26

2956 Words
26 Abigail. Di bawah sinar bulan dari langit malam yang cerah, kerangka kecil yang ceria berjalan di sekitar jurang. Kadang-kadang berhenti, menyebabkan Ketan di dekatnya menghilang. Seluruh adegan itu harmonis dan damai. Yah, saat ini aku dan Abigail memang sengaja berkeliling di malam hari. Tentu saja tujuannya untuk mengumpulkan lebih banyak informasi yang ada dan mengumpulkan banyak batu suci. "Tuan, apa kamu yakin membiarkan dia berkeliaran seperti itu?" "Dia?" Aku mengerutkan kening saat Abigail mengatakan dia yang aku sendiri tidak tahu siapa yang dia maksud. "Maaf, tapi shadow Undead, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka berkeliaran seperti itu?" "Ahh, tidak masalah, itu adalah sebagai dari lstihanku, jika aku bisa mempertahankan wujudnya dalam waktu yang lama itu akan sangat baik untukku." "Apa itu juga berarti sebuah pelatihan?" Aku mengangguk pelan, yah bagaimana pun juga aku perlu melatih kinerja shadow Undead untuk bisa mempertahankan wujudnya dalam waktu yang cukup lama. Jadi aku juga harus membiasakan diri dengan semua ini. "Ah ... baiklah aku mengerti." Tujuan kami melakukan patroli malam ini adalah untuk mencari tahu tentang isu penampakan yang terlihat di sekitaran jurang panjang ini. Yah walau itu terdengar seperti sebuah mitos, tapi aku ingin memastikannya lagi, dan mencoba untuk mencari fakta lebih lanjut lagi tentang penampakan itu. "Hey paman, apa menurutmu penampakan itu benar adanya?" "Aku tidak tahu, tapi ketika banyak orang mengatakan itu adalah sebuah kebenaran maka bisa dipastikan jika itu benar adanya." "Tapi apa masuk akal? Penampakan di tengah jurang, rasanya itu hanya sebuah bulan semata." "Yah, aku tidak terlalu yakin. Tuan." Aku memang masih sedikit ragu, tapi ada banyak sekali mitos yang mengatakan hal itu. Dan entah benar atau tidak, aku merasa jika penampakan itu ada kaitannya dengan stone yang mungkin saja terpendam di dalamnya. Aku terus melangkah, membiarkan para Shadow Undead untuk mencari lokasi dan menemukan sesuatu yang janggal. Karena begitu mereka melihat penampakan itu maka secara otomatis aku juga bisa melihatnya. Jadi ku pikir ini adalah cara tercepat agar aku bisa mendapatkan sumber itu. Aku terus menyusuri jurang hingga sesaat kemudian aku bisa merasakan kekuatan yang cukup janggal, aku bisa merasakannya dengan jelas aura itu berada di bawah tanah yang membuatku berpikir apakah ini adalah stone yang memiki aura api? "Paman, aku merasakannya." "Benarkah?" Aku mengangguk kecil, "tapi keberadaan stone itu ada di dasar jurang." "Serius? Jadi kita harus melompat untuk mendapatkannya?" "Tentu saja." Aku tersenyum, setelahnya aku memerintahkan para shadow Undead untuk terjun ke bawah, memeriksanya secara langsung apakah di dalam sana kondusif untuk di masuki oleh orang-orang atau malah sebaliknya. Jadi setelah mengetahui di bawah sana aman, aku menatap Osman dengan seringai di wajahku. "Jadi paman. Apalagi yang kamu tunggu." "Tidak, tunggu tuan...." Aku mengabaikannya dan memilih untuk melompat dengan gaya bebas. Aku tersenyum saat melihat wajah panik itu. Tapi setelahnya, gatmya gravitasi membawaku untuk turun dan segera mencapai dasar, aku berusaha untuk mencari momentum agar aku bisa mendarat dengan sempurna, setelah siap, aku bisa mendarat dengan pijakan kaki yang sempurna. "TUANNN!!!" suara Osman seketika menggema, aku hanya terkekeh dan berkata. "Turunlah paman!" "Tapi, apa aman saat aku melompat turun?" "Kompat saja!" Setelahnya aku mengabaikan Osman dan memilih untuk melihat daerah sekitar, hingga tiba-tiba aku melihat beberapa tulang belulang yang berserakan di atas tanah. Yah tidak salah lagi itu adalah tulang manusia, dan aku yakin ada cukup banyak orang yang datang ke tempat ini. Aku berjalan semakin dalam, melihat lokasi sekitar dan mencari keberadaan stone yang ada. Hingga sayup-sayup aku bisa mendengar suara percakapan orang-orang. "Tempat ini benar-benar menyeramkan." Aku segera bersembunyi di sisi tembok dan memperhatikan kurang lebih ada empat orang di sana. "Jangan mengeluh, cepat selesaikan dan segera kembali." "Tapi, apa mungkin kita mendapatkan baru suci di tempat ini." "Diam dan fokus, jika tidak itu akan berbahaya untuk kita." Batu suci.... Tidak salah lagi, mereka tentu mencari sesuatu yang sama dengan apa yang aku cari. Itu adalah stone dan mereka jelas mengincar itu untuk sesuatu yang berbahaya. Aku harus mendahului mereka untuk mendapatkan stone itu, atau setidaknya jika aku terlambat maka aku akan menghancurkan mereka. Tak lama setelahnya aku merasakan kehadiran Osman dengan napas memburu, seketika itu juga aku menahannya agar kehadirannya tidak di sadari oleh orang-orang di sana. "Ada apa tuan." "Ada seseorang yang datang lebih dulu dari kita." Osman terdiam sejenak. Tapi seolah tahu dia langsung mengangguk pelan. Aku memerintahkan satu Shadow Undead untuk mengawasi orang-orang itu setelahnya aku mencari keberadaan stone itu. "Saatnya berburu." Osman mengangguk pelan, lalu mengikutiku. === Sonya Aku sudah mengumpulkan cukup banyak apanyang aku butuhkan. Lalu sekarang apa? Aku melihat kearah sekitar, memastikan sesuatu sebelum akhirnya aku berjalan dengan tanang. Jika Aku pergi sekarang, tidakkah Aku akan membiarkan para pemain setelah Aku mengumpulkan sepertiga sisanya? Tidak, itu bukan gayaku. Aku berjalan di jalan Aku sendiri, dan membakar jembatan di belakang Aku. Orang lain tidak bisa menginjak jalan ini. Nah, itulah yang Aku sebut mendominasi! Lupakan, apa gunanya mengatakan semua itu? Aku harus melakukan pencarian dulu. Aku harus membuang beberapa ramuan untuk mengumpulkan semua Beras Ketan ini. Aku seharusnya tidak melakukan itu. Setelah berjalan cukup lama, aku berpikir untuk beristirahat sebentar. Perjalanan kali ini cukup melelahkan, bahkan aku tidak mendapatkan sesuatu yang berharga untuk diriku sendiri. Jadi mari kita periksa apa saja yang sudah aku dapatkan sebelumnya. Aku membuka tas Aku. Berbaring di satu-satunya ruang terbuka dan tempat ini cukup aman untuk sekedar singgah. Aku mengeluarkannya untuk memeriksanya dan semua yang aku dapatkan, jadi setelah semua perhitungan cukup, aku bisa bernapa lega. Yah... setidaknya aku masih memiliki beberapa taring serigala liar yang bisa aku jual nantinya. Beristirahat di tengah hutan tentu tidak bisa membuatku bisa berisitirahat dengan tenang. apalagi aku hanya seorang diri. Jadi aku harus berhati-hati dengan segala kemungkinan yang ada. Apalagi jeritan serigala terdengar di langit malam, terdengar seolah-olah dia menangis dan tertawa pada saat bersamaan. Aku, tentu saja, tertawa. Ini hanyalah barang yang dibuat hanya untukku! Cuma kantong kecil yang tidak menghalangi pergerakan Aku jadi Aku langsung menggantungkan Army Pouch di pinggang Aku. Lalu aku berbalik dan kembali ke jurang. Aku menghabiskan waktu satu jam untuk mengumpulkan semua beras ketan yang tersisa. Seperti ini, setidaknya perlu dua atau tiga hari agar aku bisa mengumpulkan semuanya. Sudah waktunya untuk kembali dan menjual semua bahan untuk mendapatkan uang, yah ini adalah waktu yang sudah kutunggu. Mendapatkan uang adalah tujuan utama yang aku incar dalam perjalanan kali ini. Aku harus menghabiskan 2 emas lagi untuk membuka gudang lain untuk menyimpan semua Beras Ketan Aku. Aku tidak punya pilihan, bahan produksi terlalu banyak. Tidak logis untuk tidak membuka yang lain. Setelah serangkaian perbaikan peralatan dan pembelian ramuan, tibalah waktunya untuk pergi. Yah, setelah aku mendapatkan semua yang ku butuhkan, sudah saatnya bagiku untuk kembali. Rasa lelah sudah menghantui ku setelah melakukan berjalan cukup jauh, dan sekarang, aku sedikit penasaran dengan Grimu, apakah dia akan baik-baik saja, dan di mana dia sekarang. === Di sisi lain, di sebuah tebing tiga orang berjubah hitam tengah menyusuri sebuah tebing yang cukup gelap, mereka dengan aura gelap seolah berjalan untuk mencari sesuatu. "Aku benci suasana seperti ini." Keluh seseorang yang wajahnya tertutupi topeng. "Kembali jika kau benci." Balas rekannya yang bertubuh besar. "Kau pikir aku bisa kembali dengan tangan kosong. Aku bisa saja mati konyol jika aku kembali!" Balas pria bertopeng dengan dengkusan kecil. "Jika kau takut maka diamlah!" Pria bertopeng tak bisa menjawab. Dia hanya bisa mendesis lalu berjalan mengikuti pria berjubah di depannya. Mereka datang ke tempat ini tidak lain untuk mendapatkan batu suci yang dikabarkan berada di tempat ini. Ketua mereka memerintahkan mereka untuk mendapatkannya sebelum yang lain mendahului mereka. Apalagi akhir-akhir ini dikabarkan ada beberapa kelompok yang jika memburu batu suci untuk diri mereka sendiri. Jadi jika mereka terlambat sedikit saja dan tidak bisa membawa batu suci untuk tetua mereka, maka mereka hanya menghantarkan nyawa saja. "Aku ragu jika ada orang lain di tempat ini yang juga mencari baru suci seperti kita, dan juga, siapa yang mengetahui tentang keberadaan baru suci itu?" Sekali lagi, pria bertubuh besar menoleh kebelakang menatap pria bertopeng dengan wajah sinis. "Diam dan jalan!" "Ck, kau ini, selalu saja serius dan serius! Itulah kenapa aku merasa bosan dengan tim ini!" Pria kurus di depan mereka tidak menghiraukan ucapan dari pria bertopeng, dia masih terus berjalan tanpa peduli sedikitpun dengan mereka. Hingga tiba-tiba saja dia berhenti secara mendadak dengan tangan kanan merentangkan seolah memperingatkan mereka untuk berhenti. "Ada apa?" Tanya pria besar dengan suara bingung. Pria di depan hanya menggeleng dan menyuruh mereka untuk diam. Lalu sesaat dia berlutut bdan menyentuh tanah, seolah mendengarkan sesuatu dari tanah. Getaran-getaran yang dia rasakan mampu mendeteksi musuh dan orang-orang yang berjalan dari arah 500 meter sekalipun. Lalu setelahnya dia berdiri dan berkata. "Seperinya sudah ada yang mendahului kita." "Benarkah?" Tanya pria bertopeng dengan raut senang. Seolah sesuatu itu bisa mengusir kejenuhannya. "Apakah mereka kuat?" Pria di depan hanya menghela napas pelan. "Tidak hanya kuat, bahkan seperinya kita mengenal dia." Lalu setelah itu dia berjalan diikuti pria besar dan juga pria bertopeng. "Hey Toni. Apa kau tahu siapa yang di maksud Alex?" Pria besar bernama Tomi hanya menggeleng pelan. "Entahlah, tapi apapun yang dia katakan selalu benar." "Jadi. Kita akan tahu setelah kita menghampiri mereka." "Hem, seperti itulah." Balas Toni. "Huh, aku tidak sabar dengan orang yang dimaksud Alex, apakah dia rekan kita ataukah musuh kita." Balas pria bertopeng. "Siapapun itu aku tidak peduli. Jika mereka menghalangi maka aku akan melumatnya hingga hancur." "Haha, kau masih sama seperti biasanya, selalu saja menganggap musuh sebagai semut." "Mereka yang lemah memah hanya sebatas semut di hadapanku." "Ck. Jangan terlalu sombong, aku takut kau akan mati jika terus mempertahankan kesombongan mu itu!" "Aku tidak sombong, aku mengatakan sebuah kenyataan." "Haha baiklah baiklah, itu terserah padamu." Pria besar tidak menanggapi lalu dia berjalan mengikuti pria di depannya. === Grimu. Napasku terengah, aku sudah menghabiskan waktu cukup lama di tengah hutan, entah apa yang sebenarnya aku cari. Aku sendiri tidak tahu, aku duduk termenung menatap langit-langit dengan perasaan kacau. Sudah hampir dua Minggu aku pergi. Dan selama itu aku juga tidak pernah tahu apa yang akan aku lakukan. Sejenak aku mengangkat telapak tanganku, menatap dengan wajah bingung. Kekuatan ini. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku dapatkan, tapi kekuatan ini benar-benar di luar dugaan ku. Bahkan kekuatannya bisa membuat kehancuran yang luar biasa. Aku bahkan tidak bisa mengendalikan kekuatan ini dengan tanganku sendiri. Ini benar-benar gila, sampai detik ini aku masih belum percaya dengan kekuatan yang aku dapatkan. Apakah pria itu benar-benar gila, memberikan kekuatan seperti ini untukku. Huft! Entahlah, apapun yang dia lakukan padaku, aku tetap tidak bisa mengerti dengan jalan pikirannya. Aku berdiri. Lalu karena perutku mulai lapar dan aku juga sudah kehabisan bekal makanan aku memutuskan untuk kembali ke kota es terapung. Aku mencari Wild Pheasant Ridge dan hasilnya muncul lagi. Itu sekitar 20 menit di sebelah barat Kota Es Terapung. Burung pegar juga tentang Level 30, yang berarti tidak akan butuh waktu lama bagi mereka untuk menjadi target utama penggilingan di masa depan. Mendapatkan Daging Ayam sambil menaikkan level akan menjadi sesuatu yang penting kali ini. Setelah mendapat bekal oerjalan di kota es terapung, aku segera bersiap untuk berangkat, ada sesuatu yang ingin aku cari dan lokasi itu cukup jauh dari kota es terapung. Sudah waktunya untuk berangkat. Menuju Wild Pheasant Ridge! Aku melewati Frost Forest yang masih dipenuhi kabut pagi. Monster-monster di sini hanya berada di antara Level 25 dan 30, jadi mereka tidak lagi menjadi ancaman besar bagiku. Tidak lama kemudian, aku bisa melihat area hijau di depan mataku, itu cukup sebagai penanda di mana aku sekarang Suara burung pegar yang berkicau membuatku sedikit tenang dan damai. Aku berhenti sejenak saat melihat tanaman hijau merambat yang menghalangi jalan, Aku mencabut pedangku dan bergegas ke depan, menyingkirkan tanaman hijau. Aku sedikit tercengang saat melihat pemandangan di depan ku. Aku melihat empat Pheasant Level 28 berdekatan, seperti sedang mengadakan rapat. Yah untuk ukuran monster seperti biru bukanlah masalah untukku, aku bisa melewatinya dengan mudah. Aku saat ini Level 27, satu level di bawah mereka. Dilengkapi dengan dua Bronze dan beberapa perlengkapan besi, aku tidak memiliki rasa takut saat aku menyerang untuk membunuh Pheasant ini dengan pedangku. Tak ingin membuang kesempatan, aku segera mengangkat pedangku dan segera berlari ke arah mereka. Melesat dengan segala kekuatan yang aku miliki. Tak lupa aku menambahkan sihir api untuk meningkatkan kekuatan ku. Dan dalam sekejap saja. kelompok Pheasant sudah mati, itu cukup mudah. Apalagi dengan sihir api yang aku miliki, itu tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Ini bagus. Tidak hanya Aku dapat membunuh monster, Aku juga dapat meningkatkan keterampilan produksi ku selama aku melakukannya. Setelah mengalahkan monster, aku cukup puas dengan hasilnya. Mm Tiba-tiba dipenuhi dengan energi yang melimpah, Aku melewati Wild Pheasant Ridge seperti orang gila, membantai segala sesuatu yang terlihat. Aku adalah satu-satunya orang di sini jadi amukan Aku tidak terkendali. Pop! Seekor burung pegar mati, menjatuhkan kapak tipis. Aku mengambilnya dan memeriksanya. Bagus, kelas besi— Kapak Pertempuran Pheasant (Tingkat Besi) Serangan: 12 ~ 24 Stamina: +4 Persyaratan Level: 20 Itu adalah senjata yang cukup bagus. Meskipun kekuatan serangannya tidak sehebat Weeping Fire Blade Aku, itu adalah senjata yang bagus untuk pemain di tahap game ini. Menggunakan senjata ini untuk menggandakan level benar-benar akan menggandakan efisiensi mereka. Senang, Aku melemparkan Pheasant Battle Axe ke dalam tas Aku. Aku harus bertanya pada Tiga Belas apakah dia memiliki senjata yang bagus begitu Aku harus kembali untuk mengisi kembali. Jika tidak, Aku bisa memberikannya kepadanya. Adapun mengapa Aku tidak memberinya Pedang Hijau Hutan? Aku butuh uang. Mempelajari keterampilan, melatih mereka, dan sebagainya. Tiga jam kemudian, Aku mencapai Level 27 dengan pengalaman 57%. Membunuh monster Level 28 tidaklah terlalu hebat. Aku sudah menjadi Level 28 jika Aku menggiling di Wildfire Plains. Tas Aku penuh lagi, kali ini dengan Daging Ayam. Aku melihat waktu dan melihat bahwa sudah jam tiga pagi. Aku tidak lelah sama sekali. Darahku terasa seperti akan mendidih saat aku memikirkan tentang semua emas yang akan jatuh di pangkuanku. Pada pikiran itu, Aku ingin tertawa terbahak-bahak! Aku cukup banyak selesai dengan pengumpulan materi Aku sekarang. Ketika Aku memulai perjalanan Aku kembali ke Floating Ice City, Aku mengirimi Du Thirteen pesan. “Punya waktu?” Ya, ada apa? Tunggu aku di pintu masuk timur Floating Ice City. “Baik!” Begitu Aku memasuki kota, Aku melihat Du Thirteen dari kejauhan. Prajurit Level 23, lumayan. Aku berjalan maju dan melihat pedang besi di tangannya. “Apa statistik senjata Kamu?” “Ah?” Tiga belas agak linglung. “Serangan Tingkat Umum 5, 4 ~ 7. Mengapa?” Aku melemparkan Pheasant Battle Axe ke arahnya. “Gunakan yang ini. Milikmu terlalu jelek. ” “Ah?!” Tiga belas menangkap kapak perang dan segera sangat gembira. Dia berlari dan memelukku. “Lu Chen, aku mencintaimu, aku mencintaimu. Hahahaha…” “Scram, Aku sudah memiliki seseorang yang Aku suka.” Aku dengan kejam meninggalkan jejak di wajahnya. “Oh benar, kenapa kamu mencari Aku?” Tiga belas dengan antusias bertanya. Aku menukarkannya 2 emas. “Pergi belikan aku 20 tumpukan Garam. Penjual sistem menjualnya. Setelah Kamu membeli Salt, temui Aku di gudang. Oh, mengerti! Tigabelaspergi dengan penuh semangat sementara aku berdiri di dekat gudang. Aku menyimpan setengah dari daging ayam Aku dan mengambil setengah dari beras ketan Aku. The Rank 2 Consumable, Glutinous Rice Ball, membutuhkan 15 Ketan, 5 Daging Ayam, dan 5 Garam. Berbeda dengan saat aku hanya perlu menggunakan tangan lincahku untuk membuat Saus Apel Peringkat 1, aku perlu menggunakan 10 MP untuk setiap Bola Beras Ketan. Tiga belas segera kembali dengan Salt. Aku mengatakan kepadanya, “Beri Aku 10 tumpukan dulu.” “Baik!” Dengan 10 tumpukan Garam di tangan, Aku sekarang memiliki semua bahan yang Aku butuhkan. Aku segera membuka jendela Memasak dan meletakkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Aku menekan tombol sintesis dan suara pemberitahuan sistem berdering— Ding ~! Pemberitahuan Sistem: Kamu telah membuat Glutinous Rice Ball x1. Kemahiran Memasak +3! Heh, seperti yang diharapkan dari Memasak tingkat tinggi! Glutinous Rice Ball: Memasak Peringkat 2, memulihkan 200 MP ke pengguna secara instan. Ck ck, ini pasti akan menjadi makanan utama! Aku terus membuat lebih banyak bola nasi, makan nasi ketan setiap kali Aku kehabisan MP. Aku tidak perlu pelit karena mereka milikku. Setelah membuatnya selama hampir satu jam, Aku akhirnya menghabiskan hampir semua Daging Ayam dan Nasi Ketan Aku. 190 Bola Beras Ketan muncul di tas Aku. Ada 10 di tumpukan jadi Aku memiliki total 19 tumpukan! Sulit untuk melatih Memasak. Aku menggunakan begitu banyak materi tetapi hanya memperoleh 45% pengalaman. Jalan Aku masih panjang! Aku dengan senang hati melihat barang habis pakai di tas Aku dan tersenyum. “Tiga belas, ketika kamu sedang grinding, pernahkah kamu merasa bahwa kamu tidak pernah memiliki cukup MP?” Tiga belas memiliki wajah kosong. MP itu apa? “Eh, sudahlah, kamu bisa kembali ke penggilingan.” Lupakan saja, aku lelah. Aku akan tidur.” “M N.” Ketika Thirteen logout, Aku pergi ke tengah alun-alun kota dan berteriak. “Menjual Bola Beras Ketan Konsumsi Peringkat 2 masing-masing seharga 10 perak, 90 perak untuk setumpuk 10. Ayo beli, ayo beli! Mengembalikan 200 MP! Stok terbatas, beli selama persediaan masih ada! Para pemain di sekitarnya semuanya menjadi bisu— “Konsumsi Peringkat 2? Sial, apa aku salah dengar? Seseorang sudah memiliki Cooking di Peringkat 2? ” “Pasti pembohong!” Beli dan Kamu akan tahu apakah itu benar! Seseorang memperdagangkan Aku beberapa detik kemudian dan memberi Aku 10 perak. Aku ditempatkan di Bola Beras Ketan dan orang itu terkejut setelah perdagangan berhasil. “Kotoran! Ini benar-benar Konsumsi Peringkat 2! Hebat, siapa orang ini ?! ” Para pemain di sekitar Aku semua bergegas untuk menukar Aku dan Aku dengan senang hati menerima uang mereka. Aku menjual 90 Bola Beras Ketan bahkan dalam waktu sepuluh menit, keluar dengan 9 emas. Hahaha, Aku tahu Aku akan berhasil! Pada saat ini, sebuah suara tiba-tiba datang dari belakangku. “Brother Broken Halberd Tenggelam ke Pasir, bisakah kita mengobrol?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD