42

2342 Words
Dalam sekejap mata, tiga jam lagi berlalu. Sonya akhirnya kembali, bajunya berkibar tertiup angin saat dia tersenyum padaku. Entah kenapa saat ini dia tampak sangat cantik. Dia baru berusia dua puluh satu tahun. Dalam beberapa tahun, dia akan memiliki kehadiran yang lebih mendominasi … dan kemudian dia akan menjadi iblis wanita. Siapa sangka dia akan menjadi sosok yang berbahaya nantinya. Sosok yang akan menjadi salah satu bawahan ku yang paling setia. Itulah alasan kenapa aku mengambil dia, dalam segala hal dia bisa diandalkan, dan kesetiaannya adalah hal yang paling penting. “Selesai?” Aku bertanya. “Ya, tasku penuh. Bagaimana denganmu?” “Beberapa lusin Paprika Hijau. Aku akan menumisnya dengan kentang saat kita kembali. Kamu ingin mencobanya?” “Ya, ayo kembali, semua yang kita cari sudah kita dapati bukan?” "Tentu saja. tapi...." Aku melupakan sesuatu. Yah... Itu dia. Aku ingin mencoba sesuatu yang baru. "Ada apa?" "Tidak, tapi di perjalanan pulang nanti. Aku ingin melihat mayat bos monster tadi. Aku ingin menguji kemampuan ku." "Tentu saja, kita bisa berhenti dulu di sana." "Jadi. Ayo. Jangan buang-buang waktu lagi!" Aku segera bergegas, hingga tak lama setelahnya aku berhasil sampai di tempat bekas pertempuran sebelumnya. Di sana masih tergeletak jasad bos monster dengan kondisi yang masih utuh. Aku berjalan mendekat. Lalu merentangkan tangan ku menyentuh kepalanya. Dalam diam ku tersenyum. "Skill kebangkitan, aktif." Sistem : mengaktifkan skill kebangkitan. Mengidentifikasi target. Target di dapatkan. Kondisi sempurna, tingkat kesulitan rendah. Memperhitungkan persiapan kebangkitan. Sistem : proses selesai. Tentukan bentuk yang anda inginkan. Aku mengetuk kening. Entah sejak kapan sistem ini bekerja seperti apa yang diharapkan, bahkan ini sangat memudahkan ku untuk mengetahui banyak hal. "Rubah!" Hanya itu yang terpikirkan oleh ku. Sistem : bentuk di konfirmasi. Memulai proses kebangkitan! Aku tak tahu apa yang akan terjadi, tapi ini terasa sangat familiar, sebelum akhirnya mayat bos monster di telan oleh lingkaran hitam dan lingkaran itu mengeluarkan cahaya keunguan. Lalu tak lama setelahnya ledakan sihir terjadi. Aura yang keluar sangat pekat dan kuat. Aku sendiri tak yakin. Tapi setelah melihat apa yang terjadi aku tersenyum, menoleh ke arah Sonya dan menatapnya dengan tatapan puas. "Lihat!" Aku berteriak, hampir saja aku tertawa puas dengan apa yang terjadi. Energi sihir yang meledak mulai berkumpul menjadi satu, aku muncul sosok beres ungu keluar dari lingkaran hitam tadi. Dia... Dia... Dia adalah rumah seperti yang aku minta tadi. Dia sosok yang memiliki kekuatan hampir sama dengan ku. Sistem : proses selesai, berhasil membangkitkan rubah iblis dengan kondisi sempurna. Statistik dan kemampuan hampir sama dengan statistik pemilik. Bukankah ini luar biasa, aku mendapat sesuatu yang nyata dan benar-kuat, bahkan Shadow Undead milikku bukan apa-apa di hadapannya. Aku berjalan mendekatinya. Menangkap sosok yang melayang di tengah-tengah lingkaran biru itu lalu tersenyum. "Black Rosell..." Yah, itu adalah Nana yang cocok dengannya. Cantik seperti mawar tapi gelap seperti atributnya. Rumah kecil dengan kekuatan yang sangat gila.... "Hey... Itu...." Aku menoleh menatap Sonya yang tergugu di sana. "Yah... Dia adalah boneka baruku, dengan kemampuan ini aku bisa membangkitkan jiwa yang sudah lama mati. Dengan kekuatan yang hampir sama dengan ku. Ini adalah kelebihan dari stone yang kau dapatkan!" "Jadi... Itu alasan kenapa aku gelisah sedari tadi." Kebangkitan black Rosell, mungkin membuat beberapa orang sedikit tidak nyaman. Aura yang dia keluarkan benar-benar kuat. Sepertinya aku harus memintanya untuk menahan sedikit saja kekuatannya. Jika tidak. Rasanya aku akan menjadi pusat perhatian. "Kyuuu...." Maya itu terbuka. Menatapku sejenak dengan penuh kebingungan. Aku hanya terkekeh dan mengelus puncak kepalanya. "Selamat datang." Ucapku dengan lembut. Membawanya berlalu dan menghampiri, Sonya. "Dia adalah satu dan pertama kalinya aku mendapat hewan peliharaan, jadi jangan anggap dia boneka. Karena dia adalah hewan peliharaan untukku." "Cih, apa menariknya itu. Lebih bagus juga aku?" Aku menginginkan mata. Menatapnya dengan ragu. "Siapa yang mengira seorang wanita sepertimu menginginkan di sebut sebagai hewan peliharaan." "Jangan meledekku!" "Ya ya ya. Baiklah ayo kembali!" Tak ingin terlalu lama, aku langsung kembali. Ingin rasanya untuk beristirahat dari pada harus terus berada di tempat seperti ini. === "Halo, Paman." "Selamat datang kembali tuan...." Seperti biasa Osman menyambut ku dengan ramah. Sudah cukup lama sepertinya aku pergi. Walau tidak ada banyak yang berubah, tapi tetap saja aku merindukan rumah ini. Aroma danau dan juga angin yang tenang. Ini lebih nyaman dari pada suasana sunyi yang damai. Aku suka ketenangan ini. "Sepertinya aku ingin mengambil banyak waktu untuk beristirahat?" "Seperti yang anda harapkan tuan. Aku sudah menyiapkan semua keperluan tuan..." Yah itulah yang aku suka dari Osman. Aku berjalan masuk ke dalam rumah. Tatapannya tertuju ke arah tanganku, sepertinya dia penasaran dengan sosok yang aku bawa ini. "Hey, jangan lupakan aku!" Suara Sonya tiba-tiba saja masuk ke dalam pendengaran ku. Seketika itu aku mendengkus tajam. Yah aku melupakan sosok yang sedari tadi mengikuti ku. Secepat itu juga, Sonya langsung menubruk ku dan memeluk lenganku dengan gerakan manja. "Oh oy, siapa yang mengizinkan mu menyentuh tuan!" Ucap Osman ketika melihat kelakuan Sonya. "Jangan ikut campur!" Bentak Sonya seketika. "Setidaknya jauhkan tangan mu dari, tuan ku, kau mengotorinya!" "Si botak soalan!" Dia melirik ku tajam. "Aku memiliki urusan dengan tuan kecil mu ini, karena dia memiliki hutang padaku, jadi diam saja di sana." "Tap...." Aku mengangkat tangan kananku untuk menghentikan Osman. "Sudahlah paman, biarkan saja dia." "Tapi tuan... Bukankah kamu butuh istirahat?" "Tidak apa." Aku menggeleng pelan. "Tolong siapakan makanan untukku, aku ingin makan enak hari ini." "Ba... Baik tuan." Osman masih tidak melepaskan tatapannya dari Sonya. Dia menatap tak suka pada gadis itu sebelum pergi. Tapi apa yang dilakukan oleh Sonya malah membuatku menggeleng pelan. Wanita itu menjulurkan lidahnya seolah dialah yang menang di tempat ini. Sangat kekanak-kanakan. Aku berlalu meninggalkan dirinya, kamar adalah tujuanku untuk melepaskan penat, lalu untuk Rosell, aku membiarkan dia untuk beristirahat, di ruang semu yang sengaja aku siapkan untuk dirinya adalah tempat yang sangat cocok. "Kyuu!" Aku terseny sesaat dan mengelus puncak kepalanya. "Istirahatlah. Kita akan bermain besok!" "Kyuuu!" Aku terkekeh pelan sebelum akhirnya menutup ruang semu yang aku ciptakan. "Berapa kali pun aku melihatnya, dia tetap menggemaskan!" "Yah. Itulah tujuanku memilih wujud rubah!" "Apa kau menyukai hal yang menggemaskan seperti itu?" "Tentu saja." Sesaat setelahnya Sonya langsung menubruk lenganku dan memeluknya erat, menempel dadanya di sana. "Lalu. Apakah kau menyukai mereka?" "Apa maksud mu?" "Ayolah jangan bodoh, bukankah malam lalu kau sangat suka bermain dengan mereka?" Sialan! Entah kenapa ucapan membuat wajahku memanas. "Diamlah!" "Haha! Aku tahu kau menyukainya bukan!" Aku mengabaikan pertanyaan itu. Melepaskan pelukannya dari tangan ku lalu meninggalkan dia dan berjalan ke kamarku. Tentu saja, Sonya mengikuti langkah ku di sana. === Setelah membersihkan diri. Aku keluar dari kamar mandi, melihat Sonya yang hanya mengenakan piyama di pinggir ranjang. "Mandilah. Lalu makan?" "Harukah makan? Tidak kah kau ingin memakan ku terlebih dahulu?" "Jangan konyol! Cepatlah mandi!" Sonya mengerucutkan bibirnya, tapi tepat mengikuti apa yang aku perintahkan, dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersiy diri. Sedangkan aku memilih untuk keluar. "Tuan... Aku sudah menyiapkan makanan untukmu." Aku tersenyum dan mengangguk. Lalu berjalan menuju meja makan. "Bagaimana misi kemarin, paman?" "Ah.... Aku dan Grimu berhasil menyelesaikan tugas itu, tuan." "Semua berjalan dengan lancar, bukan?" "Tentu saja tuan." "Lalu di mana Grimu sekarang?" "Ah itu, dia masih berlatih tuan. Sepertinya dia sedang melakukan eksperimen di sana." Aku mengangguk mengerti lalu segera mengambil makanan yang sudah di siapkan Osman, hari ini menu yang tersedianya cukup lengang, sepertinya dia menggunakan uang hasil kerjanya untuk makanan ini. "Selamat makan!" === Di sisi lain, di sebuah tempat terlihat seorang tengah duduk setelah sedikit pemanasan dengan pedang mereka. "Kau benar-benar hebat!" Ucap seseorang yang kini tengah mengatur napas yang terengah di sana. "Jangan memujiku, kau bahkan lebih kuat dariku!" Pria tadi terkekeh pelan. "Jangan bercanda. bahkan di seluruh area terlarang, tidak ada pemburu yang lebih kuat darimu. Bahkan seorang black Hunter yang kejam akan terlihat lemah jika di hadapan mu. Bukankah kamu mengatakan bahwa karena kamu dihormati sebagai orang terkuat yang berhasil menjadi kaki tangan ketua?" Pria itu bernama ordo. Salah satu dari tujuh kapten terkuat dan berpengaruh di dalam fraksi gelap. Lalu satunya lagi adalah Gendo. Salah satu orang kepercayaan dari ketua fraksi gelap. Usianya tergolong masih muda, tapi dia memiliki pengaruh yang cukup banyak di dalam fraksi. Karena di orang-orang yang ada di fraksi. Gendo adalah anak yang paling jenius, bahkan teknik berpedang-nya sangat diakui oleh banyak orang, bahkan oleh tujuh kapten sekaligus. Dia memiliki cukup banyak ilmu berpedang dan pengalaman pedang, bahkan bisa di katakan jika itu terlalu banyak untuk dimiliki oleh seorang jenius ilmu pedang yang bahkan disebut sebagai penguasa pedang. "Itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan, aku bahkan masih harus banyak belajar darimu." Ordo tertawa di sana. Dia terlihat cukup tertarik dengan arah pembicaraan ini. "Aku pikir kau terlalu melebih-lebihkan suatu hal. Kau lihat bukan aku bahkan kalah telak darimu!" "Tidak, itu karena hari ini aku sedang beruntung saja. Mubgkin jika kita bertanding sekali lagi. Aku pasti akan kalah darimu." "Itu tidaklah mungkin. Kau bisa saja berkata seperti itu sekarang, tapi jika sudah memegang pedang, aku yakin, kau akan lupa dengan kata-kata itu dan segera mengalahkan ku dengan cepat." "Itu terlalu berlebih-lebihan, ordo!" "Hahaha!" Sekali lagi ordo tertawa. Gendo selalu saja merendah dengan kata-katanya, untuk seorang iblis pedang dia selalu saja merendah dan tidak pernah memamerkan kekuatannya. “lalu apa menurutmu tentang pemburu yang mencari pedang sebagai mana dia mencari jati dirinya sendiri. Dia mencari pedang dengsn alasan menjalankan kehendak Tuhan”. "Untuk menawarkan pedang yang membuat para dewa puas, itu adalah hal yang konyol!" "Aku sepemikiran dengan mu. Bahkan jika aku harus mati di jalan ini. Aku tidak akan pernah sekalipun untuk menjadi jati diri dengan memberikan janji pada Dewa agar mereka bahagia." "Itulah Ordo yang aku kenal!" Gendo terkekeh setelahnya. "Ya. Jadi, kapan aku akan menemukan pedangmu?" Tanya Gendo lagi. "…… segera, kupikir itu akan siap." Mata Gendo berkilat sedih. Jika saja Ordo tidak bertemu dengan laki-laki itu. Gendo yakin. Ordo tidak akan kehilangan pedang yang sudah membawanya sampai tahap ini, tapi apalah daya. Nasi sudah menjadi buburz semua sudah berlalu, dan tidak ada lagi yang perlu di sesalkan. Melihat suasana yang canggung, Gendo langsung mengalihkan pembicaraan. "'Ya, tapi kenapa kamu terlambat? Aku sudah menunggumu untuk sementara waktu." "Aku harus berhenti di suatu tempat." "Di mana?" "Itu adalah tempat di mana pertempuran kecil terjadi. Ada jejak pertempuran antara satu tuan dan banyak lainnya." "Oh. ……" Gendo tampaknya memahami sesuatu, tetapi memutuskan untuk mendengarkan dengan tenang. Itu karena pria muda yang kaku ini terlihat sangat bahagia. "Sepertinya dia pria yang cukup kuat." "Ya. Tanda itu tampak seperti dia telah melawan dendam. Tidak, hampir tidak ada tanda sama sekali. Aku tidak percaya dia melawan banyak musuh bahkan tanpa menghunus pedangnya sendiri. Aku pasti ingin bertemu dengannya. sekali untuk melihat siapa dia." "Dan kamu belum menemukan siapa dia?" "Itu memalukan." Dia menghela nafas, "Oh. "Mengapa?" "Aku bertemu satu orang yang terlibat, tapi itu…" kata Esther, mengerutkan kening seolah-olah itu sebuah misteri. "Tiba-tiba aku menjadi orang yang berbeda." * * * Rotinya keras, tapi ketika dicelupkan ke dalam rebusan, teksturnya melunak dan menjadi lembab. Rasa rebusan daging yang kaya meresap ke dalam roti, menggandakan rasanya. Aku mengangkat garpu dan pisau untuk memotong steak daging. Aku menggigit dan mencicipi saus yang sesuai dan jus keluar saat Aku mengunyah, memberikan rasa manis. "Sangat lezat." "Aku senang itu cocok dengan seleramu." "Garpu itu, itu bukan garpu biasa." "Itu garpu biasa. Itu bukan sesuatu yang sering kamu lihat." Garpu dan pisau yang Aku dapatkan beberapa waktu lalu. Artefak. Tidak ada yang istimewa tentang itu. Hanya saja agak keras dan menjaganya tetap bersih. Sebagai jawaban atas pertanyaannya, dia menatap Beatrice, yang sedang makan bersamanya. Dia terlihat seperti Maria. Tapi apa yang dia pikir agak polos dalam penampilan ternyata berubah 180 derajat dengan sedikit perubahan gaya. Maria seperti bunga kapas, kristalisasi kemurnian, tetapi Beatrice adalah mawar. Mawar, mawar yang mempesona. "'Mungkin yang itu.' Karakter yang belum Aku atur. Kemungkinan besar karakter yang sewenang-wenang ditetapkan oleh perusahaan. Nama-nama seperti itu agak terlalu dikonseptualisasikan, dan Aku pikir Beatrice mungkin seperti itu. "Kepribadian ganda." Pasti ada pemicu yang mengubah kepribadian. Jika kita bisa mengetahuinya, kita mungkin memiliki kesepakatan yang cukup bagus. Setelah sebagian besar makan, Aku menyerahkan pedang itu kepada Beatrice. "Aku akan mengembalikannya dulu. Aku tidak tahu aku membawanya." Mata Beatrice keluar dari kepalanya. "Aku tidak tahu pedang. Jika kamu ingin memberikan hadiah kepada seorang wanita, bunga lebih baik daripada pedang. Jika tidak, aku baik-baik saja dengan pria kecil di sana di ……" –Bibi, maksudmu. Dia bilang dia akan melakukan eksperimen aneh dengan binatang, tapi dia sangat menyukai Bibi. "Aku akan lulus. Aku akan menjaganya dengan baik." "Itu terlalu buruk." "Tapi apakah kamu yakin tidak akan menyimpannya? Ini adalah pedangmu yang paling berharga, bukan?" "Itu adalah pedang yang aku benar-benar tidak tahu." Aku dengan keras menolak. Jika prediksi Aku benar, dia akan mengubah kepribadiannya ketika dia menangkap pedang Mary. Kalau tidak, dia tidak akan begitu pendiam dengan pedangnya sendiri. "Karena itu, Aku pikir sudah waktunya Kamu memberi tahu Aku. Mengapa Kamu menunggu Aku di rumah Aku?" Apakah itu penting? Karena Beatrice yang kucari. "Aku tidak terlalu suka pendahuluan yang panjang, jadi aku akan bertanya langsung padamu." "'Ya, aku juga benci membuang-buang waktu." Aku segera mengambil salah satu botol obat dari sakuku dan meletakkannya di atas meja. "Apa ini?" "Itu adalah darah Naga Gelombang Guntur." "Naga Gelombang Guntur: ……" "Itu adalah binatang buas dengan darah Naga. Bisakah kamu memurnikan Qi Iblis dari darah ini dan mengekstrak darah Naga?" Beatrice kemudian menjadi salah satu dari sepuluh penggalang dana terbaik di kerajaan. Tapi itu dalam permainan yang Aku tahu. Tidak ada jaminan bahwa semuanya akan terungkap seperti cerita game yang telah Aku siapkan. Jadi langkah pertama adalah pengujian. "Darah naga, bisakah kamu mengekstraknya?" Jika memungkinkan, Aku akan meninggalkan sesuatu yang lebih tidak biasa dari ini dengan Beatrice. Darah troll, tanduk naga guntur, dan produk sampingan… Dan setelah itu, aku akan mempercayakannya dengan semua produksi air suci, termasuk Air Mata Valtherus. Selama dia mampu dan dapat dipercaya, tidak ada alasan untuk tidak mempercayakannya. Dia mungkin akan tinggal di ibu kota Karadi untuk sementara waktu, tetapi suatu hari dia harus mempertahankan utara. Utara harus menjadi lebih besar dan lebih kuat dari sekarang. "Aku bertanya apakah kamu bisa melakukannya." "……"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD