17

2464 Words
17 Pop … Bersamaan dengan dentuman lembut, Tengkorak Runcing di sekitarku perlahan-lahan runtuh, meninggalkan jari-jari mereka yang sangat harum yang kubutuhkan untuk menyelesaikan misiku. Aku mengambil tulang-tulang itu, melemparkannya ke dalam tas. Namun sebelum itu aku menghitungnya kembali dan kebetulan memiliki tepat 40! Aku melihat sekilas statistikku, aku perhatikan bahwa aku sudah mencapai Level 20 dengan pengalaman 45%. Efisiensi peningkatan yang sangat lumayan, aku pikir ini akan lebih bagus lagi. Otot kecil tubuh ini juga sudah mengalami peningkatan yang luar biasa. Jadi sepertinya aku akan mengakhiri pemburuan ini. “Fiuh! Bos sudah pergi … ” Aku melihat Undead Lord Cyan Rain yang berada di kejauhan. Sudah waktunya untuk kembali membawa bala bantuan untuk membunuh bos ini! Baiklah, jadi apa yang akan kita lakukan sekarang. Rasanya kembali memanggil Sonya juga belum cukup untuk mengalahkan bos ini. Jadi Osman dan Frey, apakah mereka senggang? Frey Mungkin iya, tapi Osman rasanya dia tidak senggang untuk sekarang. Huft.... Aku mengangkat kepalaku dan melihat langit-langit sejenak, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk beranjak. "Sudahlah. Pikirkan itu nanti." Terlebih sekarang perutku sudah keroncongan, dan aku butuh asupan untuk makan sebelum aku melanjutkan pemburuan. Jadi aku memutuskan untuk menghampiri Sonya dan membuka bekal makanan yang kami bawa. Beruntung sebelum kami pergi aku sudah menyiapkan semuanya, dan lagi pedagang kecil di distrik perdagangan semuanya menjual makanan seperti roti, daging, dan sebagainya untuk memulihkan tenaga, jadi aku tidak akan khawatir dengan kondisi ini. Walau dalam kondisi ini aku memiliki skill yang sama dengan ras undead yang mana mereka memiliki skill bawaan — Memakan Mayat! Corpse Devouring tidak hanya akan menambah kekuatan dengan meningkatkan Rasa kenyang, tapi juga bisa memulihkan stamina dengan cepat. Inilah keunggulan alami Makhluk Malam. Hanya saja untuk saat ini aku belum sekalipun menggunakan skill itu. Aku tidak ingin dan tidak akan pernah melakukan hal itu. Selain menjijikan, makan mayat juga bukan sesuatu yang bisa diandalkan, kecuali jika aku berada di kondisi terdesak, mungkin aku akan melakukannya. Aku berjalan menyusuri lorong kuburan untuk mencari Sonya, di saat yang bersamaan rasa lapar sudah berada di tingkat buang sulit di kontrol. Bahkan saat ini saja, tatistik ku berkurang 50%. Serangan, pertahanan, dan HP ku semuanya telah turun, bahkan energi sihir yang ada pun berkurang dibawah 50%. Sebenarnya aku ingin makan sekarang. Namun aku berusaha untuk menahannya. “Bleh…” Aku hampir muntah saat membayangkan aku mengkonsumsi mayat yang ada. Sial! Sepertinya aku tidak akan pernah menggunakan Corpse Devouring bahkan jika dalam kondisi terdesak sekalipun. Menyeret tubuh lemah ku. Aku terus berjalan keluar dari area kuburan. Selama perjalanan aku menyadari ada desa kecil yang di huni penduduk dan letaknya juga tidak terlalu jauh. Beberapa penduduk dengan level rendah bahkan berada di luar desa untuk menanam tanaman. Aku mengertakkan gigi dan melanjutkan perjalanan. Suara pertarungan mulai terdengar dan itu adalah Sonya, aku bisa merasakan energi sihir darinya. Sepertinya dia belum selesai dengan kesenangannya, jadi aku memutuskan untuk mempercepat langkah dan melihatnya dari dekat. Dia terlihat begitu semangat dan bertarung dengan sungguh-sungguh, aku hanya berdiri dan memperhatikannya dari kejauhan, melihat bagaimana dia melawan sosok Undead yang ada. Level yang dia dapatkan pun meningkat dengan cepat. Ketika bertarung, dia terlihat semakin tajam, pergerakan dan sihir yang dia miliki juga berkembang dengan pesat. Tak heran dia pernah mencapai puncak penyihir terkuat di kerjakan. Aku terus mengawasi sampai dia selesai dengan napas terengah di sana. "Hey! Apa kamu sudah selesai?" Seketika itu juga, rambut panjang yang tergerai tanpa diikat dan juga peluh yang membasahi hampir sebagian baju di bagian d**a membuatku langsung salah tingkah. Sonya berdiri menatapku sejenak. Mengibaskan tangannya yang mungkin saja kebas dan berjalan ke arahku. "Apakah kamu menunggu ku?" Aku mengabaikan. Melihat kondisi tubuhnya saat ini malah membuatku kehilangan fokus, jadi aku memutuskan untuk mengalihkan tatapanku jauh-jauh darinya. "Tidak. Aku hanya menghampiri mu untuk meminta bantuan." "Bantuan?" Aku mengangguk. Sempat mengintip dari ekor mataku, tapi sialnya, itu adalah kesalahan fatal, karena ketika aku menoleh. Sonya masih mengibaskan rambutnya, melonggarkan bagian kerah baju yang menurut ku bukan kerah hingga menunjukkan belahan yang seketika membuat Joni junior ku berdiri. Aku yang salah tingkah langsung berbalik dan berjalan menjauh darinya. "Aku akan menghadapi Undead Lord Cyan Rain, dan aku tidak akan sanggup menghadapi mereka sendiri. Lagi pula aku memiliki tujuan lain. Jadi aku berpikir untuk meminta bantuan mu dari sini." Entah apa yang dilakukan oleh Sonya, tapi dari suara yang dia timbulkan jelas itu adalah suara hempasan baju yang dia lakukan untuk menghilangkan gerah di tubuhnya. Seketika bayangan tubuh Sonya terlintas di kepalaku dan memberikan efek yang tidak bagus di sana, aku segera menggeleng dan berusaha untuk menggila pikiran buruk itu dari kepalaku. Sialan, aku yang terjebak di tubuh kecil ini sudah memiliki pikiran tentang tubuh wanita. Yang bahkan jika dipikirkan lagi. Aku bahkan belum mencapai usia pubertas ku. "Apa itu merepotkan." "Sayangnya, ya. Dengan tubuhku yang sekarang tentu aku tidak akan bisa menghadapinya sendiri, mungkin aku akan mati konyol jika menguasainya seorang diri." "Bukankah itu bagus..." Suara itu terdengar sangat kecil karena Sonya hanya bergumam, tapi sayangnya aku bisa mendengarnya dari tempat ku berdiri. "Aku masih bisa mendengar mu. Jadi Entahkan pikiran buruk mu itu dan ayo pergi!" Sonya berdecak pelan. Namun dia tetap mengikutiku. Aku berjalan memimpin, tapi sebelum aku kembali ke dalam pemakaman, aku memutuskan untuk berhenti dan membuka bekal yang aku bawa sebelumnya, aku sudah sangat lapar dan sudah kehilangan banyak energi di pertarungan sebelumnya. Sonya yang melihat ku membongkar perbekalan hanya melihat sejenak dan setelahnya dia duduk di sebelahku. Aku mendesis pelan saat melihat tingkahnya, jujur saja melakukan perjalanan tanpa Osman benar-benar tidak menyenangkan, aku di tuntut untuk bisa melakukan semuanya sendiri. Seperti sekarang contohnya, aku dipaksakan untuk bisa menyiapkan perbekalan dan makanan ku sendiri. Padahal di posisi sekarang. Sonya adalah bawahanku, dan anggap saja budakku, tapi lihat saja kelakuannya. Dia malah duduk bersantai di bawah pohon dengan tangan yang masih sibuk mengibaskan kerah bajunya hingga menciptakan sebuah gerakan memantul dari sepasang gundukan di sana. "Sialan!" Aku mengabaikannya, lalu menyiapkan makanan yang hanya berupa sup kaleng dan juga roti kering. Melihat bentuknya saja sudah membuat selera makan ku hilang, tapi apa mau dikata. Lebih baik mengisi perut dengan karbohidrat dari pada harus kelaparan dan tidak bisa berkonsentrasi ketika bertarung. "Makan lah!" Aku mengulurkan kaleng berisi sup dan juga roti ke arahnya. Tentu dengan tatapan yang aku alihkan, berusaha untuk tidak tergoda apalagi terbawa nafsu ketika melihat bentuk indah dari jarak yang lebih dekat. Namun sialnya, sudah cukup lama aku mengulurkan tanganku, tapi Sonya tidak segera mengambil kaleng sup. Malah dia bertanya sebelum menerima kaleng sup di tanganku. "Apa ada yang salah?" "Huh?" Aku tentu saja terkejut saat Sonya bertanya tentang sesuatu yang sama sekali tidak aku tahu maksudnya. "Apa ada yang salah? Kenapa kamu selalu membuang tatapan ketika melihat ku?" "Ck!" Apakah dia benar-benar bodoh hingga berpikir untuk menanyakan sesuatu yang tidak terlalu penting seperti itu? "Abaikan!" Aku memutuskan untuk menyerah dan melihat ke arahnya. Lalu setelah itu aku mengambil telapak tangannya dan segera meletakkan sup kaleng dan juga roti di tangannya. "Lain kali, jika gerah atau berkeringat, pakailah pakaian yang lebih sopan!" Setelah mengatakan itu aku berbalik dan meninggalnya. Setelah itu aku memutuskan untuk diam dan menikmati hidangan ku hingga kami benar-benar selesai. “Bagaimana rasanya?” Tanyaku saat aku mendekat dan memilih untuk duduk di sebelahnya. Sonya tersenyum sinis, mulutnya masih sibuk mengunyah roti kering yang menurut ku lebih keras dari pada baru bata . “Lumayan, dari pada harus mati kelaparan. Lagi pula aku pernah makan yang lebih parah dari ini. Dan ini Masih cukup segar dan empuk?” Aku melihat, dan dia benar-benar menikmati sup kaleng yang menurutku tidak terlalu sedap. Tapi saat mendengar kata-kata, dia ada benarnya, itu lebih baik dari pada mati kelaparan. "Jadi kamu pernah makan sesuatu yang lebih parah dari ini?" Aku menoleh, menatapnya yang masih lahap di sana, dia mengangguk sebagai jawaban sebelum akhirnya dia membuka suara. "Aku pernah memakan mayat monster sebelumnya, jika kamu melihat Undead yang memakan sejenis untuk bertahan, maka aku pernah memakan daging para monster di dalam kondisi terdesak." Itu seperti yang aku bayangkan sebelumnya, wajar jika para pemburu seperti kami sering menghadapi masa-masa sulit ketika kami berada di posisi te desak. Jika kami tidak makan maka kami tidak akan memiliki tenaga, dan itu berarti kami akan mati, jika kami makan, maka kami harus siap menerima konsekuensi ketika mendapat hidangan berupa daging monster, terlebih ketika kami berada di dalam hutan-hutan yang tak berpenghuni, atau pun hutan yang tak subur. “Itu adalah pilihan yang sulit, jika kita tidak makan, maka kita akan mati kelaparan dan jika jika makan, maka kita tidak tahu ada kandungan apa di dalam daging itu, jadi itu adalah sebuah pertaruhanl!" Sonya mengangguk lalu menundukkan kepalanya untuk melanjutkan makannya. Kami saling diam hingga satu kaleng sup dan roti keras yang menurutku hambar sudah kami lahap, semua terasa nikmat ketika berada di posisi seperti ini. Lalu ketika kami selesai, aku segera membereskan sisa-sisa keperluan kami dan segera beranjak. "Saat kita selesai, sebaiknya kita bergegas." Sonya mengerutkan kening dengan heran, tapi dia tetap berdiri dan mengikuti langkah ku. Aku sudah tidak sabar untuk kembali dan mengambil stone yang ada di dalam sana. Melangkah dengan cepat bergegas dan terus berjalan. Hanya saja, langkah semangat nyaris terhenti saat aku mendapati sebuah pukulan tak terduga yang membuatku hampir limbung kebelakang, aku terlaku fokus dengan apa yang ada di depan, hingga lupa dengan apa yang ada di sekitar ku. Batin ku berkecamuk dan berpikir sesuatu buang tidak pasti, dan semua itu akan segera keluar. Pikiranku tiba-tiba menjadi selembar putih saat aku melayang di antara ambang kesadaran. Tepat pada saat ini, aku mendengar sebuah suara. Itu seperti sinar bulan yang bersinar melalui kegelapan tak berujung— Sesuatu yang tak terduga datang. Aku pikir itu adalah kesalahan ku hingga aku kehilangan kesadaranku. === "Hey.... Kau tidak apa-apa?" Suara itu datang dan menyadarkan ku, aku mengerjakan sejenak. Perlahan aku mengangkat kepalaku. Aku melihat Sonya berdiri di sisi tubuhku dengan tubuh jenjang menutupi sebagian cahaya yang masuk secara langsung ke mataku. “Uh…” Aku mencoba menjawab, tetapi mulutku tak dapat menyuarakan sepatah kata pun. Rasa pusing yang datang membuatku tak bisa berkata-kata, entah apa uang terjadi padaku, aku hanya bisa berbaring di atas tanah tanpa bisa bergerak. “Kamu …” Sonya menatapku sejenak, lalu menunduk untuk melihat ku secara intens, "apakah kamu keracunan?" Dia menyentuh pipiku lalu menekannya keluar hingga memaksaku untuk mengeluarkan lidah. "Ck, sepertinya kamu keracunan!" Dia berdecak lalu berdiri. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari sesuatu, entah apa itu. Aku yang tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa diam dan membiarkannya melakukan sesuatu di sana. Dia pergi lalu tak lama setelahnya dia kembali. Sonya buru-buru mengangkat rok panjangnya, memperlihatkan sepasang pahanya yang halus dan basah. Saat mataku hampir berubah menjadi hijau, dia mengeluarkan sebuah bungkusan dan segera meracik bersamaan dengan daun yang dia bawa entah dari mana, lalu setelah itu dia mendorongnya ke hadapanku. Dia berkata sambil berdecak di sana, “Kamu terlalu ceroboh! Apa jadinya jika kamu mati hanya karena racun itu!” Ingin rasanya aku tertawa, hanya saja aku tidak bisa melakukannya, dia mungkin terlihat cemas, tapi dia memiliki alasan kenapa begitu panik. Karena kontrak yang ada padanya adalah kontrak yang tak bisa dibatalkan hanya karena aku mati, justru sebaliknya, jika aku maka dia juga akan mati. Begitulah kontra yang aku buat Dengan raut panik dia segera memberikan sebuah racikan, entah apa itu. Mengangkat kepalaku dan meletakkannya di paha mulusnya, lalu setelahnya dia menyuapkan racikan itu padaku. Satu teguk, aku mulai bisa merasakan otot tubuhku kembali. Lalu setelah beberapa teguk setelahnya aku bisa merasakan tubuhku bisa digerakkan. Aku buru-buru memasukkan semua ramuan itu ke dalam mulutku. Meski basah, tetap membawa aroma yang bisa meminimalisir efek yang aku rasakan. Ini lebih baik dari pada sebelumnya, perlahan kondisiku mulai membaik Sebagian besar kekuatan ku langsung pulih. Bahkan aku bisa merasakan efek yang lebih baik dari sebelumnya. "Terima kasih." Aku duduk dan setelahnya memilih untuk berdiri, sejenak Sonya menatapku, tapi aku tidak peduli. "Apa yang sebenarnya kamu makan." Aku menggeleng, karena aku tidak ingat apa yang aku makan tadi, aku merasa jika aku hanya makan sesuatu yang sama seperti yang di makan oleh Sonya, tapi entah kenapa aku malah keracunan sedangkan Sonya tidak sama sekali. "Jangan pikirkan itu, terima kasih karena sudah membantuku. Sebaiknya kita pergi. Karena kita tidak memiliki banyak waktu di sini." Setelah merasa aku pulih, Aku melangkah ke area kuburan Frost Mound. Aku tiba sebelum Undead Swordsman terbangun, jadi aku masih memiliki waktu untuk melakukan skill pemanggilan, ini akan aku gunakan untuk membantu penyerapan kamu. Summon Yuti: Memanggil makhluk undead yang tidak lebih kuat dari pengguna sebagai pelayan iblis. Earth Escape: Escape bawah tanah. Kecepatan gerakan berkurang 90%, mudah ditemukan. Panggil Undead secara alami adalah keterampilan yang kuat. Itu bisa memanggil monster untuk membantu di dalam tempur. Terlepas dari apakah itu penyerang atau hanya perisai daging, keterampilan ini sangat berguna. Adapun Earth Escape, itu harus menjadi keterampilan penyelamat hidup. Tentu saja, jika seseorang tidak keberatan seberapa lambatnya, itu juga bisa digunakan untuk serangan diam-diam. "Bersiaplah." Aku sudah memperkirakan jika monster kuat akan terbangun tepat setelah aku melakukan pemanggilan, karena efek dan dampak dari energi sihir yang keluar tentu akan memancing mereka yang haus akan kekuatan untuk bangun dan menyerang kami dengan rasa lapar di dalam dirinya. Aku mengaktifkan Earth Escape dan aku bisa mengendalikan beberapa tanaman merambat berwarna darah yang terjun ke tanah. Aku bisa melihat semua yang terjadi di atas tanah tetapi kecepatan gerakan ku sangat lambat. Jika aku mencoba pergi ke Kota Es Terapung dengan kecepatan ini, rambutku pasti sudah memutih saat aku sampai di sana. Sesuatu seperti bisa melihat apa yang ada di atas tanah sambil bersembunyi di bawah tanah sangatlah kuat. Bayangan dari beberapa paha segera terbentuk di pikiranku. Menggunakan Earth Escape untuk bersembunyi di bawah FloatingGerbang Ice City memungkinkan Aku melihat peri perempuan lucu, succubi, dan manusia lewat. Rok pendek mereka yang berkibar dan pemandangan yang mengesankan akan menjadi semacam kesenangan kosmik! Tanpa sadar, pikiranku sudah mengklasifikasikan Earth Escape sebagai kartu truf yang berharga. "Ais, apa yang aku lakukan!" Aku kehilangan fokus karena sesuatu yang c***l seperti itu. Aku mengenyahkan pikiran kotor itu dan mulai fokus untuk mencari keberadaan stone sesuai ide dan tujuan awal kamu datang ke tempat ini. Sesaat aku mulai melihat dengan seksama, hingga pada satu titik aku bisa memastikan jika stone yang aku cari ada di dalam sana. Tapi sebelum mencapai titik itu. Aku harus mengalahkan Undead yang sudah siap untuk menerkam ku. Aku mengarahkan beberapa Undead yang ku panggil untuk menghalau, setelahnya aku memerintahkan Sonya untuk menghadapi Undead dengan kemampuannya saat ini. "Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Mendengar pertanyaan itu aku hanya terkekeh dan menjawab. "Tentu saja aku akan mengawasimu, dan melihat sejauh mana kamu berkembang." "Cih, jangan merasa dirimu paling kuat!" Di berdecih, tapi tetap mengikuti apa yang aku katakan. Dia berjalan dan segera menyiapkan tongkat sihirnya. Lalu yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD