41

1865 Words
Setelah melakukan jarahan. Aku dan Sonya beristirahat beberapa waktu. Menikmati hari dengan damai sebelum akhirnya dia bertanya. "Kapan kita akan menyelesaikan perjalanan ini?" Aku yang masih bersandar pada pohon dan menatap langit biru cerah hanya menjawab. "Tentu saja setelah orang-orang dari naga gila pergi. Aku tidak ingin mengambil terlalu banyak resiko." “lalu apa menurutmu orang-orang dari Naga Gila sudah yang pergi?” Sonya memandang langit biru dan bertanya sembarangan. Di hutan terdekat dimana bunga biru berbintang bergoyang, suara yang manis dan jelas terdengar. “Siapa tahu? Kamu bisa pergi melihat jika memang pemasaran…” “terima kasih tapi aku lebih memilih diam di tempat ini dari pada harus menyerahkan nyawaku di sana.” Aku melirik ke arahnya sebentar sebelum akhirnya menatap sekumpulan awan di langit. “Ha!” aku menghela napas panjang, jujur saja aku bosan. Bosan juga harus menunggu terlalu lama. Memikirkan cara yang terbaik adalah menggunakan shadow Undead dan memerintahkan mereka untuk melihat area sekitar. Setidaknya itu akan menghilangkan rasa penasaran ku. Satu shadow Undead terpanggil dan segera aku beri perintah untuk pergi. "Kau penasaran juga rupanya." "Aku tidak mau tinggal di tempat ini terlalu lama. Kau tahu... Di sini tidak terlalu nyaman, suasana damai ini seolah membuatku merinding. Sonya berjalan keluar dengan sebatang rumput biru di tangannya. Dia tertawa pelan dan berkata, "siapa sangka orang setenang dirimu bisa merasakan bosan." "Huh. Kau pikir siapa diriku. Aku juga manusia dan aku tidak terlalu suka tempat yang terlalu damai." "Well. Kenapa kita berdua tidak membuat keributan?" "Keributan?" Sonya menyeringai aneh di sana, lalu mengangkat kedua tangannya, jari tangan kiri dia bentuk sebuah lingkaran lalu jari telunjuk sebelah kanan dia masukkan ke dalam lingkaran di jari kiri. "Bermain atau bersenang-senang contohnya. Itu akan sangat menyenangkan bukan?" "Seringai di wajahnya menjadi sangat aneh. Dan aku mendengkus kecil karenanya. Untuk beberapa saat aku masih mengabaikannya. Tapi saat wanita sialan itu tiba-tiba saja mendekati dan memeluk tanganku serta berbicara tepat di telinga, aku mau tak mau meneguk ludahku dengan kasar. "Apa kau tidak tertarik untuk membunuh kebosanan, huh?" Napas hangat membelai telingaku. Bahkan bongkahan kenyal di dadanya menempel erat di lenganku, membuat lenganku seolah tenggelam di antara dua gundukan itu. Persetan! Dia benar-benar memancing ku sekarang. Aku mengerang panjang. Lalu berbalik dan membuat posisinya terbaring tepat di bawah tubuhku. "Aku tidak tahu apa tujuanmu! Tapi kau benar-benar sudah melewati batas mu, gadis nakal!" Sonya tersenyum, menggigit bibir bawahnya dengan manja, memancing ku untuk segera melahap bibir ranum itu. Tanpa membuang waktu aku segera melahapnya, mencium gadis nakal ini tanpa ampun, tanpa memberinya kesempatan untuk mengambil napas. Suara lenguhan terdengar begitu indah, merdu dan menggetarkan hati. Aku larut dan terbuai, dia memiliki semua yang indah. Beberapa kali melihat dirinya memancing diriku membuat naluriku memuncak. Tanganku dengan nakal meraih dua benda indah yang sedari tadi mengganggu pikiran ku. Aku mengangkat wajahku, menatap wajahnya yang merah padam hingga terlihat air liur kami yang keluar dari mulutnya. "Persetan dengan sopan santun! Kau memulainya. Jadi jangan salahkan aku!" Aku menyentuhnya, untuk pertama kalinya aku hidup kembali, aku menyentuh sesuatu yang selalu aku suka. Aku melirik ke bawah, melihat benda itu mencuat saat aku menarik lepas baju yang dia kenakan. Ukurannya, itu bahkan lebih besar dari yang aku kira. Aku segera menenggelamkan wajahku di antara belahan indah itu mengisapnya dan menjilati tanpa henti. Lalu tiba-tiba aku merasakan sebuah sentuhan pada s**********n ku. Lembut dan penuh ritme. Dia berusaha membuka kancing celana ku hingga beberapa saat dia berhasil. Mengeluarkan sesuatu dari sana dan menggenggamnya sejenak. Aku menjauhkan wajahku, menatap wajah terkejut di sana. Untuk sesaat dia berhenti, lalu menatap ku dengan teduh. "Apa kau benar-benar anak berusia 15 tahun?" Satu pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Aku hanya menjawab dengan seringai kecil di wajahku, lalu mendekatkan bibirku tepat di telinganya. "Itulah alasan kenapa aku menahan diri sejak lama!" "Ahh... Kau benar-benar membuatku penasaran!" Dia semakin gencar di sana, memberiku rangsangan dengan semangat. Aku tak tinggal diam. Permainan terus berlanjut hingga aku tak tahu dari mana kami memulai, kami benar-benar menyatu hari itu. Memberi kehangatan satu sama lain hingga satu jam berlalu dan aku belum selesai. "Ka...u... Benar-benar gila!" Aku tersenyum di sela pergerakan ku. Mempermainkan dan mencari posisi yang sesuai sebelum akhirnya aku selesai. Aku selesai untuk pertama kalinya dan ambruk di atas tubuhnya. "Apa kau selalu sekuat ini?" "Aku memiliki rahasia yang tidak kau ketahui, jadi jangan sekalipun remehkan aku." "Uh... Aku takut..." "Aku tahu itu adalah sebuah ledekan untukku, tapi terserah. Kau yang memulainya, jadi mulai sekarang...." Aku mengangkat wajahku dan menatapnya. Memberikan isyarat dari tatapan mataku. "Aku menantikannya, kapanpun kau ingin..." Jawaban itu membuatku tersenyum penuh arti. Hari ini, singa kembali bangkit, dan semua akan berubah secara naluriah. === Setelah memalukan permainan yang sedikit menyenangkan, aku mendapat kabar jika orang-orang dari naga gila memilih untuk mundur dan membawa kekalahan di sana. Aku mendorong tubuh Sonya menjauh. Sudah beberapa saat setelah kami bersenang-senang, dia masih saja menempel pada tubuhku hingga membuatku merasa risih. Aku takut jika naluri ku kembali datang dan aku tak bisa mengendalikan diriku lagi. "Sudah saatnya melanjutkan perjalanan!" "Ah... Sudah mendapatkan kabar?" "Yah seperti yang kita perkirakan, mereka memilih mundur. Jadi jika bisa pergi sekarang." "Uuuhhh wahhhh! Aku benar-benar terisi dengan energi!" Dia meregangkan tangannya membiarkan dua gundukan besar itu tergantung bebas di sana. Segera aku mengalihkan pandanganku darinya. "Hah! Siapa yang menyangka jika sesuatu yang tabu seperti itu memberiku banyak energi sihir!" Jujur saja itu konyol. Tapi apa yang dia katakan memang benar terjadi. Setelah melakukan hubungan itu. Aku merasa energi sihir dalam diriku terkuras. Dan sebaliknya, Sonya malah mendapat semua yang dia butuhkan. "Sepertinya aku akan sering meminta jatah darimu!" "Jangan memikirkan sesuatu yang tidak perlu!" "Kenapa? Bukankah kita saling menguntungkan karena itu...." Dia menatapku dengan penuh gairah. "Aku akan memintanya lagi nanti." Cih! Wanita ini benar-benar nakal. "Terserah kau saja! Cepat kenakan pakaian mu. Kita akan pergi setelah ini!" "Baiklah, apapun untuk mu!" === Aku melanjutkan perjalanan untuk mengambil inti stone. Aku berharap tidak akan bertemu dengan monster kuat lagi. Setidaknya aku sudah sangat lelah untuk bertarung kali ini. Lalu setelah beberapa saat. Aku sampai di kaki gunung dan bertemu dengan goa yang di maksud oleh orang yang pernah aku temui dulu. Aku melirik ke arah Sonya. Lalu berkata. "Aku akan tunggu di sini. Jadi pergilah dan bawakan aku stone itu." "Aku?" Aku mengangkat sebelah alisku. "kenapa tidak? Bukankah kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan? Jadi sekarang...." "Cih! Kau benar-benar memanfaatkan semuanya!" Aku menarik sebelah bibirku. "Jadi...." "Baiklah baiklah! Tapi malam ini. Beri aku sesuatu Nyang indah sampai pagi menjelang." "Tidak masalah! Asal kau bisa membawakan ku stone itu!" "Hoo! Baiklah! Aku akan menantikan hadiah ku!" Peduli setan, aku sudah terlanjur melakukannya, jadi aku tidak akan berhenti sampai di sini, toh dia yang memaksaku untuk melakukannya. Bahkan sampai pagi sekalipun itu bukan masalah untukku, keterampilan regensiku bisa mengatasi semuanya. === Dia jam berlalu, Sonya keluar dengan wajah kusut di sana. Napasnya tersengal, lalu mengangkat wajahnya ke arahku. Tangannya bergerak ke udara dan stone berwarna hitam terlempar di sana. Aku dengan sigap menangkap stone itu dan tersenyum puas. "Tepati janjimu setelah ini." "Tentu saja. Apapun yang kau inginkan!" Hohoho, stone kebangkitan, aku akan mendapatkan sesuatu yang menguntungkan di sini. Jadi masi kita periksa. Sistem : batu suci kebangkitan. Mampu membangkitkan mayat dengan memberikan darah dan energi sihir. Memberikan kesadaran pada makhluk panggilan. Memberikan 100% kekuatan pemilik kepada roh yang di panggil. Haha siapa sangka aku akan mendapat sesuatu yang seperti ini. Ini adalah awal, karena sebentar lagi aku akan menciptakan boneka yang dapat berpikir dan memiliki kekuatan yang sama dengan ku. Aku segera mengamankan stone dengan cara menyerap semua esensi sihir yang ada di dalamnya, menggabungkan dengan sihir gelap milik ku dan membuka keterampilan baru. Pemanggilan boneka hidup. "Baiklah saatnya kembali!" ==== Selama di perjalanan, Sonya selalu menempel kepadaku. Dia seolah tak ingin lepas barang sebentar saja. Hingga membuat ku merasa risih. "Ayolah! Kita sedang di jalan. Jadi berhenti menempel padaku!" "Kenapa? Ada yang salah memang?" Cih! Dia benar-benar berubah hanya dalam sekejap. Hal yang membuatku benar-benar jengah. Saat di tengah perjalanan. Mataku berbinar saat melihat sesuatu yang sangat jarang aku temui. Aku melepaskan pelukannya Sonya dan berjalan mendekati benda itu. "Lihatlah, apa yang kita temukan!" Aku berkata dengan raut bahagia. Sonya tiba-tiba saja datang. “Aku tidak menyangka Dreaming Grass ada di sini, sungguh mengejutkan …” Sonya berkata di tengah-tengah perjalanan. Aku meliriknya dan berkata, “Bukankah ini keberuntungan yang sangat langka …” "Tentu saja. Kita bisa mendapatkan sedikit uang dengan semua dreaming grass ini. Bahkan aku bisa membuat ramuan dengan ini. Jadi ayo kumpulkan semuanya!" …… “Berapa banyak batang Dreaming Grass di sini? Berapa banyak yang perlu kamu kumpulkan?” Aku bertanya. “Lebih banyak lebih baik. Aku baru saja mengumpulkan 40 batang …” Sonya menyeka keringat dari dahinya dan melihat ke tempat lain. Dia jelas sangat senang melatih jamu-nya. “Sudah lebih dari empat jam …” aku mengingatkan. “berapa lama lagi aku harus mengumpulkan semua ini…” jujur saja ada penyesalan yang aku rasakan saat aku memberitahukan dia tentang dreaming grass. Dan sekarang aku yang terjebak di tempat ini. Sonya memelototiku. “jangan mengeluh dan lakukan saja, aku akan memberikan imbalan untuk mu nanti.” “Oke asal itu sepadan dengan apa yang aku lakukan ~” Sonya menatapku tajam “Kamu benar-benar pantas dipukul …” Aku tertawa untuk beberapa saat, mau bagaimana pun saat kondisi normal, Sonya lebih baik dari pada dalam kondisi birahi, itu membuatku hampir pusing karenanya. "Hey, tuan..." Aku menoleh dan mengangkat sebelah alisku saat Sonya untuk pertama kalinya memanggil ku tuan. Itu terdengar sedikit aneh, tapi lucu di saat bersamaan. "Hem." "Bisakah kau membantuku untuk mencarikan bahan tambahan lainnya?" "Apa itu?" "Paprika hijau." "Baiklah, baiklah aku akan mencarikannya untuk mu!" Aku memutuskan untuk masuk ke dalam hutan agar bisa leluasa mendapatkan Paprika hijau. Namun di tengah-tengah perjalanan aku mendengar suara erangan beruang. Oleh karena itu, Aku segera menembak ke dalam hutan dan melihat beruang liar yang menggeram! Aku tersenyum kecil. Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk melihat kemampuan baruku … Aku dengan sangat mudah membunuh beruang liar. Lalu duduk di atas bangkai beruang, Aku melihat sekeliling, dan tiba-tiba menemukan sekumpulan tanaman paprika hijau tak jauh dari posisiku. Hem, sepertinya ini hari keberuntungan ku. Baiklah. Aku akan mengumpulkan mereka dulu! Dalam beberapa menit, Aku mendapat beberapa lusin Paprika Hijau. Ketika aku berjalan keluar dari hutan, Sonya berada sangat jauh, memegang pedangnya saat dia mencari tumbuhan. Dia adalah gadis yang rajin. Green Peppers di Greenstone Mountain Valley tidak umum seperti di Cold Wind Canyon, tapi jarang dibayar untuk meratakan Foraging. Karena itu, Aku senang berjalan-jalan tanpa terkendali. Aku sudah mencapai Level 32, dan Aku tidak ingin meningkatkan kekuatan ku terlalu cepat. Kekuatan tempur ku sangatlah penting, dan level hanyalah sebagian darinya. Saat ini, Aku lebih menghargai kemampuan ku. Saat aku menjelajahi lembah, Osman tiba-tiba mengirim pesan: “Boss, ada seseorang dari Broken Halberd, seseorang telah menyewa kita untuk sebuah quest. Membunuh monster quest Level 32. Bayarannya adalah 1 gold. Haruskah kami menerimanya?” Aku menjawab, “Apa kamu bisa membunuh monster quest Level 32 itu? Jika ya, terima saja. Aku tidak bisa kembali sekarang.” Beberapa detik kemudian, Osman menjawab, “Tidak masalah, aku dan Grimu akan menyelesaikan tugas ini." "Hem, lakukan lah."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD