempat itu, dan menghilangkan aura keberadaanya, dia sudah biasa melakukannya itu di masa depan, jadi bukan perkara sulit hanya untuk menyembunyikan kekuatan seperti itu. Abigail berjalan setelah dia menginjak tanah desa di mana dirinya tinggal, di tempat ini tidak ada kejahatan yang bisa masuk, apalagi ada penjaga yang akan dengan sigap memeriksa dan menjaga keamanan desa dengan sangat ketat. "Kau dari mana saja Gail!" Teriak salah satu orang saat dirinya baru saja masuk ke desa. "Ah Frey, aku baru saja jalan-jalan." Jawab Abigail sembari tersenyum tenang. Dia adalah sahabat yang baru saja dia kenal beberapa bulan lalu, tapi di masa ini dia adalah orang yang sangat peduli dengan dirinya sebelum dia mengenal Fluxy, wanita yang malah menghancurkan dirinya di masa depan. Sungguh bodoh. Dia membuang sebuah berlian hanya demi sebuah duri. Maka dari sekarang, Abigail akan memanfaatkan keadaan, dia akan membuat Frey kuat seperti dirinya, dan membuat sahabatnya itu untuk membantu dirinya. "Dengan siapa? Kenapa kamu tak memberi tahuku?" "Hanya mencari angin kok, kenapa kamu begitu cemas seperti itu?" "Bukan seperti itu, aku hanya takut, karena tadi, sejak kamu pergi. Ada beberapa orang datang dengan pakaian serba hitam, aku hanya takut jika dia mencarinya ataupun kamu membuat masalah dengan mereka." Abigail tertawa setelahnya, Frey memang begitu khawatir dengan dirinya. Bahkan lebih tepatnya bodoh. Dia terlalu membesar-besarkan suatu keadaan hingga ketakutan itu membuat dirinya lupa. "Memang apa yang sudah aku lakukan sampai mereka mencari ku. Jangan bodoh Frey." Anak itu mengerucut bibirnya, sungguh sesuatu yang lucu, padahal usianya satu tahun di atas dirinya, tapi entah kenapa dia terlihat seperti anak-anak saja, tiap wajah saja, toh mereka memang masih anak-anak, hanya saja Abigail saja yang memiliki ingatan lengkap tentang masa depan. "Aku hanya mengkhawatirkan mu, apalagi saat kau hilang sedari pagi." "Aku hanya berjalan-jalan ke hutan." "Tidak membuat masalah kan?" "Tidak." Jawab Abigail sembari menggeleng pelan. "Kau tenang saja. Dan kau tahu. Aku menemukan sesuatu yang keren saat di hutan tadi." "Hah? Apa-apa?" Tanya Frey dengan raut bahagia di sana. Abigail tidak langsung menjawab, dia menoleh ke sekitar, lalu meraih tangan Frey dan menarik anak itu menjauh dari sana. "Gail, kau akan membawaku kemana?" "Diam saja, aku memiliki sesuatu untuk mu." Abigail berencana untuk memberikan stone biru pada Frey, apalagi saat ini anak itu sudah menguasai element air, di mana dia bisa menggunakan dan mengendalikan air walau hanya sedikit saja. Dan stone biru yang dia dapatkan dari blue dragon tadi sepertinya bisa berguna untuk Frey. Frey hanya diam sembari mengikuti kemana Abigail membawa dirinya, hingga sampai di sebuah rumah kosong di dekat hutan mereka berhenti. "Untuk apa kita ke tempat ini?" Tanya Frey sedikit bingung. "Untuk sebuah misi, aku akan memberimu sebuah kekuatan yang mungkin akan sangat hebat, tapi sebelum itu, kau harus merahasiakannya hanya untuk kita berdua, karena belum ada orang yang mengetahui kekuatan ini." "Maksudmu?" "Aku baru saja mendapat sesuatu yang hebat di hutan. Tapi berjanjilah kau tidak akan memberi tahu siapa-siapa dan hanya akan menggunakan kekuatan untuk membatu orang lain." "Apa kekuatan itu sangat hebat?" "Sepertinya begitu." "Dan apa aku sanggup untuk mengendalikannya?" "Itu tugas untuk mu, kau harus berusaha sendiri untuk mengendalikannya." Sepertinya kekuatan dari stone itu sangat hebat, tapi Abigail yakin Frey pasti bisa mengendalikannya, apalagi Frey adalah salah satu anak yang berbakat di desa ini. Dia pasti akan sangat mudah mengendalikan kekuatan dari stone blue dragon. "Baiklah jika kau percaya pada ku, maka aku akan percaya padamu." Abigail tersenyum puas. "Dan sekarang mari kita coba." Abigail melangkah masuk ke dalam rumah, di ikuti Frey di belakangnya. Lalu setelah mereka sampai di rumah itu, Abigail menuju satu lemari tua dan menggeser benda itu perlahan. Hingga sebuah ruang di bawah lemari terlihat. Ada tangga yang membawa mereka masuk ke dalam sana. Tempat di mana Abigail menyembunyikan diri saat pelariannya dulu, ingatan itu masih sangat jelas di kepala dan memudahkan dirinya untuk melakukan apapun di tempat ini. "Ruangan apa ini?" Tanya Frey saat mereka mulai menuruni anak tangga. "Entahlah, aku menemukan ruangan ini beberapa hari yang lalu saat aku bermain." "Apa ini tidak berbahaya?" "Aku sudah memeriksanya, dan tidak ada apa-apa di dalam sana." "Baiklah." Frey selalu percaya pada ucapan Abigail, maka dari itu dia hanya menuruti semua perkataan anak laki-laki itu. Baginya hanya Abigail satu-satunya orang yang dia miliki sekarang. Mereka berdua adalah anak yatim-piatu yang tumbuh besar seorang diri di tengah desa, beruntung warga di desa itu sangat baik dan ramah kepada mereka, membuat dirinya merasa diterima dengan sangat baik. Frey menganggap Abigail seperti adiknya sendiri. Sama halnya dengan Abigail, tapi saat dirinya bertemu dengan Fluxy, dan mendapat hasutan dari wanita itu. Dia malah meninggalkan saudaranya itu demi sesuatu yang malah membuat dirinya berakhir. Ambisi yang membuat ambisi lain muncul dan menusuknya dari belakang. Sudahlah mengingat kenangan masa lalu hanya membuat dirinya pusing saja. Mereka turun dan menyusuri lorong yang cukup panjang hingga mereka sampai di sebuah ruangan yang menjadi tempat Abigail menyembunyikan segala hal yang dia dapatkan selama ini. Dia harus pintar menyembunyikan benda berharga semacam itu dari kecurigaan orang-orang di sekitar. "Tangkap ini!" Ucap Abigail sembari melempar sebuah batu biru yang memancarkan aura yang luar biasa kuat, hal itu membuat Frey mengerutkan keningnya tak percaya. "Apa ini?" Tanya anak itu tak mengerti. "Itulah stone, baru yang akan memberimu kekuatan setelah ini." "Apa kau yakin?" Abigail mengangguk pelan. "Bagaimana cara menggunakannya?" Benar saja, Abigail harus mengajari semua yang dia ketahui untuk membantu Frey yang jelas tidak mengerti bagaimana cara memurnikan energi itu dan menyerap dalam tubuhnya, dia benar-benar sangat awam sekarang. "Genggam baru itu, rasakan energinya, fokuskan pada pusat manna mu dan setelahnya, berusahalah untuk menyerap energi itu dan membiarkan masuk ke dalam tubuhmu. Lalu setelah energi itu kau serap, maka coba murnikan dengan kekuatanmu untuk mengontrol kekuatan itu." "Kenapa terdengar sangat sulit?" "Coba saja dan kau akan tahu setelahnya." "Jika aku gagal, apa yang akan terjadi?" "Tidak ada, mungkin kau hanya akan terluka sedikit saja." Ada keraguan terpancar dari raut wajahnya, tapi Abigail tidak akan menyerah untuk membujuk sahabatnya itu, dia akan berusaha untuk meyakinkan dan menjadikan Frey menjadi salah satu orang kepercayaannya dan membantu segala hal yang akan dia lakukan setelah ini. Terutama untuk mencegah Fluxy dan orang-orang yang memiliki pemikiran buruk untuk mendapatkan stone yang tersisa. "Tenang saja, aku akan berada di sini untuk membantumu, aku juga akan memurnikan kekuatan yang baru saja aku serap tadi." Frey mengangguk pelan, laku dia memilih duduk. Menggenggam stone tadi di tangan kanannya dan mulai merasakan energi dari batu kecil itu, dia harus bisa memusatkan energi itu menjadi satu kesatuan dan mengalirkan ke dalam dirinya. Sepertinya tidak terlalu sulit saat mau berusaha. Karena hal yang sulit itu hanya untuk orang yang hanya diam saja tanpa mau berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Abigail sudah percaya padanya, lalu sekarang. Kenapa dia harus ragu pada dirinya sendiri. Yakin lah pada kemampuan yang kita miliki dan berusaha untuk mendapat apa yang kita percayai. Frey memejamkan matanya mulai fokus dengan apa yang dia rasakan saat ini. Batu stone itu benar-benar mengeluarkan energi yang sangat dahsyat hingga membuat tubuhnya terasa bergetar ada penolakan yang dia rasakan, tapi saat dia mencoba untuk menekan kekuatan itu, perlahan tapi pasti dia muka bisa mengendalikan semuanya. Yah, kekuatan yang sangat luar biasa itu mulai menyusup masuk kedalam dirinya dan mulia terasa sangat luar biasa. Dia bisa merasakan secara langsung. Seperti apa kekuatan itu. Bahkan inti api di dalam tubuhnya mulai berkembang pesat, dia menembus batasan kekuatan dalam dirinya, jika itu berlanjut maka Frey akan bisa mendapatkan element baru. Kekuatan baru yang lebih kuat dari sebelumnya. Hanya saja tekanan yang dia rasakan seiring kekuatan itu masuk kedalam dirinya terasa sangat berat dan membuat dia sulit untuk bernapas, sepertinya dia akan berhenti sebentar lagi. Kekuatan itu sungguh luar biasa dan sulit untuk dia kendalikan. "Jangan berhenti, kau bahkan belum menyerap separuh dari kekuatan itu!" Frey yang akan membuka matanya, tiba-tiba berhenti, saat Abigail melarang dirinya, lalu dia bisa merasakan ada rasa hangat di punggungnya dan membuat dia bisa menangani energi itu dengan perlahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD